Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat telah melahirkan sebuah budaya baru yang kita kinal sebagai budaya digital. Budaya Digital adalah fenomena yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi internet yang mencakup nilai, sikap, pengetahuan dan literasi yang diperlukan untuk berinteraksi didunia digital.
Â
Dalam konteks akademisi, salah satu fenomena yan paling menonjol adalah penggunaan kecerdasan Buata (AI). AI dengan kemampuannya dalam mengolah data, belajar, dan bahkan dapat membuat keputusan, yang telah merambah ke berbagai aspek kehidupan akademik, mulai dari penelitian hingga pembelajaran.
• Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) pada kalangan Akademisi
Â
Pengumpulan dan analisis data : AI dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan cepat dan efisien, serta dapat menganalisis data dalam skala besar untuk menemukan pola dan tren yang sulit dideteksi oleh manusia.
Â
Peningkatan Aksesibilitas : teknologi AI juga bereperan dalam meningkatkan aksesibilitas informasi, misalnya, pengguna chatbot untuk menjawab pertanyaan umum mahasiswa atau menyediakan informasi tentang program studi secara real-time.
Â
Personalisasi pembelajaran : dalam kontek pendidikan, AI memungkinkan pengembangan system pembelajaran yang lebih personal, dengna memanfaatkan algoritma pembelajaran mesin, platform pendidikan dapat menyesuaikan materi ajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Â
Pembelajaran Daring (Online Learning) : dengan adanya platform seperti zoom, Google Meet, proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Namun, pengguna juga harus menjaga sopan santun dalam berinteraksi dalam ruang digital, seperti menjaga privasi, memastikan tidak ada plagiarism dalam tugas atau presentasi daring.
• Bentuk literasi digital yang wajib dimiliki oleh Akademisi :
Â
Literasi infromasi : kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis dan efisien. Akademisi harus busa membedakan informasi yang benar dan informasi yang tidak benar atau hoaks. Mereka perlu mengevaluasi kredibilitas sumber informasi sebelum menggunakannya dalam penelitian atau pengajaran.
Â
Literasi media social : kemampuan untuk menggunakan media social dengan bijak dan bertanggung jawab. Akademisi pastinya sering menggunakan media social untuk berbagi ilmu, berdiskusi, atau membangun jaringan. Mereka harus tahu bagaimana cara menghindari penyebaran informasi yang menyesatkan atau kontroversial yan bias merugikan reputasi pribadi.
Â
Literasi privasi dan keamanan digital : kemampuan untuk bisa menjaga data pribadi dan informasi sensitive dengan aman saat menggunakan teknologi digital. Dalam konteks akademisi, banyak data penelitian atau informasi pribadi yang perlu dilindungi. Akademisi perlu memahami risiko keamanan yang ada dalam dunia digital, seperti peretasan dan kebocoran data.
Â
Literasi etika digital : kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dngna mempertimbangkan dampak social, moral, dan hokum dari tindakan online. Akademisi harus bisa memahami berbagai aspek etika terkait penggunaan tekonologi, seperti hak cipta, plagiarism, dan penggunaan konten yang diperoleh secara digital.
Dalam era digitalisasi yang semakin berkembang, pemanfaatan kecerdasan buatan dalam dunia akademisi menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Namun, untuk memanfaatkan teknologi secara etis, para akademisi harus dilengkapi dengna literasi digital yang mencakup kemampuan teknis, pemahaman etika, sikap positif terhadap budaya digital, serta pengetahuan tentang keamanan informasi.
Dengan demikian, mereka dapat berkontribusi secara positif dilingkungan digital sambil menjaga integritas dan etika professional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H