Mohon tunggu...
Zia ul Haramein
Zia ul Haramein Mohon Tunggu... Guru - Jangan mati sebelum menulis

Kutulis apa yang kubaca dan pahami, tak peduli engkau setuju atau murka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

[Renungan Ramadan] Jangan Jadi Hamba yang Merugi! (Part 1)

13 April 2021   08:22 Diperbarui: 13 April 2021   09:58 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadan yang mulia kembali mendatangi kita. Muslim dunia kembali menyambutnya dalam masa pandemi yang belum berakhir. Seperti baru kemarin kita berpisah dengan bulan ini dan menyambut suka cita Eidul Fitri dalam suasana pandemi seadanya. Ya, kurang meriah dari tahun-tahun sebelumnya, meski kesakralannya tidak pernah berubah. Secepat detik berganti, hari ini kita kembali dipertemukan dengan bulan turunnya al-Quran. Apapun keadaannya, patutlah kita bersyukur masih diberiNya kesempatan meraih berbagai keutamaan di dalamnya.

Sejatinya kita selalu lupa, bahwa sesungguhnya Allah menyimpan rahasia di balik usia kita yang masih 'bertahan'. Selama setahun belakangan, mari sejenak kita renungkan, betapa banyak nyawa yang Allah panggil ke sisiNya; tidak diberiNya kesempatan tambahan untuk bertemu Ramadan. Semoga Allah merahmati mereka. Kita hari ini masih diberiNya "extra-time" untuk bertemu Ramadan, bulan penuh ampunan. Setidaknya, Allah masih ingin melihat kita bersimpuh mengharap ampunanNya. Gugurkanlah dosa-dosa kita di bulan istimewa ini, sebab jika Ramadan berlalu tapi dosa kita tak kunjung diampuni, (wallahi, rugi!) niscaya kita akan semakin jauh dari Allah. Jangan jadi hamba yang merugi!

Hidup Kita dalam Penantian Ramadan

Sebelas bulan yang kita jalani di luar Ramadan, kerap kali kita anggap bulan biasa yang normal dijalani semestinya. Namun kita lupa bahwa kita amat sangat bergantung pada satu bulan mulia ini. Para ulama terdahulu, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab, senantiasa mengisi usia mereka tanpa melupakan Ramadan.

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

"Separuh tahun menjelang Ramadan, mereka berdoa agar dapat dipertemukan dengan bulan penuh barokah ini. Separuh tahun setelah Ramadan, mereka senantiasa berdoa agar segala amalan Ramadan tahun ini dapat diterima Allah".

Bayangkan jika hal ini juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Betapa mulianya usia yang kita jalani. Apapun bakal-dosa yang terbesit di pikiran kita, akan seketika terhempas karena kita ingat betapa menyesalnya saat kita tidak diizinkan bertemu Ramadan tahun depan. Sebaliknya, sepatutnya kita menyadari bahwa kita sangat membutuhkan Ramadan. Ambillah peluang emas ini selagi masih diberi panjang usia. Jangan jadi hamba yang merugi!

Ramadan Bulan Panen

Selain sebagai bulan mulia yang penuh maghfirah, Ramadan juga 'bulan panen' bagi setiap muslim yang beriman. Imam Abu Bakar al-Balkhi menyatakan, "Rajab adalah bulan menanam, sedangkan Sya'ban ialah bulan menyirami, dan Ramadan adalah bulan panen". Bagaimana tidak, segala amal kebajikan kita akan dilipatgandakan pahalanya. Pahala kebaikan yang tidak mampu diprediksi manusia sebagai hasil kalkulatif. Pahala yang hanya Allah sebagai penentunya. Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan sebuah Hadis Qudsi,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

"Segala amal perbuatan anak cucu Adam adalah untuknya sendiri, kecuali puasa, itu adalah untukKu. Aku yang akan memberinya ganjaran khusus". [HR. Bukhari dan Muslim]

Allah telah membukakan kesempatan bagi kita meraup banyak keuntungan di bulan ini. Alangkah bodohnya seorang muslim saat kesempatan emas ini datang namun tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Ia justru menghabiskan hari-hari Ramadan dengan bermalas-malasan, atau bahkan dengan tetap bermaksiat. Wal-iyadzu billah. Jangan jadi hamba yang merugi!

Ganjaran Orang yang Berpuasa

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ramadan dengan segala keutamaannya, menjadi ladang bagi setiap muslim untuk memanen pahala. Ibadah yang paling utama di bulan ini ialah berpuasa. Sebagaimana hadis di atas, puasa adalah satu-satunya ibadah individual yang ada kepentingan Allah di situ, yaitu Dia yang langsung mengganjarnya. Selain itu Allah menyiapkan surga khusus di akhirat kelak untuk mereka yang gemar berpuasa, pintu surga itu bernama al-Rayyan.

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

"Di surga kelak ada sebuah pintu yang disebut al-Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak dimasuki oleh selain mereka. Ketika mereka semua telah masuk, maka ia akan dikunci sehingga tidak ada lagi yang memasukinya". [HR. Bukhari dan Muslim]

Luput kita sadari bahwa puasa adalah ibadah yang tidak terdapat celah untuk riya'. Bukan terbebas dari riya' sama sekali, sebagaimana pendapat Ibnu al-Jauzi, namun sulit mencari celah kemungkinan pelakunya melakukan riya'. Mari kita ambil contoh; shalat nafilah (sunnah, sebagai tambahan) misalnya. Setulus apapun upaya seseorang untuk ikhlas, setan bisa saja membisikkan si hamba yang sedang shalat ini untuk menambahkan rakaat atau bacaannya agar orang lain di belakangnya merasa kagum. Begitu pula dalam membayar zakat. Bisa saja hati sang muzakki terbesit untuk mendokumentasikan amalnya dengan video, lalu disebarkan demi mendapat 'like' di media sosial.

Dengan demikian puasa menjadi ibadah yang pahalanya tidak dapat diterka. Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa amal ibadah manusia dilipatgandakan pahalanya antara 10 kebaikan hingga 700 kali lipat, kecuali puasa. Allah yang akan langsung memberi 'penghargaan' tiada batas, selain dari pelipatgandaan tersebut. Gunakanlah kesempatan emas ini. Dan jangan jadi hamba yang merugi!

Bersambung, insyaAllah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun