Mohon tunggu...
Ziya Asad
Ziya Asad Mohon Tunggu... -

See the Real Me

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Angka

2 April 2015   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa nilai itu selalu menyakitkan sekalipun dia besar. Karena faktanya selalu berbalik. Semua diukur dengan angka. Contoh si B pintar di kelas, nilai ulangannya rata-rata baik, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dia mendapat nilai dengan angka (misalnya) 80. Tetapi di luar kegiatan belajar dalam kelas, dia tidak mampu menulis karya ilmiah, atau karya tulis lainnya (yang menggunakan teori2 yang dia pelajari). Kaku. Bahasa Indonesia nya hanya sekedar teori sekolah saja. Sekarang kita lihat perbandingan. Si A mendapat nilai ulangan buruk sekali di sekolah. Dia  kebingungan dengan teori yang diajarkan. Tetapi, dia pandai sekali menulis, berbicara Bahasa Indonesia dengan baik. Sering kali artikelnya dimuat di surat kabar atau media berita online. Acapkali menulis berbagai bentuk karya dalam kesehariannya. Dia juga yang memimpin sebuah komunitas menulis. Bahasa Indonesianya bukan sekedar teori, namun dia menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa 'angka' tidak efektif untuk menarafkan kemampuan seseorang. Tidak klop dengan kenyataan yang ada. Maka dari itu, kawan. Nilai 'angka' bukanlah segalanya, bukan diri kita sebenarnya. Itu hanya sekedar formalitas. Mulai sekarang, jangan bersedih berlarut-larut ketika kita mendapat nilai kecil sekali, lebih kecil dari teman-teman yang lain. Jangan bersedih lalu menyerah, menganggap semuanya sudah berakhir. Yang harus kamu lakukan adalah bangkit, berusaha, lebih giat lagi. Juga, jangan sombong ketika nilai itu besar. Sombong, baru sedikit saja sudah busung dada tinggi sekali. Padahal tidak ada efek apapun kok untuk orang lain. Apalagi sekolah atau kuliah hanya ingin mendapat nilai tinggi dan gelar! Aduh jangan! Yang kita harus lakukan hanya memahami dan menyalurkan berbagai kemampuan dan ilmu, agar terus mengalir keberkahannya dan bermanfaat. Amin :) Note: Saya juga telah memuatnya dalam blog saya. Co-Pas tulisan ini karena eh karena kecewa sekali menulis sesuatu berjudul 'Kita Pluviophile' tetapi tidak tersimpan. tulisan ini sekaligus mengisi kekosongan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun