Mohon tunggu...
Zihan Fajrin
Zihan Fajrin Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Iseng

Di balik tuntutan menulis berita teknologi aku sangat suka menonton film! Ayo kenalan di Instagram @hyhanzi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertanya dan Tekun Kunci Menjadi Wartawan

16 Juni 2017   12:42 Diperbarui: 16 Juni 2017   12:51 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu awan gelap masih menyelimuti cakrawala, salah satu dari kami mencoba untuk mewawancarai Eko Suprihatno selaku redaktur Media Indonesia. Ia memulai karier di dunia jurnalistik pada tahun 1993 sampai 1995 di majalah syainah, kemudian ia bekerja di majalah terbit harian pada tahun 1995 sampai 1999, setelah keluar dari majalah terbit harian ia bekerja di Media Indonesia sampai saat ini.

Ia menyebutkan, bekerja dalam dunia jurnalistik pasti ada saja kesulitannya. Namun, untuk menyelesaikan masalah tersebut kuncinya adalah bertanya dan selanjutnya berusaha. Sampai saat ini ia bergabung dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

"Kuncinya itu bertanya saya selalu bertanya ke senior-senior saya kalau setiap ada masalah. Karena memang cuma itu kunci utamanya bertanya dan selanjutnya berusaha, setiap masalah itu pasti ada aja kok jalan keluarnya," ujar pria kelahiran 1 September 1968.

Tetes demi tetes hujan menyetubuhi bumi siang itu, salah satu dari kami masih tetap mewawancari Eko. Ia mengungkapkan, bekerja di media lebih banyak sisi positifnya karena wartawan memberikan informasi kepada masyarakat. Secara tidak langsung, masyarakat berpegang kepercayaan kepada wartawan. Tapi dilihat dari sisi negatif,  masih ada seorang wartawan yang mungkin suka membuat berita bohong.

Selama ia bekerja, secara tidak langsung kerjaan wartawan itu menarik. Ketika bertugas meliput kegiatan olimpiade atau sea games, wartawan dapat bertemu langsung dengan atlet asal Indonesia bahkan luar negeri. Dan ketika bertugas meliput peristiwa bencana alam juga itu menarik karena wartawan ada di sana serta berinteraksi langsung di dalam sana.

Selain seorang wartawan, Eko juga mengajar di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP). Mengatur waktu sebagai wartawan dan dosen bisa dibilang mudah karena dalam seminggu ia hanya dua kali di kampus.

Ia merupakan  lulusan IISIP tahun 2003. ia menambahkan, motivasi dan saran untuk mahasiswa yang ingin menjadi seorang wartawan adalah tekun.

"Tekuni, kalian sudah memilih untuk terjun di dunia wartawan. Karena saya pun dari awal seperti itu, saya memilih untuk menjadi wartawan dan selanjutnya saya tekuni apa jalan yang sudah saya pilih itu," Tutup Eko. (RN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun