Untuk zaman yang serba gadget memang mempengarui minat baca kita, namun yang perlu disesuaikan adalah cara kita membaca, jika lebih senang main gadget maka sesekali bacalah buku (pdf) di gadget hingga itu terbiasa.
Membaca memang dari dulu adalah masalah kita bersama, jika dirasa kita butuh pada komunitas membaca dan yang mampu mereview bacaan kita kenapa tidak kita buat, hanya modalkan grup whats app rasanya itu sudah cukup tanpa harus bertemu atau ngumpul disuatu tempat, cukup kumpulkan 10-20 orang dalam satu grup dan review bacaan masing-masing setiap harinya.
Setelah grup membaca itu produktif, lanjutkan kepada menulis, minimal dalam satu bab buku yang dibaca bisa membuat satu artikel, untuk tahap awal mungkin satu halaman masing-masing dan meningkat terus menerus hingga jika memungkinkan grup membaca tadi bisa membuat buku dari hasil kumpulan tulisan masing-masing anggora grup membaca tadi.
Untuk lebih bermanfaat lagi posting tulisan dan gambar buku di Instagram, dirasa perlu membuat akun khusus review buku maka lakukanlah. Dengan bermodal grup whats app banyak hal yang telah kita lakukan, membaca,menulis dan memosting tulisan di instagram.
Untuk diskusi, jika ingin cakupan lebih luas dan efesiensi waktu kita juga bisa melakukannya di grup whats app, adakan kajian atau ta'lim online setiap minggunya yang diisi oleh pemateri yang unggul dalam bidangnya, maka dengan begitu profil ideal kader PII akan terbangun dan selalu terjaga.
Sebagai kader PII yang peduli dengan PII sudah saatnya kita PII memanfaatkan teknologi yang ada untuk eksistensi kita. Untuk konsep dan wacana kita adalah yang unggul, namun dalam penyebaran dan pemasaran kita sangat tumpul, itu dikarenakan kita kurang memaksimalkan peran media. Jika PII ingin berdakwah sudah saatnya tambahkan marteri desain grafis pada training, agar setiap anak PII bisa corel draw dan photoshop, minimalnya picsart. Bagaimana kita akan berdakwah jika istrumen terpenting dari dakwah itu tak kita miliki.
Masyarakat pelajar khususnya kadang acap bosan mendengar ceramah, maka dengan mengubah tampilan ceramah itu dengan gambar dan video menarik itu akan membuat mereka melek dengan ceramah. Komik islami, kartun muslimah, video korea yang berisi pesan dakwah dan lain sebaginya mesti dikuasai oleh anak PII.
 Jika dahulu kita bisa menggerakkan pelajar Indonesia dengan ide dan pena, maka kini kita masih bisa menggerakkan pelajar Indonesia dengan gambar, animasi dan video. Yakinlah perlu ada perombakan dan peningkatan media dalam tubuh PII. Setiap kita memiliki tanggung jawab yang besar akan Islam dan PII, maka mari kita berdayakan media yang memiliki dampak yang paling besar dalam kehidupan kita saat ini.
Sudah saatnya PII menguasai media sosial, Instagram, Fanspage, Kompasiana, website dan semua instrumen dakwah tersebut. Postingan kita harus menarik dan konten kita harus memberikan harapan tidak selalu mengkritik. Postingan alay dan baper menjadi daya tarik yang kuat dalam menggaet anak muda saat ini, jika dirasa perlu kita manfaat konten tersebut untuk PII tanpa menghilangkan nilai islam dan positifnya.
Selamat Hari Bangkit Pelajar Islam Indonesia ke-71
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H