Lalu bila transportasi publik adalah ayat Allah buat manusia, lantas bagaimana memperlakukannya?
Inspirasi untuk menciptakan sistem dan angkutan umum itu adalah nikmat yang besar dari Allah. Makhluk lain mana kepikiran kan? Paling banter jin yang menyerupai Nyi Roro Kidul yang bikin kereta kencana beberapa kali terlihat di laut lepas. Ya, ngapain coba? Mereka terbang aja bisa.
Para pakar sudah mewanti-wanti, penambahan jalan tidak efektif mengurangi kemacetan. Mengambil sampel tol Desari yang baru dibuka, saya rasakan jalan Moh Kahfi 1 di sekitar Brigif memang agak lancar, tapi jl TB Simatupang bertambah macet, bahkan exit tol Desari sendiri macet panjang.
Artinya penambahan jalan kadang hanya memindahkan kemacetan, tak memecahkan masalah. Maka pembenahan transportasi publik dan sistem yang terpadulah solusinya.
Sehingga apa yang dibuat oleh Anies Baswedan dengan Jak Lingkonya adalah nikmat Allah buat manusia agar disyukuri. Angkot tidak lagi ngetem dan mobilitas masyarakat bisa lebih murah. Andai sistem seperti ini bisa diperluas bahkan diterapkan ke seluruh Indonesia. Saya rela subsidi BBM dicabut asal untuk menciptakan hal serupa dan yang lebih baik lagi.
KRL, MRT, LRT adalah kasih sayang Allah buat makhluk-Nya. Di sisi lain, kemacetan adalah ujian yang diperbuat oleh ulah manusia sendiri. Afala ta'qilun? Kalau anak Adam mau mengoptimalkan akal dan mengalahkan egonya, tentu mereka tak kesusahan sendiri.
Jangan mentang-mentang bisa dikenai pajak, lantas kendaraan listrik diberi subsidi daripada membangun sistem angkutan masal yang layak dan nyaman. Padahal penambahan kendaraan pribadi bisa memperparah kemacetan.
Maka umat Islam harus memikirkan hal ini juga dalam rangka menghadirkan kebesaran Allah SWT. Terutama para pejabat publik dari aktifis Islam yang punya kewenangan.
Lihatlah di ayat 44 Allah menyebut kata "rahmat" untuk angkutan yang mampu menampung anak keturunan manusia dengan skala besar. Sehingga untuk menyebarkan rahmat Allah-lah, aktifis Islam yang terjun ke dunia politik harus memperjuangkan hal ini.
Allahua'lam bish-showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H