Mohon tunggu...
Zie Muhammad Ahong
Zie Muhammad Ahong Mohon Tunggu... lainnya -

biografi: Purwokerto. Bekerja tidak. makan pingin enak, pengin istri cantik. mau jadi apa kalau gini. haduh.... nasib...2x

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenthongan, Musik Kesenian Khas Banyumasan

12 Januari 2012   11:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 1986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenthongan "kuwe salah siji kesenian pertunjukan massal sing perangkat utamane kenthong. Kenthong digawe sekang tugelan pring sing dibolongi sedawa ros nang pinggire. Jaman gemiyen, kentong kuwe fungsine akeh nang masyarakat. Fungsi utamane nggo alat woro-woro. Contone dinggo nyebarena tanda peringatan dini bahaya bencana banjir, kebakaran, utawa kemalingan. makna komunikasine ana nang ritme swara tabuhane karo kombinasi sekang swarane. Makna monine kuwe diatur sesuai kesepakatan nang masyarakat. misale nabuhe tuk sepisan-sepisan kuwe nek kemalingan, ping loro-loro, nek kebakaran, lan lian-liane, pokoke sesuai karo kesepakatane masyarakat kono". di terjemahkan dalam bahasa Indonesia : Khentongan "itu salah satu kesenian pertunjukan massal yang perangkat utamanya adalah kenthong. Kenthong dibuat dari potongan bambu yang dibolongi sepanjang ros di pinggirnya. Pada zaman dahulu, kenthong itu fungsinya banyak di masyarakat. Fungsi utamanya untuk alat pengumuman. contohnya dipakai untuk memberikan tanda peringatan dini bahaya banjir, kebakaran, atau kemalingan. Makna komunikasinya ada di ritme suara pukulanya dengan kombinasi dari suaranya. Makna suaranya diatur sesuai kesepakatan di masyarakat. Misalkan memukulnya dari sekali-sekali itu kalau ada kemalingan, kalau dua-dua itu menandakan ada kebakaran, dan lain sebagainya, pokoknya sesuai dengan kesepakatan masyarakat setempat". seiring berjalannya waktu Musik kenthongan saat ini menjadi musik khas daerah Banyumas, Jawa Tengah. yang telah dimodifikasi dengan alat-alat musik pendukung, dengan maksud agar ada fariasi bunyi nada yang indah. musik kenthongan biasanya di mainkan oleh 10 orang sampai 30 orang, satu orang memegang satu alat musik. kesenian ini sering ditampilkan di banyumas tidak hanya pada saat karnaval hari ulang tahun Banyumas, dalam perlombaan pentas seni pun sering di adakan. salah satu group kenthongan dari banyumas pun pernah tampil di eropa dalam pentas budaya. kesenian Banyumas ini tak hanya bergeming namanya di lokal bahkan di tingkat Nasional sering dijadikan pembuka dalam setiap kegiatan, seperti seminar, teater, loka karya, dll. Kenthongan yang telah dimodifikasi mirip dengan alat musik angklung Jawa  Barat, ditambah bedug yang terbuat dari drum plastik yang ditutup dengan ban dalam mobil bekas, ada tamborin sebagai penyelaras dan juga gitar yang terbuat dari bambu, seruling dan "teplak" sebagai pelengkap alat musik kenthongan. aku seorang mahasiswa yang cinta akan kesenian, budaya negeri sendiri, meski aku dibesarkan ditanah Batak namun kecintaanku pada kesenian Banyumas (kenthongan) telah mendarah daging ditubuh yang mungil ini. meski tak banyak prestasi yang diraih setidaknya aku bersama kawan-kawan seperjuangan telah mengenalakan kesenian banyumas ke berbagai kota, seperti: tegal, semarang, jakarta, padang, pontianak, jambi, pekalongan dan masih banyak lagi. Terakhir kali kami memperkenalkan kesenian Kenthongan Banyumasan ke daerah Indonesia bagian Timur (Ambon). meski kenthongan terlihat jadul bila di sandingkan dengan alat musik era modern akan tetapi kualitas nada yang dihasilkan tidak kalah saing, nyatanya para pengunjung berbodong-bondong menghadiri kesenian yang kami bawakan. sayang disayang kesenian ini hampir punah ditanah sendiri, generasi penerus lebih memilih menjadi anggota band dari pada menjadi anggota group kenthongan untuk melestarikanya. Tak sampai disitu, pemerintah setempat pun masih kurang tanggap akan budaya yang dimiliki, para pengrajin pembuat alat kenthongan masih banyak yang kekurangan modal untuk melestarikan alat musik kesenian Banyumas tersebut. dalam Group kenthongan yang terdiri dari 30 orang belum termasuk penari yang mengiringi jalanya musik kesenian tersebut, para pemudi khususnya di Banyumas lebih suka joged di depan panggung dan di club-club, dari pada mengeksplor dirinya menjadi penari guna melestarikan kesenian Banyumas. Semoga kesenian kenthongan tak lekang oleh waktu dan terus merambah seluruh pelosok negeri ini. tidak kemudian ditimang-timang setelah bangsa lain merebutnya dan melebelinya dengan nama mereka, cukuplah batik dan reog ponorogo yang di klaim sebagai milik Bangsa lain. semoga kami dapat terus melestarikannya sehingga anak cucu kami nantinya. Salam Nada*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun