Mohon tunggu...
Zildan Zhulfan
Zildan Zhulfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Hobi membaca komik dan novel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemodelan Ekonometrika untuk Mengukur Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Inflasi

9 Oktober 2024   14:55 Diperbarui: 9 Oktober 2024   15:06 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bmdstreet.co.id/konsultan-feasibility-study.html

Hubungan antara kebijakan fiskal dan inflasi telah menjadi perhatian utama dalam ekonomi makro, dengan banyak penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasi dan mengukur dampaknya. Kebijakan fiskal, yang mencakup pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak, dapat mempengaruhi inflasi melalui berbagai saluran. Secara umum, terdapat dua pendekatan utama untuk memahami hubungan ini: pendekatan Keynesian dan pendekatan Monetaris.

1. Pendekatan Keynesian

  • Pandangan Keynesian berargumen bahwa kebijakan fiskal yang ekspansif dapat mendorong permintaan agregat. Ketika pemerintah meningkatkan pengeluaran, misalnya melalui proyek infrastruktur atau program sosial, hal ini akan meningkatkan permintaan barang dan jasa. Jika perekonomian beroperasi di bawah kapasitas penuhnya, peningkatan permintaan ini dapat meningkatkan output tanpa menyebabkan inflasi yang signifikan. Namun, ketika ekonomi mendekati kapasitas penuh, peningkatan permintaan dapat menyebabkan tekanan inflasi.
  • Studi oleh Blanchard dan Perotti (2002) menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang ekspansif dapat memiliki efek langsung pada inflasi dalam jangka pendek. Mereka menggunakan model VAR untuk menganalisis data dari negara-negara maju dan menemukan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah cenderung diikuti oleh peningkatan inflasi. Penelitian ini menekankan pentingnya pemahaman tentang kondisi ekonomi saat mengimplementasikan kebijakan fiskal.

2. Pendekatan Monetaris

  • Sebaliknya, pendekatan monetaris, yang dipelopori oleh Milton Friedman, berfokus pada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan inflasi. Friedman (1968) berargumen bahwa inflasi selalu dan di mana-mana adalah fenomena moneter. Dalam pandangan ini, kebijakan fiskal yang ekspansif dapat berkontribusi pada inflasi jika dibiayai oleh pencetakan uang. Ketika pemerintah membiayai pengeluaran melalui utang, hal ini dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar, yang pada gilirannya dapat menyebabkan inflasi.
  • Penelitian oleh Sargent dan Wallace (1981) menggarisbawahi risiko inflasi yang terkait dengan kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan. Mereka menunjukkan bahwa jika pemerintah terus-menerus membiayai defisit anggaran melalui pencetakan uang, hal ini akan menghasilkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi di masa depan. Konsekuensinya, masyarakat dan pasar akan menyesuaikan perilaku mereka, yang dapat memperkuat inflasi di masa depan.

3. Penelitian Empiris

  • Berbagai penelitian empiris telah dilakukan untuk menguji hubungan antara kebijakan fiskal dan inflasi di berbagai negara. Penelitian oleh Auerbach dan Gorodnichenko (2012) menggunakan data dari negara-negara maju dan menemukan bahwa dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi sangat bergantung pada kondisi ekonomi. Mereka mencatat bahwa dalam situasi resesi, kebijakan fiskal yang ekspansif cenderung lebih efektif dalam merangsang output tanpa menyebabkan inflasi yang signifikan. Namun, dalam kondisi perekonomian yang mendekati kapasitas penuh, dampak inflasi menjadi lebih nyata, menunjukkan bahwa kebijakan fiskal harus dipertimbangkan dengan hati-hati dalam konteks siklus ekonomi.
  • Di Indonesia, penelitian oleh Firdaus (2019) juga menunjukkan bahwa kebijakan fiskal memiliki dampak signifikan terhadap inflasi. Dalam penelitiannya, dia menemukan bahwa pengeluaran pemerintah yang meningkat berkontribusi pada kenaikan inflasi, terutama dalam jangka pendek. Temuan ini mencerminkan bahwa meskipun kebijakan fiskal dapat merangsang pertumbuhan, pengelolaan yang hati-hati diperlukan untuk mencegah inflasi yang berlebihan.

4. Pembahasan

  • Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Keynesian yang menyatakan bahwa kebijakan fiskal yang ekspansif dapat mendorong inflasi, terutama dalam situasi ekonomi yang mendekati kapasitas penuh. Temuan ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah yang meningkat secara signifikan berkontribusi terhadap inflasi, yang dapat dijelaskan oleh peningkatan permintaan agregat yang dihasilkan dari pengeluaran tersebut.
  • Hasil dan pembahasan ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal, baik melalui pengeluaran pemerintah maupun pendapatan pajak, memiliki dampak signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti bagi pemahaman hubungan antara kebijakan fiskal dan inflasi, serta memberikan rekomendasi bagi pengambil kebijakan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dalam mengendalikan inflasi.
  • Di sisi lain, peningkatan pendapatan pajak juga berkontribusi terhadap inflasi, meskipun dampaknya lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran pemerintah. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan pendapatan pajak yang tidak efisien atau peningkatan biaya administrasi yang dapat mengurangi dampak positif terhadap daya beli masyarakat.

D. Kesimpulan

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi di Indonesia dengan menggunakan pemodelan ekonometrika. Berdasarkan analisis yang dilakukan, beberapa kesimpulan dapat diambil sebagai berikut:

  • Pengaruh Signifikan Kebijakan Fiskal: Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pengeluaran pemerintah maupun pendapatan pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi. Peningkatan pengeluaran pemerintah sebanyak 1% berpotensi meningkatkan inflasi sebesar 0.45%, sementara peningkatan pendapatan pajak sebesar 1% berkontribusi pada kenaikan inflasi sebesar 0.25%.

  • Kesesuaian Model: Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kesesuaian yang baik, dengan hasil uji F yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa variabel kebijakan fiskal dapat menjelaskan fluktuasi inflasi di Indonesia, mendukung hipotesis bahwa kebijakan fiskal memiliki dampak yang nyata terhadap inflasi.

  • Implikasi untuk Kebijakan: Temuan ini memiliki implikasi penting bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi fiskal. Kebijakan yang berfokus pada pengeluaran pemerintah harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari inflasi yang berlebihan, terutama saat ekonomi mendekati kapasitas penuhnya. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan pendapatan pajak agar dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga.

  • Saran untuk Penelitian Selanjutnya: Penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk studi lebih lanjut mengenai hubungan antara kebijakan fiskal dan inflasi. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel lain, seperti aspek kebijakan moneter dan faktor eksternal, untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai dinamika inflasi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun