Bullying di kalangan anak usia dini adalah masalah yang serius dalam masyarakat kita hari ini. Tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan fisik anak-anak, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kecerdasan emosional mereka secara jangka panjang. Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak yang serius dari bullying pada kesehatan mental dan kecerdasan emosional anak usia dini. Menurut Olweus (Novan Ardy Wiyani, 2004:23), Bullying merupakan bentuk-bentuk perilaku yang terdiri dari pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat.
Bullying pada anak usia dini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mental. Banyak anak yang menjadi korban bullying mengalami stres kronis yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka. Korban bullying memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Mereka sering merasa cemas, takut, dan khawatir dalam berbagai situasi sosial. Selain itu, rendahnya rasa percaya diri adalah salah satu dampak yang sering terjadi akibat bullying, sehingga anak-anak tersebut memiliki kesulitan dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Tidak hanya itu, anak-anak yang menjadi korban bullying juga berisiko mengalami gangguan tidur dan perilaku. Stres yang terus-menerus akibat bullying dapat menyebabkan sulit tidur dan sering terjaga di malam hari. Mereka juga mungkin mengembangkan perilaku menyimpang, seperti agresi atau isolasi diri. Lebih banyak lagi anak-anak an remaja korban bullying yang terus hidup dan tidak cenderung mengakhiri hidupnya, namun tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, pemarah dan tidak percaya diri. Orang-orang seperti ini sulit sekali meraih sukses dan hidup tidak bahagia (Sejiwa, 2007:3).
Selain dampak pada kesehatan mental, bullying juga dapat berdampak pada kecerdasan emosional anak usia dini. Anak-anak yang menjadi korban bullying seringkali kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying cenderung memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami bullying. Kemampuan anak-anak dalam memahami dan merespons emosi orang lain juga terpengaruh. Goleman (1995) dalam Taufik, dkk (2012:237). Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa memotivasi diri sendiri dan dapat mengelola serta menghadapi frustasi, mengontrol dorongan-dorongan implusif (dorongan yang timbul berdasarkan suasana hati) dan mampu menunda pemuaasaannya, mengatur suasana hati sehingga tidak mempengaruhi kemampuan. Rakhmawati, A.R (2013) menjelaskan bahwa adanya hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku bullying pada anak usia dini yang berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional anak maka semakin rendah perilaku bullying pada anak dan sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional anak maka semakin tinggi perilaku bullying pada anak.
Selain itu, anak-anak yang mengalami bullying juga bisa mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya dan orang lain di sekitar mereka. Mereka mungkin cenderung mengisolasi diri, menghindari interaksi sosial, atau bahkan mengembangkan perilaku agresif sebagai bentuk pertahanan diri. Anak-anak yang mengalami bullying sering kurang memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mengatasi konflik dan mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan. Kecerdasan emosional yang rendah ini dapat mempengaruhi perkembangan dan kemampuan anak dalam belajar, berinteraksi dengan orang lain, serta mengambil keputusan pada masa depan mereka.
Dalam kesimpulannya, bullying pada anak usia dini memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental dan kecerdasan emosional mereka. Anak-anak yang menjadi korban bullying berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan, depresi, rendahnya rasa percaya diri, gangguan tidur, dan gangguan perilaku. Selain itu, bullying juga dapat menghambat perkembangan kecerdasan emosional mereka, termasuk kemampuan mereka untuk mengenali dan mengendalikan emosi, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Penting bagi kita semua untuk secara aktif melibatkan diri dalam pencegahan dan penanggulangan bullying di kalangan anak usia dini. Pendidikan dan kesadaran yang lebih besar tentang dampak negatif bullying dapat membantu menumbuhkan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Bekerja sama antara sekolah, orang tua, dan komunitas adalah kunci untuk melindungi anak-anak dari efek merugikan dan memastikan kesejahteraan mereka di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, D. 1999. Working With Emotional Intelligence.: Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rakhmawati, Ellya. 2013. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Bullying pada Siswa Kelas VIII SMP H Isriati Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Jurnal Penelitian PAUDIA, 2 (1): 142-162. http://download.portalgaruda.org/ article (diakses 12/06/2018).
Sejiwa. 2007. http://paularjanto.blogspot.com/2011/06/kor ban-bullying.html.(diakses 20 Desember 2013).