Mohon tunggu...
Fauziyyah Nur
Fauziyyah Nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dengan minat didunia penulisan hukum

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BRGM : Mendorong Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Program Rehabilitasi Mangrove

19 Desember 2024   12:06 Diperbarui: 19 Desember 2024   12:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Media Gathering di Desa Pasar Rawa, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

BRGM bersama dengan Mangrove For Coastal Resilience Project (M4CR) sukses menggelar diskusi media gathering di Desa Pasar Rawa, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada Selasa, 3 Desember 2024. Empat narasumber hadir untuk berbagi wawasan dan pengalaman mereka yaitu Wahyudi Ketua Kelompok Tani Hutan Maju Bersama, Siswanto selaku sekretaris desa pasar rawa, Rudi selaku perwakilan LPHD Pasar Rawa, dan Sabariah dari KUPS Kuliner Maju Bersama.

Rudi-Perwakilan LPHD Pasar Rawa
Rudi-Perwakilan LPHD Pasar Rawa

“Masyarakat desa sangat terbantu dengan adanya BRGM. Harapannya untuk BRGM ini kedepannya berlanjut karena BRGM ini menyentuh langsung di masyarakat. Karena sampai saat ini yang banyak membantu kami memang dari BRGM” ujar Wahyudi Ketua Kelompok Tani Hutan Maju Bersama. BRGM memberikan bantuan kepada warga desa dalam bentuk pembibitan, pendanaan, saung, HOK (Hari Orang Kerja), dan peniris minyak. Bantuan lainnya dalam bentuk rumah produksi yang saat ini masih dalam proses. Bantuan ini bertujuan untuk mendukung upaya restorasi ekosistem gambut dan mangrove, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong partisipasi aktif warga khususnya warga Desa Pasar Rawa dalam menjaga Hutan Mangrove.

Warga di desa pasar rawa menyadari pentingnya hutan mangrove khususnya untuk mata pencaharian mereka. Siswanto mengatakan 60 % mata pencaharian masyarakat desa bergantung pada hutan mangrove. Hutan mangrove KTH Maju Bersama sudah didatangi wisatawan mancanegara yang tertarik untuk mencari ular, buaya dan kera. Selain itu, Wahyudi juga menjelaskan jika bapak-bapak anggota kelompok KTH sedang mencari ikan sedangkan Ibu-Ibu istri anggota kelompok masyarakat kelompok membuat secara otodidak olahan makanan berupa keripik ikan.

Sabariah memaparkan tentang awal mula produk keripik Baronang Crispy ini dibuat. Hal ini diawali dari banyaknya ikan ketang yang masih kecil turut terjaring oleh masyarakat karena ikannya kecil maka ikan tersebut diolah menjadi ikan asin pada awalnya. Namun, produk ikan asin tersebut kurang diminati oleh pasar. “Kami mencoba mengolah terus hingga menjadi keripik ikan baronang ini” Ucap Sabariah

Sabariah juga menjelaskan kendala yang dihadapi saat ini adalah perizinan BPOM. “Untuk mengurus izin BPOM, kami harus memiliki dapur produksi. Sedangkan saat ini kami belum punya. BRGM membantu kami dalam pembuatan dapur produksi yang saat ini masih dalam proses.” tambah Sabariah. Harapannya untuk produk baronang crispy ini dapat menjadi produk khas dari daerah sini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun