Mohon tunggu...
ZILVANA APRILIAPUTRI
ZILVANA APRILIAPUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - I am a student pursuing an undergraduate degree in History at Padjadjaran University. Project Officer of WTSAR | Project Officer of Cadre School

I have an interest in writing. My topical interest are contemporary history, cultural issues, and past politics. I am experienced in various fields of writing, and have published three of writing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saminisme, Dari Gerakan Massa menuju Suku Bangsa

22 Juni 2024   03:56 Diperbarui: 22 Juni 2024   16:23 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramugi Prawiro Wijoyo (66). Sumber: National Geograpic

A. Sejarah Samin dan Sedulur Sikep

Saminisme merupakan ajaran suatu tokoh Blora yang bernama Samin Surosentiko. Nama ini sendiri bukanlah nama asli. Samin memiliki arti "sami sami amin" yang merujuk pada pemaknaan demokrasi, yaitu pengutamaan kesepakatan atas suara orang banyak dalam memutuskan sesuatu. Tokoh yang kerap dipanggil Ki Samin itu, memiliki nama asli Raden Kohar. Ya, dari namanya dapat dilihat bahwa ia memiliki darah bangsawan. Alasan utama beliau mengganti nama menjadi Samin, tak lain tak bukan untuk kemudahan berbaur dengan masyarakat luas tanpa melihat kasta. Raden Kohar ini kelak akan menyebarluaskan suatu ajaran yang disebut dengan Sikep. 

Dalam buku "Agama Tradisional" karya Abdullah Masmuh, dkk menyatakan bahwa ajaran luhur Jawa yang nantinya kita kenal dengan Saminisme sudah diajarkan oleh ayahanda Ki Samin, yakni Raden Surowidjoyo. Beliau lah yang memulai perjuangan untuk melawan Belanda yang kerap merugikan masyarakat Blora melalui kebijakan-kebijakannya. Blora sendiri merupakan suatu wilayah di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. Blora termasuk wilayah kaya sumber daya alam, terutama kayu jati dan migas nya. Faktor inilah yang menarik Belanda untuk mengeruk sumber daya alam di wilayah Blora. 

Untuk penggalian informasi lebih mendalam, saya berkesempatan mewawancarai Pramugi Prawiro Wijoyo atau akrab di sapa Mbah Pram. Ia merupakan generasi kelima Samin Surosentiko sekaligus Ketua Paguyuban Kerukunan Sedulur Sikep. Saat ditanyai mengenai Raden Surowidjoyo, beliau menjelaskan dengan begitu informatif kepada saya. "... Mbah Surowidjoyo itu dulu suka blusuk-blusuk buat bantuin warga yang kesusahan. Beliau juga mendirikan suatu kelompok di kalangan masyarakat itu di kasih nama Tiyang Sami Amin" terang Mbah Pram. Ia melanjutkan penuturannya, "... Samin itu kan nama orang mbak, dari tokoh namanya Samin Surosentiko, beliau terkenal dengan ajarannya yaitu Sikep. Sikep iku ajaran kuno Jawa. Sikep itu artinya bahwa manusia hidup di dunia ini harus jangkep. Artine jangkep iku ngerti mana yang baik dan mana yang tidak. Namun, jika melihat ada orang lain salah, ya jangan disalah-salahkan, jika ada orang jelek, ya jangan dijelek-jelekkan. Makanya yang mengikuti Ki Samin itu disebut Sedulur Sikep". Ajaran Sikep yang disebarkan oleh Samin ini sebenarnya memiliki tujuan utama yaitu menjaga kerukunan antar sesama. Masyarakat Samin ini selalu mandang setiap manusia sama dan setara, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Penghargaan dan penghormatan terhadap orang lain itu begitu diutamakan, tidak ada yang namanya bertengkar dengan tetangga. 

Sebelumnya, telah disinggung bahwa ajaran Samin memang sudah dimulai dari Raden Surowidjoyo, yang melakukan aksi heroik nya untuk melawan kebijakan pemerintah kolonial. Namun, pengaruh Raden Surowidjoyo ini belum begitu luas, dan ia juga segera menghilang begitu saja dari mata publik. Banyak asumsi bahwa ia ditangkap oleh Belanda, namun belum ada bukti konkrit mengenai kematiannya. Beruntungnya, perjuangannya dalam membantu masyarakat kecil telah menginspirasi salah satu anaknya, Raden Kohar.

Raden Kohar atau biasa dipanggil Ki Samin memiliki karakter yang persis seperti ayahnya, peduli dengan masyarakat banyak. Ia gemar menggaungkan perlawanan menghadapi pemerintah kolonial dengan cara damai. Tidak ada pertempuran, tidak ada angkat senjata, tidak ada nyawa yang dikorbankan. Dilansir dari National Geographic, ajaran dan perjuangan Ki Samin semakin menguat setelah munculnya kebijakan pembatasan akses hutan Blora yang merupakan salah satu sumber daya penghasilan masyarakat. Ditambah pemberlakuan kebijakan pajak yang semakin menyengsarakan rakyat. Atas dasar rasa senasib sepenanggungan, akhirnya membuat ajaran ini semakin meluas dan terkenal. Apalagi penolakan akan kebijakan Belanda tidak menyertakan peperangan, melainkan dengan menunjukkan rasa ketidaksukaan dan mengasingkan diri. Menurut penjelasan Mbah Pram, masyarakat enggan untuk melakukan kerja bakti, meronda, dan membayar pajak. Bahkan, masyarakat menolak untuk bersekolah jika sekolah itu buatan Belanda. Sedulur Sikep/Wong Sikep (masyarakat penganut Saminisme) juga menolak kemajuan teknologi kedaerahnya jika itu bagian dari pengaruh Belanda. Mereka menerapkan prinsip hidup yang menjunjung kejujuran dan kesederhanaan.

B. Ajaran Luhur Samin

Gapura Desa Sambongrejo, Blora. Dok Pribadi: diambil pada 21 Januari 2023
Gapura Desa Sambongrejo, Blora. Dok Pribadi: diambil pada 21 Januari 2023

Setelah semakin banyak yang tergabung dalam Sedulur Sikep, pemberontakan dalam senyap itu terendus oleh Belanda. Akhirnya pemerintah kolonial turun tangan mengatasi ini. Ki Samin tertangkap dan diasingkan ke Padang. Namun ternyata, Saminisme tidak mengalami masa kadaluarsa. Ajaran luhurnya  masih melekat dan dianut oleh masyarakat Blora hingga saat ini. Mbah Pram menjelaskan mengenai pedoman ajaran Sikep yang bersumber pada kitab pusaka bernama Jamus Kalimosodo. "... Ajaran Saminisme iku sumbere saka Kitab Jamus Kalimosodo, yaitu kitab Jawa kuno" tuturnya. Beliau melanjutkan bahwa dalam ajaran Samin, terdapat tiga pedoman, lima larangan, dan lima tujuan. "Ngene mbak, kalo di Sedulur Sikep, ana telu pedoman, limo larangan, lan limo tujuan. Telu pedoman iku yo mbak, ana pengucap, pertikel, lan kelakuan" ucap Mbah Pram santai sambil sesekali mengisap rokok kreteknya. Pengucap, adalah pedoman dalam menjaga ucapan, jangan sampai menyakiti hati orang lain. Kemudian, Pertikel adalah pedoman dalam menjaga pikiran. Sedangkan Kelakuan berarti menjaga tingkah laku kita dalam bertindak sesuatu.

Selanjutnya Mbah Pram melanjutkan kembali penuturannya, "... sedulur sikep kui ora oleh sing jenenge jrengki, srei, panastein, dahpen, karo kemeren. Larangan kui mesti dijalankan oleh Sedulur Sikep, tujuane kui dinggo limo mbak, yaiku demen, becik, rukun, seger, waras".  Jrengki sendiri artinya jahat, jahil. Srei artinya menjegal, gemar menyalahkan orang lain dalam segala hal. Panastein artinya sikap mudah panas hati, setiap melihat tingkah laku orang suka bawaannya panas, dan gemar memanasi orang lain. Kemudian ada Dahpen artinya gemar mencela, gemar mencampuri urusan orang lain dan akhirnya berujung pada penyebaran fitnah yang menjerumuskan. Terakhir ada Kemeren artinya iri hati, bobotnya dalam ajaran Sikep ini paling kecil, karena dirasakan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun