Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Review Buku "Menolak Diam"

22 Januari 2019   00:36 Diperbarui: 22 Januari 2019   00:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupannya di Sumbawa (NTB) sangat menarik untuk disimak, bagaimana sikap jujurnya dan berani telah ada sejak dirinya labil. Pernah suatu ketika datang seorang bapak hendak minta dijahitkan pakaian kepada ibunya Fahri yang kebetulan seorang penjahit. Si bapak ini membawa radio dan dihidupkannya dengan keras-keras, sontak Fahri yang sedang di kamar keluar dan marah-marah, "ngapain hidupin radio keras-keras, memang bapak saja yang punya radio, ini saya juga punya radio", jengkelnya. Begitulah salah satu potongan masa kecil Fahri hamzah yang lucu dan berani. Tak peduli apakah itu teman sebaya atau orang yang lebih tua darinya ia debat habis-habisan jika berbicara tentang kebenaran. "lebih baik benar daripada sopan", ujarnya dalam salah satu wawanacara.

Lalu pada BAB-BAB berikutnya becerita tentang romasa percintaan Fahri Hamzah dengan Istrinya saat masih menjadi mahasiswa di Univeristas Indonesia (UI). Sangat menggelitik dan menarik. Lalu perjalannya menjadi aktivis dakwah hingga berhasil mendirikan aliansi mahasiswa yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Efek dari aksi KAMMI tumbangnya rezim Soeharto dan lahirlah era Revormasi.

Pada bagian akhir adalah konflik Fahri Hamzah dengan partai yang dia dirikan sendiri, PKS. Perih dan pilu ia hadapi untuk tetap bisa bertahan dan diterima oleh PKS. Bukan hanya dirinya saja yang menjadi sulit, keluarganyapun juga kena imbas dari pemecatannya dari PKS. Bagaimana ia dijauhi oleh kader-kader PKS hingga keluarnya surat larangan untuk berkomunikasi dengan Fahri Hamzah di tubuh PKS.

Rangkaian kisah Fahri Hamzah sangat renyah untuk dinikmati, walau ada perasaan kesal dan tidak terima bagi kita yang membaca kisah-kisahnya tapi begitulah Fahri Hamzah, ia tetap tegar dan kuat apapun badai yang menghantamnya. Dari dulu pribadinya telah kokoh, hingga kini ujian apapun tak membuatnya surut ke belakang walau sejengkalpun.

Saat generasi milenial kehilangan sosok atas keberanian dan kebenaran, maka Fahri Hamzah bisa menjadi salah satu jawaban  kegalauan tersebut. Keberaniannya menyampaikan apa yang ia inginkan adalah suatu prestasi besar di tengah banyak terjadinya penangkapan di masyarakat. Argumennya dan datanya yang kuat juga menghantam telak pihak penguasa. Suaranya yang lantang menyadarkan kita dari kealpaan politik yang tiada arah.

Selamat membaca dan selamat menokohi


Tokohilah orang yang pantas ditokohi, jika salah menokohi maka salah pulalah dirimu nanti  

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun