Momen 17 Agustus tahun ini yang sengaja Alloh sandingkan dengan Hari Raya Iedul Fitri adalah anugrah spesial yang diberikanNya khusus untuk Masyarakat Indonesia. Hari kemerdekaan memang bukan hari raya keagamaan, tetapi boleh diyakini bahwa para pejuang kemerdekaan telah melandaskan perjuangannya pada nilai-nilai religiusitas. Lihat saja kerangka awal pancasila, atau perhatikan saja 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Romadhon, sebuah momen yang juga sangat sakral bagi masyarakat muslim. Para pejuang khususnya mencoba menghimpun spirit Nuzulul Qur'an agar Alloh memberikan berkah melimpah sebagaimana turunnya Kitab Suci Al-Qur'an yang membawa kemaslahatan bagi alam semesta. Atau lihat saja tanggal kemerdekaan kita, ya, 17 Agustus (17-8). Sekarang mari kita lihat ayat 17 dari surat Al-anfal (surat ke-8). "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Ayat tersebut memberikan pesan yang istimewa mengenai kemenangan. Sebagaimana Allah memberikan kemenangan kepada bangsa Indonesia 14 abad sesudah itu, yang juga menjadi titik tolak kedaulatan bangsa kita, Kemerdekaan Indonesia. Sebuah kemenangan yang disebutkan sebagai kemenangan yang baik. Kebaikan dengan kualitas tinggi, kebaikan yang memiliki standar yang mulia, kebaikan milik Allah. Bukan kebaikan menurut si Joko yang sholatnya saja terkadang masih tak lengkap, ataupun menurut si Julia yang masih sering kali su'udzon terhadap sesamanya. Kemenangan ini lantas seharusnya kita yakini bahwa Indonesia senantiasa berada dalam kasih sayangNya, bahwa Indonesia dengan jutaan kaum mu'minin di dalamnya akan turut serta menebarkan kebaikan kepada sesamanya, kepada dunia bahkan kepada semesta raya. Indonesia mungkin tidak akan pernah menghirup hawa kemerdekaan, kalau lah para pahlawan-pahlawannya tidak dianugerahi Allah sifat-sifat yang mulia, nilai-nilai kejuangan yang luar biasa tingginya, perilaku-perilaku tawadhu' yang mempesona. Karena, seperti halnya pada ayat diatas, sesungguhnya yang harus disadari lebih dahulu adalah kesadaran penuh bahwa keterlibatan Allah adalah mutlak terhadap setiap hal yang diperjuangkan. Hal ini yang kemudian akan mengubur sifat-sifat patriotik yang membabi buta, yang hanya akan membawa pada kecelakaan belaka.
Maka, Generasi penerus sudah semestinya turut serta meneladaninya. Mengingat kembali beberapa jenak, bahwa, sebagaimana kemerdekaan Indonesia tercinta, kaya, pintar, populer, dan berbagai pencapaian hebat kalian lainnya adalah bagian dari kehendakNya, bagian dari sya'n Allah dalam memenuhi permintaan makhlukNya. Indonesia tercinta, insyaAlloh, adalah negeri yang sangat disayang Alloh. Masyarakat Indonesia mengemban amanah menebar kebaikan di semesta raya. Bersama-sama mari kita ucap syukur atas anugerah Allah yang luar biasa indah dalam hidup kita, kemudian mari ucap basmalah untuk melangkah lagi, menyambut kehendak-kehendakNya yang lain untuk Indonesia yang semakin baik. Selamat Hari Raya Kemerdekaan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H