Tembakau merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan baku utama rokok. Tanaman tembakau bukan tanaman asli dari Indonesia, tanaman ini berasal dari Benua Amerika dengan nama latinnya nicotiana tobacum.(*) Tanaman tembakau termasuk jenis tanaman semusim, daunnya berbentuk bulat telur, dan mempunyai aroma yang khas. Species tanaman tembakau yang ada di dunia diperkirakan mencapai 20 jenis, yang persebaran geografisnya di berbagai negeri sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta variates yang diusahakan. Awal mulanya tanaman tembakau ini merupakan tanaman untuk komsumsi kelompok elite saja dan kemudian secara meluas tanaman ini menjadi tanaman yang sering dikomsumsi oleh masyarakat.(*)Â
Indonesia memiliki tanah yang subur dan iklim yang mendukung untuk ditanami tanaman tembakau. Tanaman tembakau masuk kedalam kategori tanaman ekspor dan menjadi tanaman yang wajib ditanam pada saat diberlakukannya cultuurstelsel(*) atau sistem tanam paksa pada periode tahun 1830--1870 yang dipimpin oleh Van Den Bosch.(*) Adanya sistem tanam paksa ini, pada perkembangannya menuntut untuk memunculkan perkebunan-perkebunan baru khusunya perkebunan tembakau di beberapa daerah yang baru. Perkembangan tembakau hanya ditanam dan tumbuh di beberapa tempat khusunya di kepulauan Jawa seperti, di daerah Buitenzorg (Bogor), Priangan dan Cheribon (Cirebon).(*)
Kota Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang terletak pada lokasi strategis dan menjadi penghubung pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui jalur pantura. Karena letak daerah kota Cirebon yang merupakan daerah sentral dari segi perhubungan dan komunikasi maka, menjadi keuntungan bagi kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah utara provinsi Jawa Barat bagian timur. Secara geografis kota Cirebon terletak pada posisi 108 33(0) dan 6 41(o) Lintang Selatan pantai Utara Pulau Jawa. Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan wilayah administrasi 37,35 km2 atau 3.735,8 hektar.
Gedung British American Tobacco (BAT) secara administrasi terletak di jalan Pasuketan 1 Kampung Kebumen, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat. Wilayah pesisir kota Cirebon terdapat dua kecamatan pertama Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Keajaksan. Jika digabungkan 2 kecamatan tersebut maka, luas wilayah kecamatan pesisir di kota Cirebon mempunyai luas sekitar 8.56 km(2).(*) Â
Awal mula sebelum berdirinya gedung British American Tembacco (BAT), merupakan lahan perusahaan yang bergerak di bidang minuman alkohol yang bernama Ament Group.(*) Awalnya lahan ini sebagai gudang atau pengolahan minuman alkohol, serta dijadikan tempat penyimpanan atau gudang produksi minuman alkohol. Perusahaan yang dinamakan dengan Indo Egyptian Cigarette Company membeli lahan Ament Group untuk memproduksi tembakau di kota Cirebon. Perusahaan Indo Egyptian Cigarette Companny bergabung sepenuhnya dengan perusahaan British American Tobacco (BAT). Pada tahun 1923 perusahaan ini bergabung dan sepenuhnya dimiliki oleh British American Tobacco company (BAT) yang berkedudukan di London Inggris. Awalnya lahan ini sebagai gudang atau pengolahan minuman alkohol, serta dijadikan tempat penyimpanan atau gudang produksi minuman alkohol. Perusahaan yang dinamakan dengan Indo Egyptian Cigarette Company membeli lahan Ament Group untuk memproduksi tembakau di kota Cirebon. Perusahaan Indo Egyptian Cigarette Companny bergabung sepenuhnya dengan perusahaan British American Tobacco (BAT). Pada tahun 1923 perusahaan ini bergabung dan sepenuhnya dimiliki oleh British American Tobacco company (BAT) yang berkedudukan di London Inggris.(*)Â
Menurut informasi Nedelandsche Aaaneming Maatschappij (NEDAM) bahwa di daerah Cirebon sedang membangun gudang tembakau. Perusahaan yang sebelumnya bernama Indo Egyptian Cigarette Company berkembang pesat dan mulai mendirikan perusahaan barunya dengan nama British America Tobacco (Java).(*) Gudang tembakau tersebut nantinya akan direnovasi dengan mengubah gaya bangunan semi Eropa (Art Deco). Pada tahun 1924, British American Tobacco (BAT) direnovasi oleh seorang arsitektur berkebangsaan Belanda yang bernama Fermont Cuypers dan Hulswit. Proses renovasi gudang tersebut Femont Cuyper dan Hulswit akan menyewa beberapa vendor konstruksi di Indonesia untuk memperbaiki atap dan besi bangunan Gudang tembakau British American Tobacco (BAT). Nantinya, vendor tersebut akan membantu dalam proses renovasi gudang tembakau British American Companny (BAT). Berikut ini nama vendor konstruksi serta rincian biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan renovasi gudang British American Companny (BAT).(*)
Tabel 1.1 Nama Vendor konstruksi serta rincian biaya pembangunan Gedung Tembakau British American Companny di Cirebon.
Bangunan induk Gedung British American Tobacco (BAT) berupa bangunan beton bertulang tiga lantai dengan luas bangunan kurang lebih 2.000 meter dan pondasi tiang pancang bangunan dipasang beton. Oleh karena itu, pekerjaan renovasi bangunan ini merupakan pekerjaan yang besar dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 10 bulan. Pembangunan gedung British American Tobacco (BAT) dibangun dan dirancang tiga lantai. Tiang-tiang konstruksi beton dan pondasi bangunan gedung British American Company (BAT) dibangun oleh konstruksi Wm. Muller & Co. Batavia.(*)Â
Keseluruhan bangunan pondasi di lantai 1dan di lantai 2 dibangun dengan panjang 70 Meter dan lebar 14 Meter, sedangkan dilantai 3 dibangun dengan panjang 90 Meter dan lebar 18 Meter. Konsep pembangunan pabrik ini nantinya dibangun 3 lantai, di lantai Pertama, terdapat pintu masuk, tangga utama, ruang untuk kepala teknisi, serta departemen untuk perawatan, kecelakaan, apotek, ruang pemeriksaan dan kamar mandi. Lantai Kedua, berfungsi sebagai kantor untuk kepala staff, ruang makan, dapur, toilet, kamar mandi untuk staff Eropa. Lantai Ketiga, adalah ruang bangunan mesin untuk produksi tembakau, serta toilet untuk para pekerja pabrik.(*)Â
British American Companny (BAT) juga berencana membeli alat dan mesin untuk meningkatkan kapasitas produksi rokok. Alat tersebut awalnya hanya memproduksi 8.000 batang per-menit maka, dengan alat dan mesin yang baru menjadi 56.000 batang per-menit. Sehingga dalam sehari British American Companny (BAT) menghasilkan sekitar 17 juta batang rokok perharinya.(*) Setelah semua hal yang berkaitan dengan pembangunan gedung British American Companny (BAT) tersebut sudah selesai dilaksanakan, baik menyangkut bangunan gedung atau mesin produksi tembakau. Gedung tembakau British American Tobacco (BAT) mulai beroperasi pada tahun 1924.(*) Selesainya persiapan yang berhubungan dengan pembangunan gedung British American Tobacco (BAT) pada tahun 1924 gedung British American Tobacco (BAT) diresmikan oleh Mr Dainer yang menjabat sebagai Direktur utama British American Tobacco (BAT). Acara peresmian gedung BAT dihadiri Kepala Departemen Pertanian, serta beberapa tamu penting lainnya. Dalam sambutannya Mr Dainer, mengatakan bahwa pembangunan gedung British American Tobacco (BAT) tersebut akaan membawa banyak kemakmuran bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya.(*)Â
Pada tahun 1927, penerimaan Bea Cukai kota Cirebon mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena hasil produksi tembakau British American Companny (BAT) mengalami peningkatan. Adanya perusahaan ini membuat pendapatan daerah tiap tahun terus meningkat yang semula hanya f. 531.200 (gulden) menjadi f. 711.800 (gulden). Peningkatan ini disebabkan karena banyaknya kertas rokok yang di impor ke beberapa negara oleh perusahaan tembakau British American Companny (BAT).(*)
Perkembangan pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang strategis karena terletak di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pleabuhan Cirebon menjadi pintu gerbang perkenomian Jawa Barat serta menjadi pelabuhan alternatif untuk mengurangi beban kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.(*) Berdasarkan latar belakang sejarah, demografi, potensi dan pertumbuhan yang berkembang, fungsi kota Cirebon diarahakan antara lain menjadi kota pelabuhan, sehingga diharapkan dapat berperan sebagai pintu gerbang ekspor dan impor yang melayani kota, wilayah belakang (hinterland) dan wilayah Jawa Barat bagian Timur serta Jawa Tengah bagian barat hingga akhirnya dapat memberikan pengaruh yang luas bagi per-ekonomian kota Cirebon dan sekitarnya.(*)Â
Eksistensi Pelabuhan Cirebon memegang peranan penting bagi kegiatan ekonomi masyarakat kota Cirebon karena dari pelabuhan inilah awal mula diangkutnya komoditas ekspor dan impor. Kegiatan dibidang impor, pelabuhan Cirebon tidak kalah penting dengan pelabuhan lainnya seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung mas (Semarang), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya). Khususnya ketika impor tembakau pada tahun 1930 sebesar f. 5.851.277.(*)Â
Tabel 1.2. Kegiatan Impor barang-barang kebutuhan di Pulau Jawa dan di Madura pada tahun 1929.
Â
Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat dikemukakan bahwa pentingnya Pelabuhan Cirebon bagi pemerintahan Hindia Belanda sebagai sumber pendapatan. Nilai yang dihasilkan dari Pelabuhan Cirebon dari segi komoditas impor seperti tembakau dan teh nilainya melebihi 3 Pelabuhan besar lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pentingnya Pelabuhan Cirebon bagi komoditas impor di Kawasan tersebut.
Pada tahun 1942, perusahaan ini mengalami hambatan, usaha dan kekayaan perusahaan jatuh kepada pemerintahan Jepang sehingga kegiatan produksi dihentikan. Usai perang dunia kedua, pada tahun 1949 perusahaan ini terus berkembang dengan memakai nama baru yaitu British America Tobacco Manufacture (Indonesia) Ltd. Usaha perdagangan dan industri ini ternyata tidak dapat terlepas dari perkembangan politik. Pada tahun 1963--1964, perusahaan yang diketahui adalah milik perusahaan inggirs, akhirnya dikuasai dan diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Perusahaan milik Inggris di Indonesia diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan British American Companny secara resmi menjadi milik Indonesia. Nama perusahaan yang terletak di Cirebon diubah menjadi PT BAT Indonesia.(*) Â
DAFTAR PUSTAKA :
Buku. Website, Jurnal:
ANRI, Citra Kabupaten Cirebon dalam Arsip, (Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2014).
Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, Kota Cirebon Dalam Angka 2003, (Cirebon: Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, 2003).
Burger, D.H, Sedjarah Eknomis Sosiologis Indonesia, (Jakarta: J.B Wolters, 1957).
Faturrohman, Firman, Eksistensi Pelabuhan Cirebon: Studi Ekonomi Politik Masa Hindia Belanda, 1930--1942, (Skripsi pada jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).