Mohon tunggu...
Ziki Asa Nadhovani
Ziki Asa Nadhovani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi dengan musik terutama K-POP, EDM. Juga bermain Game

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Fenomena Toxic Dalam Bermain Game Online

17 April 2021   14:18 Diperbarui: 17 April 2021   14:27 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, kita manusia memiliki banyak pilihan ketika akan berkomunikasi dan bersosial dengan orang lain. Salah satunya yaitu dengan metode berkomunikasi online atau menggunakan internet. Masyarakat siber atau cyber community adalah suatu komunitas sosial yang berada di jaringan maya atau dunia maya. Salah satu komunitas terbesar di dunia adalah komunitas game online.

Zaman dahulu, permainan masih berbentuk fisik, permainan yang menggunakan tubuh untuk bisa bermain, berbeda dengan saat ini ketika hanya menggunakan satu alat yaitu gawai (smartphone, komputer, dll) bisa bermain permainan apapun selama alat tersebut mampu. Karena akses internet yang lebih mudah, maka popularitas game online juga semakin meningkat. Kini siapapun dari berbagai tempat bisa saling bertemu untuk bermain game bersama, bisa menjadi teman satu tim atau bahkan menjadi musuh di dalam game. Sayangnya, dalam bermain game online tidak jarang orang yang mencaci-maki orang lain dengan kata atau kalimat yang termasuk kasar, tidak cocok apabila kata tersebut dilangsungkan terhadap orang lain. Perilaku buruk tersebut sudah pasti merugikan diri sendiri dan orang lain. Pemain yang awalnya berperilaku baik pun memiliki keinginan untuk membalas cacian yang dilangsungkan oleh pelaku toxic.

Apa itu Toxic?

Toxic, Toxicity atau Toksisitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan suatu zat atau bahan yang mengakibatkan ketidaknyamanan, kesakitan, atau kematian pada manusia atau binatang. Sedangkan toksisitas atau toxicity (toxic) dalam bahasa Inggris memiliki makna racun. Dalam dunia game kata toxic jika diperluas bisa mengandung arti sebuah kata yang bersifat buruk, memiliki unsur jorok, atau kata-kata yang menjelek-jelekkan lawan bicara.

Pemicu Toxic dalam Game Online

Menurut Jodie Gale, seorang psikoterapis di Sydney, orang bisa berperilaku/berkata toxic karena mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka walaupun dengan cara yang tidak sehat.

Jeremy Blackburn dan Haewon Kwak dari Telefonica Research Barcelona mengatakan bahwa status anonymous (anonimitas) yang bisa didapatkan pemain bisa menimbulkan perilaku buruk termasuk game online itu sendiri. Dikarenakan bermain game online bisa menyembunyikan identitas asli dari orang tersebut. Setiap game online memiliki fitur untuk membuat nama akun gamenya sesuai dengan keinginan pemainnya sendiri, bebas tanpa ada peraturan (walaupun terkadang ada beberapa game yang membatasi untuk tidak boleh menggunakan kata kasar). Tetapi tetap saja, pemain tersebut masih bisa menggunakan nama lain yang tidak berhubungan dengan nama aslinya.

Umumnya, game online bersifat player vs player (PvP) atau pemain melawan pemain. Oleh karena itu bagi sebagian orang yang sangat serius dan bersemangat untuk memenangkan pertandingan, bisa memicu perilaku toxic. Terlebih lagi apabila teman satu tim tidak serius bermain, atau have fun. Keinginan untuk menang dan menjadi yang terbaik diantara yang lain bisa membuat pemain berperilaku agresif di dalam game. Seseorang berperilaku toxic dalam game bisa juga dikarenakan memang sifatnya yang sudah kasar, tidak bisa kontrol emosi, dan tidak tau tempat ketika dia akan berkata kasar.

Komunitas Streamer Game Online

Perilaku toxic sering terjadi di kalangan streamer. Streamer dalam hal ini adalah orang yang bermain game dengan cara direkam dan diserbarluaskan secara live (langsung) di internet. Streamer memiliki komunitasnya sendiri, biasanya ada di platform twitch, youtube, facebook

Banyak streamer yang ketika dia bermain game melontarkan kata-kata kasar padahal streamer juga menampilkan visual (muka, wajah) terhadap kontennya. Jadi status anonimitas pun tidak terlalu mempengaruhi seseorang untuk malu atau tidak nya berkata kasar. Malah tidak jarang pula ketika dia makin toxic, maka penontonya juga semakin suka terhadap kontennya. Itulah mengapa saat ini banyak orang yang ketika bermain game tapi sering mengucapkan kata-kata toxic.

Ninja adalah salah satu pemain ikonik yang cukup terkenal dikalangan streamer dan pemain profesional juga di dunia game. Itu dikarenakan dia memiliki skill yang sangat hebat dibandingkan yang lain. Dia mengatakan di Twitter pribadinya: 

“The Phrase “it’s just a game” is such a weak mindset. Your are ok with what happened, losing, imperfection of a craft. When you stop getting angry after losing, you’ve lost twice. There’s always something to learn, anda always room for improvement, never settle”.

Yang intinya adalah, ketika orang berkata bahwa “ini hanyalah sekadar permainan” hal itu adalah pemikiran yang lemah. Dia mengkritik orang yang tidak “toxic” ketika kalah bermain game karena menurutnya seseorang yang seperti itu tidak akan pernah berkembang permainannya.

Apakah Toxic Buruk, atau Baik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun