Mohon tunggu...
Azizah Nur
Azizah Nur Mohon Tunggu... -

Dia sedang bekerja sebagai jurnalis di sebuah stasiun televisi swasta, berlabel Cinta Kasih. Senangnya membaca buku-buku fiksi dan menulis. Hobi yang sifatnya naik turun. Selalu berharap bisa bermanfaat untuk orang lain...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekar yang Tak Gentar

2 Maret 2013   04:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kulihat wajah Sekar tenang sekali saat duduk di boncengan sepeda motorku.  Sementara itu, aku berupaya menerobos padatnya jalanan  di siang yang terik. Sesekali kepalanya terbentur helm-ku ketika aku ngerem mendadak. “Wah, sepertinya harus terbang nih kalau naik motor dengan kakak,” celotehnya. “Ya, namanya juga mau cepat, biar kamu nggak telat,” jawabku lalu melanjutkan perjalanan.

Waktu menunjukkan pukul 14.45 WIB, lima belas menit lagi Sekar masuk kuliah. Sementara, jalanan yang harus ditempuh dari rumah sakit ke kampus sekitar 1 jam. Waktu itu kami masih berada di area rumah sakit.

Aku heran juga dengan raut wajahnya yang tenang dan nggak panik. Seolah nggak terjadi apa-apa. Lima belas menit lagi waktunya masuk kuliah lho, sementara waktu tempuh ke kampus masih jauh, tapi nih anak malah tenang-tenang aja. Pikirku. “Sekar kok keliatan tenang aja?” tanyaku. Lalu dengan santainya dia jawab, “Mau gimana lagi kak, nggak mungkin juga aku terbang atau naik jet biar cepat sampai di kampus. Ha-ha-ha…”  Jawaban simple itu cukup membuatku tergelak. Dia begitu santainya menjalani hidup, nggak panikan.

***

Kurang lebih 3 minggu, Sekar ‘tinggal’ di Rumah Sakit menemani adiknya, Genta. Si Kecil Genta harus dirawat karena menderita diare yang nggak kunjung sembuh. Sejak kecil, Genta tertular HIV/ AIDS dan sekarang dia terbaring lemah di ruang perawatan. Sekar selalu sabar merawat adiknya yang kerap sekali  merengek kalau disuapi makan, karena orang tua mereka sudah meninggal. Sekar juga yang tiap hari mencuci pakaian Genta, apalagi sekarang beberapa pakaiannya terkena feses. Sekar juga harus bolak balik antara rumah sakit, kampus, dan yayasan yang menjadi tempat tinggal mereka.

Sebelum Sekar melangkah pergi, kulihat dia mendaratkan kecupan hangat ke pipi Genta yang tertidur pulas. Ada rasa haru yang menjalar di diriku.   Bagiku, Sekar begitu hebat, Sekar begitu kuat, Sekar memang cewek yang nggak gentar. Aku salut sama Sekar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun