Kecelakaan pesawat selalu menjadi primadona pemberitaan, namun sayang hal ini hanya hangat2 kuku, karena setelah semua selesai biasanya “business as usual”.
[caption id="attachment_363742" align="aligncenter" width="300" caption="FDR dengan ELT floatable built in"][/caption]
Tidak banyak orang yang meningat dan peduli saat kondisi2 rawan, contohnya dari data statistic 50 tahun kebelakang, kejadian kecelakaan di Indonesia Bulan Desember January merupakan kejadian kecelakaan tertinggi dimana quantitasnya double dari rata2 kecelakaan 5 kecelakaan menjadi 10 kecelakaan di bulan desember januari.
Hal diatas cukup memprihatinkan, dalam hal ini banyak aspek2 yang terkait dalam rangka menekan tingkat kecelakaan dari mulai organisasi, regulator bahkan public sebagai pengguna jasa penerbangan yang tidak perduli kalau penggunaan tilpun genggam dapat menggangu keselamatan setidaknya hal yang nyata mengganggu komunikasi, begitu juga sebagai masyarakat yang tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukan cukup menggangu penerbangan, seperti penggunaan pesawat radio VHF(Very High Frequency) yang selalu terdengar mengganggu saat lepaslandas di Jakarta, khususnya pada frekuensi 119.75 MHz, keterlibatan organisasi seperti ORARI atau AIRNAV perlu mempelajari atau mengganti frequency ini ke alternative lain serta banyak lagi hal hal lain yang lebih focus ke organisasi atau perusahaan penerbangan itu sendiri.
Hal yang sedang hangat sekarang yaitu pencarian black box atau kotak hitam, dimana alat tersebut yang di desain tahan hentakan maupun suhu dirancang dan di letakan di ekor pesawat agar pada saat impact alat tersebut dapat terpisah dengan badan pesawat untuk keperluan pencarian. Namun sayang desain alat tersebut masih belum banyak berubah sejak 60 htaun silam kecuali tipe alat rekam dari tape, magnetic serta solidstate (seperti memori stik) dan beberapa perbaikan pada kuantitas kanal rekaman serta lama rekamaman, namun konsep desain dari segi pencarian dan penyelamatan masih sama, setiap kecelakaan di atas laut selalu kesulitan pencariannya. Dari 4 kecelakaan di air / laut,Airbus 320 XL Airways 27/11/08 di Prancis,Airbus 320 US Airways15/01/09 di New York,Airbus A310 Yemenia 626 30/06/09 dan Airbus A330 AF #447 01/06/09 di Samudra Atlantic yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk mendapatkan FDR tersebut.
Walau demikian sulit dan mahal biaya pencarian kotak hitam sebagai upaya mencari penyebab dan menghindari kejadian yang sama, praktisi penerbangan masih sulit melakukan terobosan2 penting utnuk memperbaiki hal yang memudahkan pencarian dengan biaya yang relative terjangkau, dalam hal ini ICAO (International Civil Aviation Organisation) badan penerbangan Sipil internasional yang menangani keselamatan dunia perlu melakukan perubahan dan perbaikan2, antara lain desain Floatable FDR dengan built in ELT(Emergency Locator Transmitter) dimana alat tersebut setelah terpisah dari ekor pesawat akan mengapung degnan balon berisi gas dan pada permukaannya dipasang antenna ELT dengan frekuansi 403 MHz yang dapat ditangkap satellite, FDR floatable ini bisa berbagai bentuk baik dengan balon atau dengan konsep masa yang lebih besar dengan Styrofoam (Gabus) agar dapat mengapung di atas air sehingga memudahkan pendeteksian dan pencarian.Mari kita tunggu perkembangan dari ICAO, penulis telah menyampaikan proposal desain tsb ke ICAO dan belum ada tanggapan. Semoga kejadian2 kecelakaan di air dapat lebih cepat mendapatkan pencarian dan pertolongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H