Mohon tunggu...
Zikrillah
Zikrillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku adalah aku dan akan tetap menjadi aku yang akan mengatakan tidak pada narkoba

Kerjakan Sesuatu Dengan Sungguh-Sungguh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Merdeka atau Merdeka Belajar

8 Januari 2020   16:06 Diperbarui: 8 Januari 2020   16:09 5420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thema Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim tentu bukan topik baru, topik itu sudah lama dicetuskan oleh para penggiat pendidikan. Salah satunya dicetuskan oleh penggiat pendidikan dalam Temu Pendidik Nusantara yang jauh-jauh hari thema Merdeka Belajar menjadi topik utama dalam setiap kegiatan dan diskusi. Terus apa juga yang dibanggakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang katanya mewakili kalangan Milenial kalau bukan hanya dari Teknologi aplikasi yang dicetuskan. Walapun demikian apresiasi juga penting diberikan karena telah melahirkan inovasi baru, namun demikian tidak semena-mena juga mengurus dan mengatur sistem pendidikan nasional. Bicara teknologi iya boleh berkiblat ke Nadiem Makarim, namun kalau belajar sistem Kurikulum Pendidikan, Nadiem Makarim mesti belajar lagi sama yang ahlinya.

Merdeka Belajar merupakan program unggulan yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019. Yang dimaksud oleh Merdeka Belajar ala Menteri Teknologi dalam kebijakan strategisnya adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) dan Zonasi. Namun dari sisi lain Merdeka Belajar bukan hanya diruangan kelas, bisa menjawab pertanyaan guru, bermimpi hanya sebatas menunjuk tangan tatkala dikasih pertanyaan, namun Merdeka Belajar adalah mempunyai jiwa dan cita-cita melampaui langit yang melampaui ruang kelas dan batas dunia, ini akan terjadi apabila seorang pendidik memiliki kemerdekaan dalam mengajar. Satu pertanyaan yang wajib kita jawab secara bersama, apakah kita sebagai seorang pendidik sudah merasa merdeka dalam belajar. Itu adalah konsep awal dalam mewujudkan kemerdekaan dalam belajar. Merdeka Belajar merupakan tindakan yang bebas tanpa ada batasan dan kritikan.

Dewasa ini banyak kalangan pendidik yang terjebak pada cara dan tujuan, tidak bisa membedakan cara dengan tujuan, semua hanya terjebak pada sistem administrasi pendidikan, sibuk menyiapkan berkas, terjebak pada ketentuan-ketentuan birokrasi, akreditasi, nilai dan ujian yang semua itu hanyalah cara untuk menjadi tujuan dan menjadi prioritas.

Berbicara Belajar Merdeka mudah diucapkan dan susah dilakukan, bicara belajar merdeka tidak terlepas dari Komitmen, Mandiri dan Refleksi. Komplek sudah masalah pendidikan di negara kita Indonesia. Komitmen dalam belajar merupakan modal awal dalam mencapai cita-cita dan tujuan sebagai amanat undang-undang dan tujuan pendidikan nasional.

Mandiri dalam Belajar Merdeka sebagai landasan untuk bisa mencapai tujuan, ini juga sulit dilakukan, kebanyakan hanya terjebak pada manipulasi dengan ketentuan dan jabatan sehingga membuat sulit untuk bisa belajar merdeka, semua hanya terhenti sebagai tempat memberi masukan dan tempat konsultasi. Refleksi merupakan kendala yang sangat besar untuk kita bisa menuju perubahan dalam pendidikan. Kita cenderung untuk melihat ke cermin, mencari kambing hitam dibalik tidak bisa merefleksikan diri, menyalakan orang tua, menyalahkan kemampuan murid padahal semua itu hanya ketakutan besar yang kita alami. Oleh karena itu mari berbuka diri agar terjadi perubahan dalam pendidikan.

Seorang pendidik tidak mesti belajar kepada yang ahli atau pakar pendidikan, guru tidak perlu figur yang sempurna dan serba ahli, seorang guru paling efektif belajar dari guru-guru yang dulu mengalami kegagalan sehingga berhasil dan guru lain yang mempraktekkan apa yang dipelajari. Seorang guru berani belajar bukan hanya sekedar untuk mengetahui, akan tetapi bisa mempraktekkan hasil yang di dapat dan bisa di transfer kepada orang lain.

Belajar Merdeka yaitu belajar dari tidak mengejar target yang dipaksakan, belajar itu butuh waktu, atas nama pendidikan tidak pernah berkurang dari berbagai inovasi, semua peserta didik butuh hal yang berbeda dari guru. Maka kompetensi peserta didik tidak hanya tumbuh diruang kelas, selebihnya tumbuh dalam lingkungan belajarnya. Kompetensi bukan bersifat individu melainkan kompetensi itu tumbuh bersama lingkungan.

Belajar Merdeka bukan proses yang diberikan, akan tetapi proses yang digerakkan. Bagaimana mampu bergerak dengan kemauan untuk mencapai tujuan dan konsisten yang menjadi prioritas utama. Reformasi pendidikan sangat sulit untuk dilakukan, disamping membutuhkan waktu yang lama juga membutuhkan waktu dengan pemangku kepentingan dan sulit melihat keberhasilan. Belajar merdeka adalah belajar alamiah dari proses yang dialami secara merdeka diluar bangku sekolah, banyak hal atau pengalaman yang didapat diluar bangku sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler sangat dibutuhkan sebagai langkah pengembangan dan aplikasi kepribadian diluar kelas.

Sebagai manusia merdeka tidak ada yang berbeda dan berkotak-kotak dalam belajar, semua beragam hanya saja peran masing-masing yang berbeda sehingga membuat derajat berbeda dimata manusia, namun dimata tuhan tetap sama walapun beragam. Merdeka Belajar dan Belajar Merdeka semua sama hanya metode dan sistem saja yang berbeda. Silahkan disimpulkan masing-masing, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun