Indonesia akan berjumpa kembali dengan pesta demokrasi untuk berpartisipasi dalam memilih calon kepala daerah pada masing-masing kabupaten/kota atau provinsi. Pilkada kali ini merupakan momen penting karena partisipasi dari rakyat Indonesia akan pesta demokrasi telah meningkat setiap tahunnya, terutama bagi calon pemilih terbanyak pada tahun ini adalah generasi muda atau yang biasa kita kenal sebagai Generasi Z. Generasi yang lahir pada rentang tahun 1999 hingga awal 2010-an termasuk pada kelompok demografis yang unik dengan ciri, karakteristik, dan cara pandang yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Jika kita melihat dari pesta demokrasi sebelumnya, yakni pada pemilihan umum kemarin, pemilih dari kalangan Generasi Z mencapai angka 47 juta pemilih yang telah berpartisipasi dengan mencoblos dibalik bilik suara. Hal ini menandakan bahwa generasi ini telah membawa pengaruh yang besar dan signifikan serta menjadi penentu terhadap kualitas demokrasi Indonesia ke depan.
Dalam waktu dekat, seluruh rakyatPada satu sisi, terdapat skeptisisme yang muncul dan melanda Generasi Z terkait politik dan pemilu. Banyak daripada mereka yang masih berpikir bahwa politik merupakan arena yang kotor dan diisi dengan janji-janji kosong dari para calon. Beberapa pengalaman dalam melihat berita kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, nepotisme, pelanggaran konstitusi, dan ketidakadilan sosial membuat sebagian besar dari mereka telah kehilangan kepercayaan terhadap sistem politik yang ada. Media massa dan media sosial, yang menjadi sumber informasi utama bagi mereka sering kali memperkuat cara pandang negatif dengan menyoroti skandal dan kegagalan para pemimpin. Terutama pada media massa yang melebih-lebihkan judul dari berita yang diwartakan.
Namun, di sisi lain ada harapan dan semangat yang membara di antara Generasi Z untuk menginginkan perubahan yang lebih baik. Mereka adalah generasi yang lebih terdidik, lebih sadar akan isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Generasi Z memiliki potensi untuk membawa perspektif baru dan modern dalam politik di Indonesia. Keinginan mereka untuk melihat perubahan besar yang nyata telah mendorong mereka untuk lebih aktif terlibat dan berpikir kritis dalam diskusi politik, kampanye, dan bahkan pencalonan dalam berbagai posisi politik. Sikap yang mereka tunjukkan kepada publik juga semakin nyata sebagai pembuktian bahwa atensi yang diberikan untuk mengkritisi kebijakan dengan menggelar demonstrasi dan menyajikan ruang untuk saluran aspirasi yang terbuka kepada generasi muda yang mau untuk diajak maju dalam berpikir.
Saat ini, tantangan bagi Gen Z adalah bagaimana cara menyeimbangkan antara skeptisisme dan harapan. Tidak salah jika mereka menaruh rasa skeptis lebih tinggi dibanding dengan harapan untuk para pemimpin/calon, karena memang semua tindakan memalukan dan menyalahi hukum akan susah untuk dimaafkan selagi rakyat masih belum sejahtera maupun jika nanti rakyat sudah mapan yang akan diingat adalah rekam jejak buruk tersebut. Namun, mereka perlu menyadari bahwa meskipun sistem politik saat ini memiliki banyak kekurangan, partisipasi aktif dan kritis dalam pemilu adalah salah satu cara untuk mendorong perubahan. Dengan menggunakan hak pilih mereka secara bijak, Gen Z dapat membantu memilih pemimpin yang benar-benar peduli dengan isu-isu yang mereka anggap penting dan memahami apa yang dibutuhkan di daerah tempat mereka mencalonkan diri. Perlu diperhatikan juga setelah kita memilih, kita tidak boleh acuh begitu saja tanpa ada pengawalan dalam pembuatan kebijakan yang nantinya juga dirasakan oleh masyarakat setempat.
Selain itu, penting bagi Generasi Z untuk terlibat aktif dalam dialog yang konstruktif dan mendukung inisiatif-inisiatif yang mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam menyusun pemerintahan daerah. Bagi Gen Z yang berpengalaman dalam berorganisasi, sebaiknya bisa tergabung dalam tim pemenangan pada salah satu pasangan calon untuk bisa memberikan kontribusi aktif dan nyata sebagai generasi muda yang unggul dalam bersaing dan mampu menginspirasi mereka yang telah senior dalam politik serta menunjukkan sikap dinamis dalam menyongsong perubahan dengan berkolaborasi demi terwujudnya calon-calon yang maksimal saat berkontestasi. Pada saat ini, mereka bisa mengakses informasi yang lebih luas sehingga mereka lebih mudah memahami dinamika kehidupan di daerah masing-masing tentang apa yang dikeluhkan, apa yang dibutuhkan, dan apa yang harus diperbaiki dari sebelumnya. Kesadaran bahwa suara mereka dapat menjadi alat perubahan, membuat Gen Z semakin percaya bahwa masa depan berada di tangan mereka. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi penonton dalam proses demokrasi, tetapi juga aktor yang aktif berkontribusi dalam membentuk masa depan yang lebih baik.
Pilkada 2024 akan menjadi ujian berikutnya bagi Gen Z dalam menentukan sikap mereka terhadap politik. Menjaga konsistensi antara idealisme dan tindakan nyata di dunia politik tentu tidaklah mudah, namun penting bagi mereka untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip integritas. Dengan menggunakan hak pilih mereka secara bijak, Gen Z dapat membantu memilih pemimpin yang benar-benar peduli dengan isu-isu yang mereka anggap penting. Partisipasi mereka di setiap tahapan politik, mulai dari kampanye hingga pemilihan, akan menjadi bukti nyata bagaimana generasi ini dapat membawa perubahan signifikan. Apakah mereka akan memilih untuk bersikap apatis, skeptis, atau malah sebaliknya dengan memanfaatkan kesempatan ini untuk membawa perubahan yang mereka impikan? Pilihan ada di tangan mereka, dan masa depan bangsa bisa jadi bergantung pada keputusan yang mereka ambil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI