Mohon tunggu...
M Sya'roni Rofii
M Sya'roni Rofii Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

M Sya'roni Rofii, alumnus perguruan tinggi negeri di Jogja. Lanjut berkelana di Istanbul. Mencatat kegelisahan (kadang) menjadi aktifitasnya. Chelsea FC sebagian dari warnanya. Dan, kadang berkicau via @ronirofii. Founder indopagi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Drama Nasionalisme Timnas Garuda dan Pengkhianatan SCTV

4 September 2011   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Antrian supporter ketika berburu tiket di GBK (gambar/kompas.com)"][/caption] Jangan ditanya lagi soal nasionalisme masyarakat Indonesia jika berhubungan dengan ajang olahraga. Bisa bulu tangkis, tinju, ataupun sepakbola. Satu yang disebut terakhir, sepakbola, belakangan tengah mencuri perhatian masyarakat Indonesia karena tampil beda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Timnas periode Bachdim cs telah membuka mata masyarakat Indonesia bahwa permainan Indonesia jika dikelola dengan baik akan mampu menampilkan pertandingan berkualitas. Itu terbukti sejak piala AFF beberapa waktu lalu digelar. Masyarakat kita juga termasuk cepat marah dan tersinggung jika terjadi kesalahan pengelolaan oleh induk sepakbola indonesia. Nurdin Halid tersingkir dari singgasananya di PSSI tidak lain karena masyarakat memiliki perhatian khusus terhadap institusi ini sehingga pemerintah meresponnya dengan mengawal proses reformasi di tubuh PSSI. Berakhir dengan kemenangan Djohar Arifin lewat kongres jilid tiga di Solo. Pertandingan pershabatan sekalipun, masyarakat Indonesia rela merogoh kocek untuk datang menyaksikan Timnas mereka bertanding entah di GBK atau Stadion Manahan, masyarakat Indonesia juga meluangkan waktu khusus untuk menyaksikan tiap laga. Begitu juga dengan pertandingan resmi Pra Piala Dunia. Sudah menjadi obrolan penting di khalayak. Tentang pertandingan kemarin, Indonesia kontra Iran, meskipun berakhir kekalahan masyarakat masih bisa menerima dengan lapang dada karena melihat Iran dari segi postur dan rekam jejak termasuk diperhitungkan pada level dunia. Namun yang membuat kecewa adalah, salah satu stasiun televisi swasta nasional, mengacak siarannya persis saat pertandingan akan dimulai. SCTV menyugugkan promosi berlebih seminggu sebelumnya, plus komentator ditemani host Darius Sinatria berjam-jam, tetapi saat laga dimulai televisi tiba-tiba blank, hitam tanpa gambar.  Itulah sedikit cerita miris pada sebagian masyarakat di daerah karena receiver mereka tidak mendapat siaran SCTV. Sebagai perbandingan, masyarakat di daerah memang terbiasa melihat siaran olahraga diacak, seperti pertandingan Liga Inggris dan mereka tidak merespon itu secara berlebihan, tetapi yang agak sulit masyarakat terima adalah mengapa pertandingan penuh momentum dari Timnas Garuda harus juga menjadi objek kapitalisasi stasiun televisi swasta. Perlukah kita mempertanyakan nasionalisme pemilik stasiun? Apa yang bisa diharap dari para pemangku kepentingan? Tidak penting mempertanyakan nasionalisme pemiliki stasiun swasta saat-saat ini, sebab pasti mereka punya alasan untuk menyangkal, konsern kita adalah bagaimana agar sisa-sisa pertandingan berikutnya bisa ditonton oleh semua lapisan masyarakat. Pertama, mengharap PSSI menegur SCTV agar tidak sewenang-wenang menggunakan hak siar dengan mengacak laga timnas garuda, dengan ancaman jika tidak patuh kontrak akan diputus sepihak dan dialihkan ke stasiun yang sanggup menghandle, bisa RCTI, bisa juga TVRI jika perlu. Kedua, meminta para sponsor yang menggelontorkan dananya untuk laga Timnas supaya memperingkatkan SCTV tidak mengacak siaran, jika tidak patuh agar menarik iklan mereka dari SCTV secara drastis. Ketiga, SCTV dengan kualitas siaran (minim) seperti itu tidak seharusnya menghalangi antusiasme masyarakat untuk mendukung timnas mereka berlaga. Ini persoalan mempupuk nasionalisme bung! Keempat, ada semacam haru ketika harus menyaksikan laga timnas garuda lewat stasiun Iran, IRIB 3, dengan menggunakan parabola, jelas saja pada pertandingan itu tv Iran lebih banyak menyoroti kejadian-kejadian penting timnas mereka. Giliran timnas Indonesia beraksi otomatis dipotong. Tentu itu bukan salah tv Iran. Itu hak mereka. Perlu dicatat, kabarnya Iran bahkan menggratiskan tiket pertandingan bagi masyarakat mereka yang tertarik menyaksikan laga timnas Iran demi mendorong agar mereka punya perhatian pada Timnas mereka, sebab nasionalisme paling sederhana dan kasat mata dapat dilihat pada ajang seperti ini. Akhir kata, semoga dalam waktu dekat SCTV bisa mendengar keluhan masyarat dari berbagai medium, ada Surat Pembaca di Kompas, ada kecaman dari Blog Komunitas (seperti Kompasiana), Blog-blog lainnya, serta jejaring sosial. Salam Nasionalisme Bola! [caption id="" align="aligncenter" width="149" caption="Logo Sctv dengan tagline satu untuk semua-nya patut dipertanyakan (gambar/google)"][/caption] Sebagai bacaan pendukung: SCTV Menghianati Bangsa Indonesia (Surat Pembaca Kompas) Luar Biasa! SCTV Acak Laga Iran vs Indonesia Karena Uang? (Kompasiana) Banyak Warga di Daerah Kesulitan Nonton Timnas di SCTV (Kaskus)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun