Mohon tunggu...
zikril farhatabdurahman
zikril farhatabdurahman Mohon Tunggu... Bidan - anak brandal

aku cape sekolah jadi maj bikin artikel aja deh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Mimpi Indonesia Emas 2045 akan Gagal Karena Literasi yang Rendah??

13 Januari 2023   14:00 Diperbarui: 13 Januari 2023   14:09 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pribahasa menyebutkan bahwa buku adalah jendela dunia, arti pribahasa tersebut dengan membaca buku kita dapat mengetahui isi dunia tanpa melakukan sedikitpun perjalanan, hal ini menyadarkan betapa pentingnya buku bagi kehidupan manusia karena bisa memberikan berjuta-juta pengetahuan bahkan lebih dari itu.

Sumber daya manusia di Indonesia sangatlah banyak, bahkan Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penduduk yang paling banyak di dunia namun, hal tersebut tidak bisa membuat Indonesia menjadi bagian negara maju, hal itu kerena sumber daya manusia di Indonesia tidak berkualitas salah satu penyebabnya adalah minat tingkat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, itu tidak dapat dipisahkan dari meningkatkan kemampuan membaca. Melek huruf adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan karena kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang untuk menyerap informasi, menganalisis, berkomentar, dan berpikir secara kritis mengenai informasi yang mereka peroleh. Khususnya dalam percepatan akses jaringan internet saat ini, itu menjadikan melek huruf sangat penting terutama bagi siswa dan atau generasi muda.

Hal ini sangat memprihatinkan, sangat disayangkan sekali jika mimpi Indonesia maju tahun 2045 akan gagal yang disebabkan oleh tingkat minat baca bangsa ini masih rendah. Sangat miris sekali bukan?

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) atau "Program Penilaian Siswa Internasional" tahun 2010, menempatkan posisi membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti. "PISA menyebutkan, tak ada satu siswa pun di Indonesia yang meraih nilai literasi ditingkat kelima, hanya 0,4 persen siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat. Selebihnya di bawah tingkat tiga, bahkan di bawah tingkat satu. "

PISA adalah studi penilaian tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) atau "Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi" untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan mengukur performa akademik pelajar sekolah berusia 15 tahun pada bidang matematika, sains, dan kemampuan membaca.

Kemudian berdasarkan survei pada tahun 2019 yang dilakukan oleh Program penilaian siswa internasional (PISA), yang dikeluarkan oleh organisasi untuk kerja sama dan pembangunan ekonomi (OECD) (kemendagri.go.id, 23/3/2021), Indonesia berada di bawah 10 negara dengan tingkat melek huruf yang rendah. Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara.

Hal tersebut terjadi karena Indonesia diklaim dan dinilai sebagai negara dengan aktivitas membaca yang rendah, sehingga indeks kemampuan baca menurun. Klaim ini sebenarnya masuk akal, karena hanya 1 dari 1000 orang indonesia yang suka membaca sehingga indeks minat baca hanya 0,001. Bahkan dilansir dari UNESCO pada tahun 2012, tingkat melek huruf orang dewasa sebesar 65,5%. Padahal di tahun yang sama, Malaysia yang merdeka beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, angka melek huruf penduduknya sudah mencapai 86,4%.

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan hendaknya mengeluarkan kebijakan yang jelas dalam mencermati secara serius masalah masyarakat terkait minat membaca serta memberikan bantuan baik secara moril berupa dorongan atau motivasi kepada masyarakat, maupun bantuan secara materil. Dengan membangun infrastruktur yang layak digunakan sebagai sarana baca bagi masyarakat agar akhirnya akan tertarik membaca, yang pada masyarakat gemar belajar

Namun jika hanya pemerintah saja yang berupaya untuk meningkatkan minat baca penduduk di Indonesia khusus para pelajar akan sangat sulit. Oleh karena itu, harus ada kesadaran dari orang tua untuk menanamkan kebiasaan membaca untuk anak sedari dini. Kebiasaan itulah yang kemudian akan membuat seseorang nyaman untuk membaca, dimulai dari kenyamanan, seseorang akan menjadi gemar. Layaknya konsep cinta.
 
Mari kita sama-sama mendorong, menumbuhkan, dan meningkatkan budaya membaca masyarakat Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia emas 2045.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun