Mohon tunggu...
Almira FairuzittaAP
Almira FairuzittaAP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

saya adalah seorang mahasiswi semester 2 di program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, angkatan tahun 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mbak Rara Sang "Pawang Hujan", Mitos atau Fakta?

15 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 15 Juni 2022   07:25 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 2022, Indonesia kembali menjadi tuan rumah dalam berlangsungnya MotoGP dengan Mandalika sebagai sirkuit andalannya. MotoGP tahun ini diselenggarakan di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 18-20 Maret 2022. Acara tersebut berjalan lancar hingga pada tanggal 20 Maret 2022, hujan lebat mengguyur sirkuit dan menghambat jalannya race pada saat itu.

Lalu, hadirlah Rara Istiani Wulandari atau yang akrab disapa Mbak Rara selaku pawang hujan yang dipercaya dapat menghentikan hujan yang ada di sirkuit tersebut. 

Pawang hujan sendiri merupakan istilah untuk orang yang dipercaya memiliki ilmu untuk dapat mengendalikan hujan dengan cara memindahkan hujan atau awan. Ritual pemindahan hujan tersebut dilakukan oleh Mbak Rara dengan singing bowl khasnya. Selang beberapa saat, hujan mulai reda dan race dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Aksi yang dilakukan Mbak Rara selaku pawang hujan menuai banyak pujian dari masyarakat yang menyaksikan, baik itu masyarakat lokal maupun internasional. Karena menurut mereka, aksi sang pawang hujan ini merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia. 

Tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang menghujat aksi tersebut karena dinilai tidak masuk akal. Banyak warganet yang menilai bahwa aksi yang dilakukan Mbak Rara hanyalah gimmick belaka untuk menaikkan nama Indonesia di ranah internasional. 

Hal tersebut dikarenakan warganet menilai bahwa Mbak Rara seharusnya bisa saja bekerja di belakang layar, namun media memilih untuk menyorot Mbak Rara dan saat Mbak Rara disorot, langit yang tadinya mendung langsung berubah menjadi cerah.

Memang, hal-hal seperti ini tentu kembali lagi kepada pribadi masing-masing, ingin percaya terhadap hal ini atau tidak. Jika ditinjau dari sisi ilmiah, memang pada saat itu, BMKG sudah memprediksi bahwa akan ada hujan deras yang mengguyur daerah sirkuit, hujan tersebut juga diperkirakan tidak berlangsung lama. 

Disisi lain, saat Mbak Rara melakukan aksinya dengan durasi yang cukup lama, hujan tersebut sudah reda. Jika dikaitkan dengan prediksi BMKG, hujan berhenti bukan karena ritual, melainkan karena memang sudah waktunya berhenti. Lalu jika ditinjau dari pendapat warga lokal, memang Mbak Rara memiliki kapabilitas yang cukup untuk dapat memindahkan hujan.

Menurut penulis, hal yang dilakukan Mbak Rara hanya suatu kebetulan karena semua kuasa hanya ada di tangan Tuhan, dan menurut penulis juga aksi yang dilakukan Mbak Rara memang sengaja ditampilkan di media untuk menarik perhatian warga asing agar mau datang ke Indonesia dan menyaksikan sendiri aksi sang pawang hujan tersebut.

Jadi hanya untuk marketing belaka, mengingat bahwa saat ini sektor pariwisata Indonesia sedang tidak stabil. Maka para petinggi memakai strategi ini untuk menarik para wisatawan asing untuk memulihkan sektor kepariwisataan Indonesia.

Namun, terlepas dari berbagai pendapat maupun sudut pandang yang ada, memang tidak ada yang salah, karena Indonesia merupakan negara dengan kebebasan pendapat, maka kita harus menghargai berbagai pendapat yang muncul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun