"Jangan ganggu Ibu! Biarkan Ibu di sini, menunggu bapakmu pulang!" pekik perempuan itu dengan warna muka yang merah menyala, diikuti tatapannya yang begitu tajam padaku.
Perlahan aku mundur satu langkah dari sisi Ibu. Namun, aku tak dapat menahan sesak ini karena setiap dua minggu sekali kelakuan Ibu menjadi aneh. Ibu terus saja menunggu dan menunggu. Namun, yang ditunggu tidak kunjung datang. Hanya kekecewaan yang didapatnya.
Tiga tahun lalu, keluarga kami sangat bahagia. Pun kehangatan dalam kehidupan kami kian tercipta dari hari ke hari.
Sejak Aku lahir, Ibu memutuskan tidak bekerja lagi di perusahaan ternama di Jakarta. Sehari-hari kegiatan Ibu hanya mengurus rumah tangga saja. Sedangkan Bapak bekerja di perusahaan yang terletak di luar kota, tepatnya di daerah Bogor.
Aku hanya mempunyai satu orang Adik. Rangga namanya. Aku dan Rangga sangat akrab. Saat ada masalah, tak lupa Adik membagi bebannya padaku. Pun sebaliknya disaat aku yang bermasalah.
"Bu, minggu ini Bapak pulang, kan?" tanya Rangga yang tengah asyik menonton TV.
"Iya, Nak," jawab Ibu sembari melipat baju bersamaku.
"Rangga mau kita piknik, Bu," lanjut Adikku dengan wajah sedikit tersenyum.
"Emang, kali ini kita mau jalan-jalan kemana, Bu?" Aku menimpali karena ikut senang.
"Tenang aja kalian, nanti begitu bapak pulang, Ibu akan membicarakannya, oke," ucap Ibu sambil beranjak dengan pelan menuju kamar.
***