Mohon tunggu...
Cerpen

4 Tips Menulis Cerpen dari Karya Terkenal

21 Februari 2016   09:25 Diperbarui: 21 Februari 2016   15:03 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

1. Ide Yang Berupa Pesan

Mau di bawa kemana cerpen ini?
Ide cerita sangan diperlukan untuk menentuka cerpen itu bagus atau tidak. Walau kadang pembaca tidak bisa menebak, lagipula tidak penting bagi mereka, darimana penulis memulai menyusun sebuah cerita. Tapi sangat beda dengan penulis bagaimana penempata ide itu bisa membawa cerpen itu bagus atau tidak.
Coba perhatiakan karya-karya yang sudah terkenal. Lalu apa yang menyebabkan karya-karya cerpenis legendaris hingga kini ?

Contoh: Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habibburahman LC
Yang di dalamnya menggambarkan perasaan cinta yang menyatu dengan ruh, spirit, sosok imajiner yang tersebar secara merata, utuh, pada semua elemen cerita; Karakter, setting, konflik & resolusi. Juga Bahasa sosok fisik cerita, moral/pesan adalah sosok psikisnya. Moral ada tapi tidak teraba.

2. Dialog Yang Logis

Terkadang cerita lebih hidup dengan dialog, hingga membaca menjadi pengalaman yang mirip dengan menonton drama atau sinema.
Tapi peran narasi juga tak boleh dilupakan karena ini mendukung untuk pengantar transisi antar adegan., Di sini pembaca bisa terbawa dengan ide yang diceritakan oleh narator (penulis).
Penulis yang baik ibarat sutradara dibelakang layar, tidak boleh berjejak didalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat dialog-dialognya. Istilahnya mengalir alami…

3. Cerpen itu Terus Terang

Cerpen dikatakan sebagai prosa. Tepatnya prosa naratif fiktif.
Prosa berasal dari bahasa latin ‘prosa’ yang artinya ‘terus terang’, dimana bahasa yang dipakai lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Dan kalimatnya mengalir lugas, sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan makna lain diluar arti leksikalnya. Sebagai pembaca, kita ingin membaca cerita, yang meski fiktif, tidak beda jauh dengan kenyataan yang kita temui.
Bisa bandingkan dengan Syair. Yang didalamnya banyak manipulasi arti. Sehingga pembaca meraba-raba artinya. Bahkan pembaca satu dan satunya bisa melahirkan arti yang berbeda.
Jadi, pakailah bahasa terus terang yang umum dipahami khalayak.

4. Ending

Senjata pamungkas. Ibarat resep menulis, ini adalah resep yang turun-temurun dari para penulis sukses.
Anda sebagai calon penulis, Coba ingat kembali cerpen yang pernah dibaca.
Bagaimana menurut anda?
Pembaca tidak bisa menduga, bahkan tak terpikirkan sebelumnya dan seolah menerima kejutan itu masuk diakal, tidak klise, apalagi diada-adakan. Dan itulah hebatnya. Maka wajar kalau tulisan mereka bisa melegendaris.
Ibaratnya juga, tanpa kejutan diakhir cerita, ibarat sayur tak garam.
Sehingga menggunakan akhir yang datar, apalagi mengambang itu tak disarankan. Pembaca menyukai kejutan; ‘ oh,….‘

Semoga tips ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun