Calon Presiden Prabowo Subianto kembali melontarkan pernyataan yang kontroversial di hadapan publik Indonesia. Hal itu terjadi lantaran dalam sebuah pidato Prabowo menyebut akan menghentikan semua impor bila dirinya terpilih menjadi Presiden RI.
"Saya bersaksi di sini, kalau Insya Allah saya menerima amanat dari rakyat Indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri! Kita tidak perlu impor apa-apa. Saudara-saudara sekalian! Kita harus dan kita mampu swasembada pangan! Mampu!" kata Prabowo di GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/11).
Pernyataan itu tak hanya sekali saja dikemukakan Prabowo. Saat bertemu dengan relawan Rhoma Irama, dia juga mengatakan tak akan impor. Menurutnya, impor menghancurkan rakyat Indonesia seperti petani.
Prabowo Bicara Ngawur
Ditinjau dari segi ekonomi, pernyataan Prabowo itu cukup ngawur. Pasalnya, impor (dan juga ekspor) adalah suatu mekanisme yang wajar dalam suatu perekonomian negara, apalagi menyangkut dalam perdagangan internasional.
Hingga saat ini, tidak ada satu negara pun secara global yang benar-benar lepas dari impor. Hal itu karena setiap negara memiliki keterbatasan sumber daya masing-masing, sehingga tidak ada negara yang benar-benar bisa mencukupi kebutuhannya sendiri.
Oleh karenanya itu, negara tersebut membeli (baca: impor) sejumlah komoditas yang menjadi kebutuhannya dari negara lain yang memang memiliki kapasitas produksi di barang tersebut.
Dengan demikian, impor adalah cara suatu negara untuk memenuhi kebutuhannya di dalam negeri atas barang yang masih defisit. Mustahil sebuah negara akan menghentikan kegiatan impor, namun akan ekspor saja.
Impor juga menjadi solusi untuk mengontrol harga. Sebab, kapasitas produksi di masing-masing negara berbeda. Di sektor pangan misalnya, impor diperlukan untuk mengontrol harga saat ada gangguan produksi.
Meski demikian, impor bisa diatur. Untuk mengurangi efek negatif dari impor cara terbaik ialah menentukan prioritas sumber daya yang dikembangkan. Dengan resources terbatas negara harus menentukan skala prioritas, berdasarkan sektor yang unggul secara komparatif.
Tetapi upaya akan menghentikan impor sebagaimana yang digembor-gemborkan Prabowo itu sungguh absurd. Apakah Indonesia akan dibawa menjadi negara komunis yang menutup diri dari perdagangan internasional?
Sebelum beranjak berbicara data, visi dan kebijakan dalam memimpin negara, Prabowo sebaiknya memahami konsep dasar dari adanya ekspor-impor ini. Karena kesalahan pemahamannya mengenai konsep dasar perekonomian makro ini bisa membawa negara ini mengarah pada kehancuran.