Mohon tunggu...
Mahamad Zibran Supriatman
Mahamad Zibran Supriatman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

kuliner,olahraga, wisata

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Jembatan Ampera menjadi salah satu Ikon Kota Palembang

16 Desember 2024   11:47 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Ampera menjadi salah satu Ikon Kota Palembang

Jembatan Ampera, yang terletak di Kota Palembang, dibangun antara 1962 dan 1965 menggunakan dana pampasan perang Jepang. Awalnya dinamai Jembatan Bung Karno, jembatan ini diubah namanya menjadi Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) setelah pergolakan politik pada 1966. Dengan panjang 1.117 meter dan tinggi menara 63 meter, jembatan ini menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Meskipun bagian tengahnya dapat diangkat untuk kapal besar, fungsi ini dihentikan pada 1970 karena berkurangnya lalu lintas kapal besar.Sejarah Jembatan Ampera dan Makna Namanya

Menurut website Pemerintah Kota Palembang, Jembatan Ampera dibangun pada tahun 1962 dengan biaya dari harta rampasan perang Jepang. Mengutip Balai Diklat Keuangan Palembang, Jembatan Ampera diresmikan pada tanggal 10 November 1965.

Awalnya, jembatan ini sempat diberi nama Jembatan Soekarno, sebagai ungkapan terima kasih Provinsi Sumatera Selatan kepada Presiden Soekarno dalam merealisasikan cita-cita masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Namun berubah seiring kondisi politik tanah air.Nama jembatan pun disamakan dengan slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960, yaitu Amanat Penderitaan Rakyat atau disingkat menjadi Ampera. Nama ini sebagai sebuah simbol kemerdekaan dari amanat penderitaan rakyat Palembang.

Jembatan Ampera pada mulanya dirancang agar bagian tengahnya bisa dinaikkan. Sehingga kapal-kapal besar yang melintas tak tersangkut badan jembatan. Terdapat peralatan mekanis berupa dua bandul pemberat yang masing-masing seberat sekitar 500 ton di dua menara jembatan.

Namun, pada tahun 1970, aktivitas naik turun pada bagian tengah jembatan tidak dilakukan lagi. Hal ini karena waktu untuk mengangkat jembatan yang cukup lama. Untuk satu kali proses penaikan bagian tengah jembatan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.

Pertimbangan lainnya yaitu semakin berkurangnya kapal-kapal besar yang melintasi Sungai Musi. Sehingga, pada tahun 1990, kedua bandung di dua menara jembatan diturunkan.

Pewarnaan cat pada Jembatan Ampera pun mengalami beberapa kali perubahan. Pada awalnya, jembatan ini diberi warna abu-abu. Kemudian, pada sekitar 1970 sampai 1980-an berubah warna menjadi kuning. Lalu berubah lagi menjadi merah hingga sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun