Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Perempuan Harus Bisa, Mengemudi Bukan Hanya Soal Nyali tapi Butuh Dukungan Tinggi

15 Mei 2024   06:52 Diperbarui: 15 Mei 2024   17:07 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin saat ini, tidak hanya laki-laki saja yang memiliki tuntutan untuk dapat mengendarai mobil sendiri. Perempuan zaman kini juga seakan tidak mau kalah, termasuk saya. Di awal masa pembelajaran memang terasa berat. Namun jika saya tidak melawan rasa malas itu, saya akan merugi saat ini.

Saya memang produk tuntutan Ibu, yang mana karena Ayah sudah meninggal dunia, sehingga mau tidak mau anggota keluarga lain harus bisa mengemudikan mobil, memang kakak perempuan saya sudah bisa dan terbiasa lebih dulu, namun Ibu selalu berpesan bahwa harus ada yang bisa menggantikan kakak, apalagi tiap lebaran selalu mudik ke rumah nenek dengan jarak 150 km dari rumah. 

Mungkin banyak perempuan lain yang lebih hebat, bahkan mampu mengendarai mobil hingga lintas provinsi misalnya, namun saya hanya ingin berbagi pengalaman dan menunjukkan point of view saya dalam proses belajar mengemudi yang tentu tidak mudah hingga berani berkendara seperti saat ini, semoga ada manfaatnya.

Langkah Awal, Ambil Les Mengemudi 

Belajar berkendara yang efektif untuk pemula adalah dari expert atau disebut les mengemudi, memang berbayar, namun sepadan dengan ilmu dan fasilitas yang didapat. Selain itu, coach yang mengajar juga santun dan sopan dalam mengajar. Diajari perlahan, namun tetap disesuaikan dengan kurikulum dan paket les yang diambil. 

Dulu saat saya ambil les mengemudi dibanderol dengan harga 450.000 dengan 4x pertemuan, mungkin setiap daerah akan berbeda-beda harganya. Masih ingat, pertemuan pertama bersama coach, beliau  bertanya tentang opsi belajar, pilih mobil manual atau matic? Lantas saya menjawab manual, karena di rumah adanya mobil manual.

Hal dasar yang diajarkan adalah mengenai kenyamanan duduk yang harus rileks, serta penting diperhatikan adalah jarak kaki ke pedal kopling, rem, dan gas harus dekat dan kaki dapat menjangkau dengan mudah ketiga pedal tersebut.

Selain itu, juga diajari cara menyalakan dan mematikan mesin mobil, fungsi kopling, rem, dan gas, serta cara menyalakan/mematikan lampu dan pembersih kaca. Setelah materi dasar disampaikan oleh coach, langkah selanjutnya adalah mulai latihan memegang kemudi sendiri di lapangan luas bebas hambatan.

Diajari jalan lurus, mundur lurus, dan kemudian diajari belok kanan dan kiri, cukup seru saat itu, seperti naik boom-boom car di wahana rekreasi. Namun untuk pertemuan kedua sampai akhir, cukup menguji adrenalin saya, karena diminta untuk mengemudi di jalan raya yang ada lalu lalang kendaraan lain.

Setelah kelas les mengemudi selesai, nyatanya belum membuat nyali ini muncul untuk memberanikan diri mengendarai mobil saat berada di rumah. Karena memang ada kakak perempuan yang lebih dulu bisa dan biasa disuruh ibu untuk mengantar ke manapun yang beliau ingini, sehingga tuntutan untuk "saya harus bisa" menjadi kembali surut.

Perbanyak Praktik Mengemudi 

Setelah berbekal materi dan pengalaman praktik dari les mengemudi, saatnya untuk melakukan pendalaman praktik yang didampingi keluarga, tetangga, teman, atau siapa pun yang ahli. Hal ini bertujuan agar semakin luwes tangan dan kaki dalam menggerakkan , serta terbiasa dengan mobil yang akan dipakai sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun