Sudah kurang lebih 6 bulan berlalu pandemi COVID ini masih belum pulih,setelah pandemi mulai melanda banyak perubahan dalam kehidupan baik sosial,ekonomi,maupun berrbagai aspek kehidupan.tingginya angka PHK serta tersendatnya aktivitas ekonomi membuat sebagian masyarakat khususnya masyarakat kelas bawah harus bertahan dalam terpaan pandemi ini.Ibu Dina salah satunya yang kami temui saat itu pada minggu (24/1),beliau merupakan seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus pemulung sehari harinya bersama suaminya.penghasilannya yang tak menentu untuk kebutuhan sehari hari keluarganya pun membuat keluarga Ibu Dina harus sabar dalam menghadapi cobaan ini.menurut penuturannya ia hanya bisa mendapatkan penghasilan 20 ribu – 50 ribu perharinya.
      Sebelum mengadakan kunjungan untuk penyaluran bantuan untuk pemberdayaan kaum dhuafa ini,tentunya kami sudah melakukan beberapa hal seperti pembuatan proposal, observasi, peninjauan, dll.tidak lain program ini merupakan tugas kuliah yaitu mata kuliah kemuhammadiyahan atau AIKA.tak lain program ini dilakukan oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis UHAMKA,termasuk kelompok kami dari mahasiswa prodi manajemen.pemberdayaan kaum dhuafa merupakan bentuk implementasi dari salah satu surah Al Maun:  1-5.disana dijelaskan untuk membantu orang dhuafa dan anak anak yatim.inilah yang mendorong pendiri Muhammadiyah,KH. Ahmad Dahlan untuk mengamalkan dan membantu para kaum dhuafa.
      Saat saya dan kelompok saya berkunjung ke rumahnya untuk menyalurkan bantuan pemberdayaan masyarakat dhuafa,terlihat rumah ibu dina yang tampak kumuh dari depan.posisinya pun persis di pinggir Jl. Raya Malaka,Ciracas,Jakarta Timur.bahkan dalam rumahnya saja kondisinya sangat tidak layak huni,hanya beralaskan pecahan ubin seadanya dan semen yang tertutupi karpet.saat kami menghampiri ke rumahnya tentu Ibu Dina sangat senang menyambut kedatangan kami dan dipersilahkan untuk masuk.Ibu Dina sendiri memiliki tiga orang anak dan suami.suaminya sebelumnya bekerja sebagai buruh,namun karena pandemi COVID melanda,terpaksa beliau pun di-PHK.dua dari tiga anaknya tinggal bersama,sementara satu anaknya tinggal bersama neneknya atau mertua dari Ibu Dina.
      Kami banyak bincang bincang dengan Ibu Dina mulai dari kehidupan masa lalunya sampai beliau hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.Bu Dina sendiri merupakan seorang muallaf dan ikut agama suaminya yaitu islam.menurut penuturan beliau sendiri dulunya beliau berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan,namun semenjak ia menikah dengan suaminya yang berbeda agama serta berbeda dari segi latar belakang keluarganya,ada ketidakcocokan dengan keluarga Bu Dina sendiri.sehingga ia rela harus meninggalkan kehidupan yang serba cukup itu dengan berkeluarga bersama suaminya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H