Mohon tunggu...
M Sya'roni Rofii
M Sya'roni Rofii Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

M Sya'roni Rofii, alumnus perguruan tinggi negeri di Jogja. Lanjut berkelana di Istanbul. Mencatat kegelisahan (kadang) menjadi aktifitasnya. Chelsea FC sebagian dari warnanya. Dan, kadang berkicau via @ronirofii. Founder indopagi.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Hati-hati, PSSI Mau Kongres Lagi

7 Juli 2011   05:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_121159" align="alignright" width="300" caption="Suasana saat kongres PSSI ricuh (gambar/google)"][/caption] Untuk ketiga kalinya PSSI harus menyelenggarakan kongres luar biasa setelah sebelumnya gagal mencapai kesepakatan. Tidak hanya gagal bersepakat tetapi juga berujung pada kekisruhan yang mengancam indonesia mendapat sanksi dari fifa. Bentuk sanksi yang diberikan adalah timnas negara yang terdegradasi tidak diperkenankan ikut serta dalam seluruh ajang yang diselenggarakan fifa pada level internasional. Sehingga kelak jika terkena sanksi pemain timnas tidak boleh lagi bermimpi terlalu tinggi, sebab puncak prestasi mereka hanyalah bertanding pada level antar pulau. Sebelum bicara soal kongres lusa nanti, ada baiknya mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya seputar kongres yang rusuh di dua kota. Pertama, di Riau, Pekanbaru. Saat itu kongres gagal terlaksana sebagaimana direncakan karena pengurus demisioner pimpinan Nurdin Halid dan kawan-kawan tidak memunculkan batang hidungnya. Alasan ketidakhadiran mereka karena peserta kongres tidak bisa dikondisikan, cenderung anarkistis, sehingga forum dianggap tidak kondusif. Selanjutnya, pengurus PSSI menciptakan suasana atau lebih tepatnya mengarang kisah begitu dramatis sehingga membuat pengurus FIFA ikut-ikutan ketakutan untuk hadir di acara kongres. Kelihatannya pengurus PSSI saat itu memanfaatkan situasi dengan menjadikan alasan ricuh sebagai pembenaran untuk tidak datang ke kongres. Mereka panik, kalah sebelum bertanding, karena pemilik suara sah mayoritas menginginkan Nurdin dan kroni lenyap dari PSSI-apalagi dukungan untuk menurunkan Nurdin terlebih dahulu terdengar di kalangan supporter. Kedua, kota yang menjadi tempat kongres b erlangsung adalah Jakarta, pilihan kota ini sebenarnya merupakan langkah tergesa-gesa dan bisa dibilang mendesak, mengingat kongres ini merupakan kepanjangan dari instruksi FIFA kepada komite normalisasi (KN), yang dipercayakan kepada Agum Gumelar dan beberapa tokoh sepakbola nasional lainnya. Langkah ini diambil setelah sebelumnya Menpora, Andi Malarangeng membekukan kepengurusan Nurdin Halid karena dianggap tidak becus melaksanakan kongres, sehingga dipilih langkah antisipasi dengan menemui petinggi FIFA untuk membicarakan persepakbolaan tanah air yang dalam kongres yang dihadiri tim peninjau kala itu Regenass memang terjadi kekisruhan. Guna mempercepat suksesi di tubuh PSSI maka FIFA memberikan toleransi kepada Indonesia untuk menggelar ulang kongres luar biasa dengan mempercayakan pelaksanaanya pada komite normalisasi. Namun sayang, harapan untuk menormalisasi pengurus PSSI seluruh Indonesia dalam forum kongres tidak juga tercapai. Kebuntuan terjadi antara pimpinan sidang dan kelompok yang menamakan diri "Kelompok 78". Dan, pada akhirnya ketukan palu terakhir Agum Gumelar menyatakan kondisi kongres tidak kondusf sehingga akan dicarikan waktu pengganti. Lantas apa kata FIFA tentang hasil KN? FIFA memberikan batas waktu hingga '10 Juli 2011. Selebihnya PSSI urus diri sendiri atau "pergi aja ke laut". Kongres kali ini direncakan akan berlangsung pada 9 Juli 2011 dengan memilih Solo sebagai tuan rumah. Bayang-bayang kongres yang berakhir tanpa hasil seperti sebelumnya masih sangat terasa. Hal itu bisa kembali terulang manakala pada forum kongres terdapat sentimen kelompok dan faksi-faksi, apalagi jika di dalamnya unsur politisi yang tidak tahu menahu urusan sepakbola ikut-ikutan mengikuti jejak Nurdin Halid yang memang dari kader partai berlambang Pohon Beringin. Kongres ini bisa keluar dengan hasil menggembirakan manakala suara kelompok yang sangat kokoh pendiriannya mencalonkan AP dan GT  sebagai kandidat yang memang sampai saat ini masih belum dipulihkan namanya dari surat FIFA bertoleransi dengan mencari kandidat lain yang relatif netral dan sebisa mungkin dari kalangan profesional yang paham sepakbola, selain itu peserta kongres harus pula menghindari memilih kandidat dari kalangan parpol yang sedari awal memang menjadi pemicu kebuntuan komunikasi antar peserta kongres, sehingga pilihan dikembalikan lagi pada kalangan profesional yang betul betul paham sepakboola. Dengan begitu kita sebagai pendukung timnas tidak perlu lagi khawatir akan kongres yang akan berlangsung nanti. Jika tidak mampu lagi menjalankan kongrs untk kesekiankalinya.  Maka lewat tulisan ini kita mempersilahkan PSSI dan perangkatnya membubarkan diri saja. Biarkan sepakbola nasional diurus KONI atau forum suporter pencinta sepakbola tanah air. Salam Supporter! [caption id="attachment_121160" align="aligncenter" width="598" caption="Konferensi pers komite normalisasi (gambar/mediaindonesia)"]

1310016025800768826
1310016025800768826
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun