Jijik merupakan salah satu emosi yang dapat dirasakan melalui penampilan, bau, sesuatu yang dibenci, dan tekstur tertentu. Rasa jijik seringnya tidak dialami sendiri saja tetapi seringkali juga disertai dengan emosi negatif lainnya seperti rasa takut, kecemasan, kemarahan dan bisa saja bergabung dengan keadaan emosional lainnya.Â
Contoh rasa jijik ini misalnya terdapat seorang anak kecil bernama Riza yang bermain ke sawah bersama Kakeknya. Lalu ia tiba-tiba tak sengaja menginjak katak di sawah tersebut, spontan ia berteriak karena kakinya merasa geli atau jijik bersentuhan dengan kulit kodok itu.Â
Nah, hal yang dirasakan oleh Riza tadi bersamaan dengan rasa jijik dan rasa takut. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? karena ia sering mendengar bahwa jika kita terkena kulit katak kencing katak maka membuat kulit menjadi gatal-gatal. Respon dari rasa jijik ini biasanya dengan berusaha menjauhkan diri atau menghilangkan hal yang dianggap menjijikkan tersebut.
Apakah teman-teman tahu jika rasa jijik ini terdapat pengimplikasiannya terhadap perkembanga sosial anak?
Rasa jijik yang muncul pada diri seseorang dapat memengaruhi perkembangan sosialnya. Ketika seseorang jijik akan suatu hal, memunculkan reaksi pada perubahan raut muka, menghindari hal yang menjijikkan itu, berteriak, dan gerakan mempertahankan diri.Â
Contohnya yaitu misalkan terdapat anak yang bernama Mely yang mana ia jijik ketika bertemu atau melihat kecoa. Kemudian pada saat di kelas, teman Mely yang bernama Rio ini menemukan kecoa di dalam lemari yang kemudian ia pegang. Rio yang jail ini iseng untuk menakut-nakuti Mely dengan kecoa tersebut. Ketika kecoanya didekatkan pada Mely, ia berusaha lari agar terhindar serta melindungi dirinya.Â
Karena kejadian tersebut, Mely marah sehingga ia tidak mau berteman dengan Rio lagi.
 Bahkan ia merasa takut, ragu dan hati-hati ketika ingin bermain atau bersosialisasi dengan Rio atau teman-teman lainnya sebab ia takut jika dijahili kembali. Nah, dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak akan mengalami kesulitan dalam perkembangan sosialnya.
Selain rasa jijik yang dirasakan oleh anak, terdapat pula rasa emosi yang sering dialami oleh anak-anak yaitu malu. Malu merupakan emosi menyakitkan yang biasanya disertai perasaan menjadi 'kecil', tidak berharga, serta ketidakberdayaan Tangney (1999).Â
Selain itu, dari perspektif psikologis, rasa malu dikatakan sebagai perasaan yang muncul karena tidak menyadari sesuatu yang tidak berharga, menggelikan, tidak pantas, memalukan, emosional tentang perilaku atau kondisi seseorang (atau tentang sesuatu yang terhormat), atau melanggar hukum dalam situasi kesopanan (Gilbert, 2003:1).Â
Rasa malu ini dapat membuat seseorang merasa terganggu dalam tindakannya, bingung dalam berpikir dan tidak dapat berbicara. Pola rasa malu ini meliputi tubuh yang mengecil, bahu yang bungkuk, dan perasaan ingin menghilang dari orang lain.