Kairo dirundung badai pasir pada Rabu (16/1) waktu setempat. Cuaca dingin 13 derajat Celcius terasa seperti 9 derajat Celcius di Ibu Kota Mesir, Kairo. Tiupan angin kencang menerbangkan debu-debu, pasir dan sampah. Kondisi yang tidak baik untuk keluar rumah. Udara yang berisi debu menyebabkan pernafasan terasa kasat dan tidak sehat.
Tahun baru adalah musim dingin bagi Mesir. Hingga Februari nanti biasanya adalah puncak-puncaknya musim dingin. Walaupun begitu aktivitas masyarakat masih tetap berlangsung seperti biasa. Khususnya mahasiswa masih tetap melanjutkan ujian semesternya. Walau tidak bisa keluar rumah lama-lama namun tidak menyebabkan orang untuk malas pergi ke Masjid.
Langit berwarna kuning terlihat seperti akan kiamat. Cahaya matahari tak bisa menembus kabut kuning ini, mendung dan kuning. Biasanya akan turun hujan untuk membersihkan langit yang berdebu ini, efeknya jika kita terkena hujan pakaian akan kotor oleh air yang bercampur dengan debu-tanah.
Musim dingin bukan waktu yang tepat untuk jalan-jalan ke Mesir. Sebab cuaca yang dingin membuat susah untuk keluar rumah atau tak bisa berlama-lama di rumah. Cuaca dingin tak selalu terjadi setiap harinya, dalam seminggu kira-kira ada hari dimana terasa hangat daripada biasanya, dan matahari bersianar lebih terik. Mungkin saat itu bisa dijadikan waktu untuk refleshing keluar rumah.
Salah satu destinasi yang menarik untuk dikunjungi adalah Jabal Sinai atau Gunung Sinai. Dikisahkan bahwa disanalah Nabi Musa menerima wahyu. Pada puncak Sinai ada Mushollah dan Gereja. Sebuah pemandangan indah untuk lautan gunung-gunung batu.
Salam dingin dari Bumi Seribu Menara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H