Zita Deliend Rosari 12 ips 3
Dalam melihat fenomena kebudayaan, khususnya di wilayah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), Jathilan menonjol sebagai bagian integral dari warisan budaya yang kaya. Kearifan lokal yang terkandung dalam seni pertunjukan ini mencerminkan aspek-aspek penting dari identitas budaya masyarakat Jawa. Namun, dalam konteks eraa globalisasi, pengaruh teknologi dan arus informasi global telah memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan Jathilan. Melalui telaah terhadap konsep kearifan lokal Jathilan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era globalisasi, dapat dipahami bagaimana Jathilan beradaptasi dan berevolusi dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam konteks perubahan global yang semakin cepat, kearifan lokal Jathilan di DIY tidak hanya menjadi warisan budaya yang berharga tetapi juga menjadi titik tumpu yang penting dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai tradisional Jawa. Meskipun terdapat tekanan dari perkembangan iptek dalam era globalisasi, kearifan lokal Jathilan tetap bertahan sebagai fondasi yang kuat dalam memandu evolusi seni pertunjukan ini. Dengan menjaga keseimbangan antara aspek tradisional dan modern, Jathilan di DIY menunjukkan bahwa warisan budaya dapat beradaptasi tanpa kehilangan esensi dan keasliannya. Oleh karena itu, argumen ini menegaskan bahwa dalam menghadapi arus globalisasi, kearifan lokal Jathilan bukan hanya bertahan tetapi juga terus berkembang sebagai simbol keberlanjutan budaya yang pentik bagi masyarakat DIY dan beyond.
Jathilan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa yang dipertunjukkan melalui tarian dan musik yang khas. Di DIY, kearifan lokal yang terkandung dalam seni pertunjukan ini mencakup beragam aspek yang menggambarkan kedalaman dan kompleksitas budaya Jawa. Pertama-tama, dalam segi visual, Jathilan menghadirkan tarian yang dipentaskan oleh penari yang mengenakan kostum kuda yang megah. Setiap gerakan tarian, termasuk loncatan dan gerakan tubuh lainnya, tidak hanya menunjukkan keterampilan fisik tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam, mencerminkan konsep harmoni antara manusia dan alam semesta menurut filosofi Jawa.
Kearifan lokal Jathilan juga mencakup aspek religius dan spritual yang mendalam. Banyak pertunjukan Jathilan dilakukan dalam konteks upacara adat atau ritual keagamaan, seperti perayaan hari besar Islam atau Hindu. Dalam hal ini, Jathilan tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat tetapi juga menjadi sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan terhadap para leluhur serta kekuatan spiritual yang diyakini melindungi komunitas.
Dalam era globalisasi, teknologi dan arus informasi telah memberikan dampak besar pada berbagai aspek kehidupan termasuk seni dan budaya. Perkembangan iptek memungkinkan Jathilan untuk diabadikan melalui media digital, disebarkan secara luas melalui internet, dan mendapatkan eksposur yang lebih besar di tingkat global, namun, di sisi lain perkembangan ini adalah potensi homogenisasi budaya yang dapat mengancam keberagaman budaya lokal.
Meskipun terpapar arus oleh arus globalisasi, kearifan lokal dalam Jathilan tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Misalnya, beberapa grup Jathilan telah mengintegrasikan elemen-elemen modern seperti teknologi visual dan musik elektronik ke dalam pertunjukan mereka tanpa mengorbankan esensi dan nilai-nilai tradisional yang mereka anut. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan kekuatan adaptasi budaya yang dimiliki oleh komunitas Jathilan.
Melalui upaya kolektif dari masyarakat, lembaga budaya, dan pemerintah setempat, Langkah-langkah konkret harus diambil untuk memastikan bahwa Jathilan tetap hidup dan berkembang dalam semangat yang sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi budaya lokal. Ini mungkin melibatkan program-program pendidikan dan pelatihan yang mendalam, penggalangan dana untuk dukungan finansial, serta promosi yang lebih aktif baik di tingkat lokal maupun internasional.
Namun, langkah-langkah ini harus diambil dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pertumbuhan Jathilan tidak mengalami distorsi atau pengurangan dari nilai-nilai aslinya. Menghormati dan memahami kearifan lokal serta memperkuat ikatan komunitas dengan tradisi mereka adalah kunci untuk menjaga warisan budaya ini tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi yang terus berubah.
Sebagai masyarakat DIY, kita memiliki tanggung jawab untuk mewariskan kekayaan budaya ini kepada generasi mendatang dengan kehormatan dan kesadaran akan pentingnya menjaga keberagaman dan keunikan budaya kita. Dengan memperlakukan kearifan lokal dalam Jathilan dengan rasa hormat dan kebanggaan yang pantas, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini akan terus menginspirasi dan memperkaya kehidupan kita dalam waktu yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H