Contoh Sukses:
- Lapangan Duri: Proyek Duri Steam Flood (DSF) di Riau telah beroperasi sejak 1985 dan berhasil meningkatkan recovery factor hingga 80%. Dengan DSF, lapangan Duri mampu memproduksi minyak hingga 296 BOPD (Barrel Per Day).
- Kontribusi:Â Proyek ini berkontribusi sekitar 20% terhadap total produksi nasional.
2. Chemical Flooding
Deskripsi:Â Metode ini melibatkan penggunaan bahan kimia untuk meningkatkan mobilitas minyak dalam reservoir. Polymer flooding adalah salah satu bentuknya, yang telah diterapkan di Tanjung Field oleh Pertamina EP untuk meningkatkan efisiensi produksi.
Contoh Sukses:
- Lapangan Tanjung: Pertamina EP telah menerapkan polymer flooding yang dirancang khusus untuk kondisi geologi lapangan tersebut, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan produksi.
3. Electrical Enhanced Oil Recovery (EEOR)
Deskripsi:Â EEOR menggunakan arus listrik untuk meningkatkan permeabilitas batuan dan mengurangi viskositas minyak. Arus DC disuntikkan ke dalam reservoir untuk memperbaiki mobilisasi minyak dan meningkatkan produksi.
Contoh Sukses:
- Lapangan Sumatra Selatan: Uji coba EEOR di lapangan tua Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan produksi dari 6,5 hingga 61 barel per hari, serta penurunan kadar air (water cut) dari 90%-65%.
4. Injeksi CO2
Deskripsi:Â Metode ini melibatkan penyuntikan CO2 ke dalam reservoir untuk meningkatkan tekanan dan membantu mendorong minyak ke permukaan.
Contoh Sukses:
- Lapangan Gemah: Proyek EOR berbasis CO2 di Lapangan Gemah di Jambi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan produksi.
Metode-metode EOR yang paling efektif di Indonesia adalah steam flooding, chemical flooding, EEOR, dan injeksi CO2. Setiap metode memiliki manfaatnya sendiri dalam meningkatkan recovery factor dan mempertahankan produksi minyak dari lapangan tua. Konteks lokal dan karakteristik geologi lapangan sangat penting dalam memilih metode yang tepat untuk implementasi EOR.
Tantangan Terbesar dalam Penerapan EOR di Lapangan Migas Indonesia
Penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan migas Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang signifikan. Berikut adalah beberapa tantangan terbesar yang dihadapi dalam implementasi EOR:Â
Tantangan Teknis
Pemilihan Teknologi yang Tepat
Karakteristik Reservoir: Setiap lapangan migas memiliki karakteristik reservoir yang unik, sehingga pemilihan teknologi EOR yang sesuai sangat penting. Misalnya, metode seperti steam flooding atau chemical EOR harus disesuaikan dengan kondisi geologi dan fisik dari masing-masing lapangan.
Infrastruktur: Ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung teknologi EOR juga menjadi kendala. Banyak lapangan tua di Indonesia tidak memiliki infrastruktur yang cukup untuk menerapkan teknologi EOR secara efektif.
Sumber Daya Manusia: Kekurangan tenaga ahli, terutama dalam bidang teknik reservoir, menjadi hambatan dalam penerapan EOR. SDM yang berpengalaman sangat diperlukan untuk merancang dan mengelola proyek EOR.
Tantangan Legal dan Regulasi
Kepastian Hukum
Perizinan: Proses perizinan untuk menerapkan teknologi EOR seringkali rumit dan memakan waktu. Hal ini dapat menghambat inisiatif dari kontraktor untuk melakukan proyek EOR.
Kepastian Kontrak: Kontraktor sering kali merasa tidak yakin mengenai perpanjangan wilayah kerja mereka, terutama karena EOR biasanya diterapkan mendekati akhir masa kontrak. Ketidakpastian ini membuat mereka enggan berinvestasi dalam proyek EOR yang mahal.