Narkoba atau singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat-obatan terlarang, merupakan  sekelompok obat yang berpengaruh pada kinerja tubuh, yang berdampak langsung pada sistem saraf pusat dan menyebabkan perubahan mendalam pada kesadaran, perilaku, serta suasana hati penggunanya. Dalam bidang kesehatan, narkoba narkoba berfungsi sebagai pengobatan, serta pengembangan ilmu pengetahun. Penggunaan narkoba yang dilakukan tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan ketergantungan, atau suatu kondisi dimana individu merasa sulit atau bahkan tidak mampu berhenti menggunakan zat tersebut meskipun telah menyadari dampak negatifnya. Ketergantungan ini seringkali berlanjut pada perubahan perilaku yang tidak sehat dan beresiko, dan dapat menyebabkan gangguan psikologis. Ketergantungan narkoba juga dapat menyebabkan individu merasa tidak mampu berfungsi secara normal tanpa menggunakan zat tersebut. Hal ini muncul akibat pengaruh narkoba pada sistem kimia otak, khususnya neurotransmiter, yang mengatur suasana hati, perilaku, dan respons emosional. Dalam jangka panjang, perubahan pada sistem neurotransmiter dapat menyebabkan seseorang tidak lagi mampu merasakan kepuasan atau kebahagiaan alami tanpa adanya narkoba, sehingga memperkuat siklus ketergantungan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik secara sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, menurunkan kesadaran, serta mempengaruhi perilaku dan kinerja tubuh. Penggunaan narkoba yang tidak sesuai dengan anjuran medis atau penggunaan secara berlebih dapat memicu berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh yang mencakup keadaan emosional, psikologis, dan sosial, serta kemampuan individu untuk berpikir jernih, mengelola emosi, menghadapi stres, dan berinteraksi dengan orang lain secara positif. Kesehatan mental juga. Kesehatan mental merupakan komponen dasar dari definisi kesehatan. Memiliki kesehatan mental yang baik memungkinkan individu untuk menyadari potensi yang mereka miliki, serta membantu mereka untuk dapat berkontribusi secara baik pada lingkungan sekitarnya. Ketika kesehatan mental terganggu, individu mungkin mengalami masalah seperti kecemasan, depresi, gangguan suasana hati, hingga gangguan perilaku. Hal ini dapat memengaruhi cara mereka berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain, atau  dengan kata lain kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan secara produktif cenderung menurun ketika mereka memiliki gangguan kesehatan mental.
Ketergantungan narkoba dan gangguan kesehatan mental sering kali muncul bersamaan dalam apa yang disebut sebagai "diagnosis ganda" atau "dual diagnosis". Hubungan antara keduanya bersifat kompleks dan saling memengaruhi. Penggunaan narkoba seringkali dijadikan pelarian bagi individu yang memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak individu yang mengalami kondisi gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau trauma, yang berusaha meredakan gejala yang mereka alami dengan menggunakan narkoba untuk meningkatkan suasana hati mereka. Disisi lain, narkoba yang pada dasarnya hanya memberikan efek sementara bagi penggunanya mengakibatkan gejala gangguan mental yang mereka alami justru bisa menjadi lebih buruk ketika efek narkoba tersebut telah habis. Akibatnya, pengguna narkoba merasa semakin sulit untuk mengatasi kondisinya tanpa menggunakan zat tersebut. Hal ini memicu siklus ketergantungan yang mengarah pada penyalahgunaan narkoba yang semakin intensif dan memperparah gangguan mental yang sudah ada sebelumnya. Penggunaan narkoba sendiri juga dapat memicu atau memperburuk gangguan kesehatan mental pada individu yang sebelumnya tidak memiliki gangguan psikologis. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung di dalam narkoba yang memengaruhi neurotransmiter di otak, yaitu zat kimia yang mengatur suasana hati, motivasi, dan perilaku. Misalnya, kokain meningkatkan kadar dopamin di otak yang menghasilkan efek euforia, tetapi penggunaan berulang dapat merusak sistem dopamin otak, menyebabkan individu sulit merasakan kepuasan secara alami. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan depresi. Demikian juga, zat seperti ganja dan amfetamin dapat meningkatkan risiko psikosis atau kondisi psikotik yang mencakup gejala seperti halusinasi dan delusi. Selain itu, banyak zat adiktif yang menyebabkan perubahan kimiawi di otak sehingga meningkatkan kecemasan atau bahkan menyebabkan gangguan tidur. Ketika zat ini digunakan terus-menerus, ketergantungan berkembang, dan gangguan kesehatan mental semakin parah. Hubungan timbal balik ini seringkali menyebabkan keadaan yang disebut "self-medication" atau pengobatan sendiri, di mana individu yang menderita gangguan mental menggunakan narkoba sebagai cara untuk mengatasi gejala mereka. Namun, upaya ini tidak hanya memperburuk kondisi mental, tetapi juga menghambat proses pemulihan. Ketergantungan pada narkoba yang dikombinasikan dengan gangguan kesehatan mental menyebabkan tantangan pemulihan yang jauh lebih berat, karena individu harus berhadapan dengan dua masalah kesehatan yang saling memperburuk.
Kondisi sosial dan lingkungan juga memiliki peran penting dalam hubungan antara ketergantungan narkoba dan kesehatan mental. Stresor kehidupan, seperti tekanan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan, dapat menjadi faktor pemicu bagi suatu individu untuk mencoba narkoba sebagai bentuk pelarian. Kondisi ini dapat menjadi semakin parah terutama bagi individu yang memiliki gangguan kesehatan mental, yang mungkin lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan yang negatif. Ketika individu merasa tidak memiliki dukungan atau cara yang sehat untuk mengatasi stres, narkoba mungkin terlihat sebagai satu-satunya pilihan. Sayangnya, meskipun memberikan pelarian sementara, narkoba pada akhirnya akan memperburuk keadaan mental mereka. Selain itu, terdapat faktor biologis yang memperkuat hubungan antara ketergantungan narkoba dan gangguan mental. Genetika seseorang dapat mempengaruhi risiko ketergantungan narkoba maupun kerentanan terhadap gangguan mental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki ketergantungan dengan narkoba atau gangguan kesehatan mental lebih rentan mengalami masalah serupa. Pola ini menunjukkan bahwa terdapat elemen risiko bawaan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi komorbid, yaitu kondisi di mana ketergantungan narkoba dan gangguan kesehatan mental muncul bersamaan.
Dengan demikian, hubungan antara ketergantungan narkoba dan kesehatan mental sangatlah kompleks, dimana ketergantungan narkoba dapat menjadi sebab maupun akibat dari gangguan mental. Tantangan utama dalam hubungan ini adalah kesulitan dalam memutus sikolus negatif yang terjadi antara keduanya. Pengobatan dan dukungan dari pihak keluarga serta masyarakat sangat penting untuk membantu individu yang mengalami masalah ketergantungan narkoba dan gangguan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H