Mohon tunggu...
Zidan Apreilan
Zidan Apreilan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Manusia

Punya cita-cita untuk menjadi kriminal di planet mars.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia, Cinta, Harapan, dan Makna Kehidupan

20 Juli 2022   12:53 Diperbarui: 20 Juli 2022   12:58 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama-tama, manusia tidak bisa menangkap yang lain sebagai objek bagi dirinya. Manusia lain adalah sesama subjek yang juga memiliki tubuh dan pelampauan atasnya. Manusia rela membuka diri kepada yang lain juga untuk memahami siapa manusia itu sebenarnya. Ia lalu mulai menerima yang lain dengan terlibat langsung dalam partisipasi pengambilan keputusan. 

Manusia memiliki subjektivitas, namun hal ini tergantung pada subjek yang lain, maka keterlibatan kepada yang lain untuk saling mengenal itu penting sebagai dasar pengambilan keputusan. Kesediaan tersebut adalah suatu timbal-balik yang akan menimbulkan kesetiaan untuk saling terlibat karena saling membuka diri atas semua kebutuhan. Kesetiaan ini akan secara otomatis membuka diri pada realitas yang lebih tinggi dan bebas hanya jika manusia merendahkan diri dan menyerahkannya pada orang lain. Pada titik inilah cinta kasih mencapai puncaknya, bahwa manusia akan terus diingat oleh manusia lain karena cinta kasihnya.

Cinta kasih adalah hal yang transenden, yang melampaui aku dan kau, yang akan meninggalkan sisi fisik dan psikis dirinya sendiri menuju keabadian. Memahami orang lain dalam cinta kasih berarti juga memahaminya dalam kebebasannya. Ia tidak merasa dikucilkan karena sendirian karena dengan melibatkan diri dalam partisipasi, ia akan mampu memahami orang lain sekaligus memahami dirinya sendiri. 

Proses ini akan menjadikan yang lain juga sebagai subjek untuk bersama-sama saling melengkapi dengan dasar cinta kasih yang transenden. Cinta kasih membentuk hubungan antar manusia dalam sebuah communion, yaitu kebersamaan akan kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. 

Dengan kata lain, manusia akan lebih memahami otonominya yang bebas dalam cinta kasih. kunci kehidupan yang terpenuhi adalah mengejar dengan sepenuh hati apa yang orang pedulikan, bahwa cinta adalah bentuk kepedulian yang paling otoritatif, dan bahwa bentuk kasih yang paling murni adalah, dalam cara yang rumit, cinta diri. dengan perhatianlah kita menanamkan dunia dengan makna. memberi kita ambisi dan keprihatinan yang stabil; itu membentuk kerangka tujuan dan minat di mana kita menjalani hidup kita. 

Pertanyaan paling mendasar dan esensial bagi seseorang untuk diajukan tentang perilaku hidupnya bukanlah apa yang harus dia pedulikan tetapi apa, pada kenyataannya, dia tidak bisa tidak peduli dengan kepedulian. Bentuk kepedulian yang paling penting adalah cinta dan kepedulian tanpa pamrih, tidak tertarik untuk berkembangnya apa yang dicintai.

Cinta begitu penting karena penalaran praktis yang bermakna harus didasarkan pada tujuan sehingga kita tidak mencari hanya untuk mencapai tujuan lain, dan karena dalam cinta itulah kita menjadi terikat pada tujuan akhir yang diinginkan demi kepentingan mereka sendiri. bentuk cinta yang paling murni adalah cinta diri. 

Cinta sebagai dasar yang tidak tampak dari hubungan intersubjektif, artinya melampaui tubuh yang terbatas. Cinta adalah suatu panggilan hidup eksistensial yang dalam prosesnya melibatkan kerelaan, penerimaan, keterlibatan, kesetiaan serta harapan. Harapan muncul disaat manusia tidak mengalami tekanan, karena harapan tidak ada jika terdapat ego dalam diri. 

Harapan adalah kepastian yang melampaui ketidakpastian namun meniadakan anggapan, kepastian yang disetujui, dibolehkan, kepastian yang mungkin merupakan sebuah doa tetapi tidak dalam penaklukan. Harapan yang dimiliki manusia dapat meningkatkan semangat hidup, dan mempererat hubungan interpersonal, karena harapan menimbulkan rasa saling memiliki dalam hal kemanusiaan.

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun