[caption id="attachment_127185" align="aligncenter" width="620" caption="Berpeluang Capres: Sri Mulyani-Ani Yudhoyono (photo/kompas)"][/caption] Ruhut Sitompul kembali berkomentar soal Capres 2014 setelah beberapa waktu tidak muncul di hadapan publik menghindari sorotan media atas dirinya--terutama infotainment. Komentar Ruhut kali ini soal  Ibu Ani Yudhoyono istri Pak SBY yang digadang-gadang akan menjadi salah satu kandidat kuat yang akan diajukan Partai Demokrat pada pemilu 2014 nanti. Komentar Ruhut dalam dua kalimat terpisah saya kutip dari  portal Detik misalnya mengatakan: "Kalau menurut kami ya Ibu Ani Yudhoyono yang terkuat. Beliau anak seorang tokoh yang kita tahu reputasinya, anak sekaligus istri seorang jenderal,"komentar yang terkesan sangat pamer memang. Selanjutnya komentar Ruhut menanggapi pertanyaan wartawan perihal keberadaan Sri Mulyani yang akan dicalonkan dikatakan: ""Saya rasa Ibu Ani Yudhoyono yang akan terpilih. Karena Ibu Sri Mulyani hanya dikenal oleh beberapa LSM, kampus, dan pengamat yang jumlahnya hanya tiga persen," jawab Ruhut. Mari menganalisa berita terhangat ini. Ketika mendengar Ruhut mengutarakan Ani Yudhoyono sebagai Capres saya menanggapinya biasa saja sebab jauh sebelum ini Ruhut termasuk orang yang berada di garis terdepan pada barisan Partai Demokrat yang membela mati-matian keluarga Pak SBY hingga titik penghabisan. Kendati tidak pernah diminta untuk membela SBY dan keluarga tetapi Ruhut selalu menjadi pelindung atas setiap serangan yang ditujukan pada Pak SBY, Demokrat, dan segala hal terkait Demokrat. Komentar sekenanya dari Ruhut biasanya mendapat respon beragam dari berbagai kalangan, baik dari lawan politik Demokrat, para Capres yang ingin maju pada pilpres 2014, fans Ruhut sebagai artis sinetron, sampai pengamat politik Kompasiana tentu saja. Dari pengalaman sebelumnya kita bisa melihat bagaiamana respon masyarakat atas pernyataan Ruhut, ada yang marah-marah ingin melempar televisi karena bosan melihat Ruhut di depan televisi seperti ketika adu mulut dengan Gayus Lumbun di parlemen, ada yang melihat Ruhut tak ubahnya pemain sinteron yang sedang ber-akting jauh dari kesan sebagai wakil rakyat, ada yang hanya dingin dengan menganggap tingkah laku Ruhut sebagai perbuatan politisi yang tidak ada kerjaan. Kembali ke soal pencapresan 2014. Ibu Ani Yudhoyono dalam buku yang ditulis oleh Albertine Endah yang kalau tidak salah berjudul "Kepak Sayap Putri Prajurit" ketika buku itu dirilis ia selalu menepis pernyataan perihal dirinya akan mencalonkan diri selepas Pak SBY tidak lagi berpeluang untuk maju menjadi presiden. Hal serupa juga diungkapkan oleh Pak SBY ketika menyampaikan pidato pada forum Young Leader beberapa waktu lalu ketika mengawali pidato dengan "nama saya SBY, pekerjaan saya Presiden Republik Indonesia", saat itu SBY mengatakan tidak ada niatan untuk mencalonkan istri ataupun anak-anaknya dalam Capres 2014, meski demikian pernyataan SBY saat itu oleh pengamat dilihat sebagai pernyataan yang multi-tafsir. Lantas darimana Ruhut mendapat bisikan Ani Yudhoyono akan maju sebagai Capres 2014? Ada yang tahu? Ani VS Ani Pemunculan kembali isu ini memang relevan dengan berita dua hari terakhir pasca pendaftaran partai SRI ke Kemenkumham kemarin siang. Partai SRI menjadikan Sri Mulyani sebagai tokoh figur sentral gerakan mereka. Gerakan pendirian partaipun berawal dari keprihatinan atas situasi politik yang dianggap tidak fair. Menjadikan politik sebagai panglima, bukan rakyat. Maka tanpa ragu Partai SRI menebar "teror" dengan mengusung nama Sri Mulyani Indrawati sebagai Calon Presiden 2014! Mendengar nama Sri Mulyani sejumlah partai memasang kuda-kuda untuk menjadikan SMI sebagai salah satu pesaing yang berpotensi merecoki suara mereka. Media dan masyarkat melihat kehairan Partai SRI dengan mengusung nama SRI memang mengundang kontroversi, ada yang menolak lantaran SMI masih ada kaitan dengan skandal Century, namun tidak sedikit yang  menyatakan dukungan sampai pada mempersiapkan diri mencontreng SMI jika benar maju sebagai Capres 2014. Lantas apa yang membuat Ruhut percaya diri dengan menyebut peluang SMI hanya tiga persen jika dibandingkan dengan Ani Yudhoyono yang menurut Ruhut dianggap sebagai Capres ideal versi Demokrat karena merupakan istri jendral, putri pahlawan, dan cakap berkomunikasi. Bermodalkan itu adakah jaminan mendapat suara rakyat? Pada iklim demokrasi seperti sekarang kita tidak tahu pasti. Apa pula yang membuat Ruhut mengecilkan arti SMI yang sejauh ini telah memiliki reputasi dari level nasional hingga internasional. Menjadi penentu kebijakan moneter keuangan dunia bukanlah prestasi sepele sebab jabatan SMI melebihi kepala negara-negara yang menjadi mitra IMF dan Bank Dunia. SMI sangat dikenal media internasional, majalah Forbes sekalipun menjadikan SMI sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia. Akhir kata, jika ada dua opsi antara Ani Yudoyono atau SMI tentu saja pilihan akan kita jatuhkan pada SMI dengan latar belakang prestasi yang dimilikinya dan bukti ril hasil kerjanya. Selamat menentukan pilihan! Postingan Sebelumnya: Bersahabat Dengan Maag Kala Ramadhan Demokrat Ditinggal, Partai SRI Dilirik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H