Setiap tahun warga dari daerah datang ke Jakarta untuk menetap atau bekerja. Membludaknya penduduk, membuat jalanan ibu kota penuh dengan kendaraan pribadi. Salah satu solusi pemerintah ibu kota ialah menciptakan transportasi angkutan umum yaitu Mikrolet, Bajaj, Bemo, Metromini, Transjakarta, Kereta Listrik, dan MRT (Mass Rapid Transit) yang akan menyusul di tahun mendatang.
Tahun 2016 ini, hampir setiap warga Jakarta menjadi pengguna Transjakarta dan Kereta Listrik yang biasa disebut Commuter Line. Alat transportasi tersebut biasa digunakan warga untuk berpergian ke tempat yang jaraknya cukup jauh. Transjakarta mulai dioperasikan pada tanggal 15 Januari 2004. Sampai sekarang perubahan yang kita dapat dari sebuah Transjakarta cukup banyak namun belum mendapatkan dampak mengurangi kemacetan ibu kota.
Perubahan pada Transjakarta pun belum bisa memuaskan pengguna bus Transjakarta. Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono, mengatakan bus Transjakarta yang baru tersedia dan beroperasi hingga saat ini ada sebanyak 1.231 unit. Dengan jumlah unit tersebut membuat pengguna Transjakarta berdesak-desakan masuk ke dalam bus yang sudah melewati kapasitas penumpang. AC yang sudah tersedia di dalam bus tak terasa jika banyak penumpang. Biasanya kejadian tersebut terjadi di pagi hari, jam masuk kerja dan sore hari, jam pulang kerja.
Halte Transjakarta pun belum termasuk nyaman bagi beberapa orang. Halte di beberapa tempat tidak bisa menampung banyak orang. Kegunaan pintu otomatis yang seharusnya ada di setiap halte pun kadang tidak berfungsi, sehingga beberapa orang nekat keluar dari halte dengan melompat keluar dari pintu otomatis halte.
Kita beralih ke Commuter Line, Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi, tarif Commuterline per 1 Oktober mengalami penyesuaian sebesar Rp1.000 untuk seluruh relasi. Saya sebagai pengguna Commuter Line merasa tidak keberatan dengan adanya penaikan tarif tersebut. Namun beberapa orang pengguna kartu multitrip merasa keberatan, dikarenakan jaminan kartu yang masih Rp11.000 tidak dikurangi. Keluhan itu berasal dari beberapa mahasiswa di sekitar saya.
Selain kenaikan tarif, keterlambatan kereta masuk ke stasiun Manggarai juga sangat mengganggu pengguna Commuter Line. Salah satu penyebabnya karena sinyal masuk yang bisa dibilang cukup lama dikarenakan jumlah rel kereta yang berada di stasiun Manggarai kurang. Alasan mengapa Commuter Line pada sistem persinyalan selalu bermasalah ialah karena alat sinyalnya sudah tua dan perlu pergantian sistem yang harganya tidak sedikit, seperti itulah kira-kira yang Direktur Utama PT KCJ (KAI Commuter Jabodetabek) Tri Handoyo katakan di megapolitan.kompas.com tanggal 4 Februari 2016.
Keterlambatan kereta masuk juga menyebabkan pengguna Commuter Line terlambat ke tempat kerja maupun ke kampus atau ke sekolah. Jadi saran bagi para pengguna, cermat lah dalam memilih waktu agar jika ada gangguan sinyal masuk seperti ini, saudara tidak akan terlambat.
Dua alat transportasi tersebut masih mempunyai kekurangan, tinggal kita menunggu waktu pemerintah DKI Jakarta membenahi alat transportasi tersebut untuk menjadi lebih baik dan dapat mengurangi dampak kemacetan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H