Mohon tunggu...
Zian Fathan
Zian Fathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Masih belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Alternatif Meningkatkan Minat Puisi Anak Muda Indonesia

20 Desember 2024   16:11 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"...menurunnya minat anak muda terhadap puisi semakin terlihat jelas. Hal ini tampak dari minimnya jumlah anak muda yang membaca, menulis atau membuat, menghadiri acara-acara puisi, dan berpartisipasi dalam lomba puisi." Dikutip dari Salisa Putri Fathica (2024), pada artikel "Menurunnya Minat Puisi di Kalangan Anak Muda". Minat anak muda terhadap puisi saat ini mengalami penurunan, dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan gelombang globalisasi. Di era digital, puisi sering kali dianggap tidak relevan, terutama karena kurangnya edukasi yang menarik serta kompleksitas bahasa yang digunakan pada puisi. Namun, menurut Salisa Putri Fathica ada beberapa solusi yang dapat diupayakan untuk mengangkat kembali minat ini, seperti melalui pembelajaran yang kreatif, pembacaan puisi yang lebih relevan, dan peningkatan keterlibatan dalam komunitas sastra.

Sumber: [Bilik Sastra](https://biliksastra.com/2024/04/29/minat-puisi-anak-muda/).

Selaras dengan berita yang saya dapatkan, penurunan minat anak muda di Indonesia menjadi hal yang cukup meresahkan. Karena, puisi merupakan warisan budaya dari para leluhur dan harus dilestarikan eksistensinya. Dengan berbagai faktor yang hambat yang ada seperti era digital yang membuat anak muda cenderung menyukai hal-hal yang simple, perspektif terhadap kebahasaan puisi yang kompleks, kuno dan kaku, makna atau maksud puisi yang rumit untuk dipahami, dan kurangnya edukasi kepada anak muda terhadap puisi, maka jika tidak dicari solusinya, secara berangsur eksistensi puisi akan memudar atau bahkan punah di Indonesia ini. Miris rasanya jika karya sastra yang dahulu mampu membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia pada zaman penjajahan kini malah menurun peminatanya.

Peminatan puisi tidak akan meningkat secara sendirinya, melainkan perlu ada pelaku yang berpartisipasi aktif atau solusi yang efektif untuk hambatan yang ada. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk hal ini. Seperti, meningkatkan edukasi mengenai puisi, membaca atau membuat karya puisi yang relavan dengan anak muda, dan mengikuti komunitas puisi. Kemudian, terdapat upaya lainnya yakni dari segi pembuatan karyanya. Seperti, penulisan puisi menggunakan bahasa yang ringan atau bahasa sehari-hari, menggunakan majas-majas yang tidak begitu rumit, dan menyesuaikan tema dengan anak muda zaman sekarang. Selain penulisan, alternatif lain seperti publikasi di sosial media dan alih wahana puisi (seperti teatrikal, deklamasi, dan musikalisasi) dapat juga dilakukan.

Dalam upaya melestarikan eksistensi puisi, saya dan rekan-rekan saya membuat suatu alih wahana musikalisasi puisi. Mengapa musikalisasi? jawabannya, karena musik merupakan media yang marak dinikmati oleh anak muda zaman sekarang. Dengan begitu, Musikalisasi puisi menurut saya cocok untuk menjadi sarana dalam upaya peningkatan minat puisi anak muda. Musikalisasi puisi yang kami buat sebagai implementasi dari solusi yang didapatkan dari analisis SWOT pada artikel "Menurunnya Minat Puisi di Kalangan Anak Muda".

Analisis SWOT artikel berjudul "Menurunnya Minat Puisi di Kalangan Anak Muda" mendapatkan hasil sebagai berikut: Kekuatan puisi terletak pada keindahannya sebagai bagian dari warisan budaya serta perannya sebagai media ekspresi diri; Kelemahan yang diidentifikasi mencakup kurangnya adaptasi puisi terhadap perkembangan era digital, tema-tema yang tidak relevan dengan kehidupan modern, serta metode pengajaran yang cenderung monoton; Peluang untuk revitalisasi puisi muncul melalui transformasi digital, kolaborasi dengan industri kreatif, serta pembentukan komunitas sastra online; Ancaman yang dihadapi, antara lain dominasi hiburan instan, persepsi bahwa puisi merupakan seni yang elit, dan minimnya dukungan dari pemerintah. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan inovasi dalam format penyajian, pendekatan lintas sektor, serta upaya untuk menjadikan puisi lebih relevan dalam konteks kebudayaan populer di kalangan generasi muda.

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, kami membuat musikalisasi puisi yang relavan dengan anak muda zaman sekarang. Puisi yang dijadikan sebagai lirik dari lagu, dibuat dengan bahasa yang ringan dan menggunakan majas yang mudah dipahami. Begitupun dengan larik, rima dan iramanya ditulis sedemikian rupa agar menciptakan keharmonisan dengan instrumen yang akan dipadukan dengannya. Tema yang diangkat pada puisi tersebut diusahakan related dengan anak muda zaman sekarang. Tema mengenai cinta, galau dan patah hati, merupakan tema yang cukup diminati anak muda zaman sekarang. Mengikuti selera pasar anak muda zaman sekarang merupakan cara kami untuk mendapatkan atensi dengan lebih mudah. Dengan mudahnya mendapatkan atensi, maka mudah juga untuk puisi lebih dikenali.

Musikalisasi puisi bukan hanya tentang puisinya, melainkan musik atau instrumennya juga. Setelah membuat puisi yang dirasa pas untuk anak muda zaman sekarang, instrumennya pun harus sama pas-nya. Kami menggunakan genre musik pop untuk karya ini. Karena, musik pop adalah genre yang dapat dengan mudah dikonsumsi oleh orang banyak termasuk anak muda. Tentu saja dengan alunan musik yang melankoli agar selaras dengan puisi yang digunakan sebagai liriknya. Kemudian, kami mempublikasikan karya kami melalui media sosial dan platform lainnya untuk memudahkan akses kepada karya. Selain karya puisi yang disesuaikan dengan selera anak muda, publikasi juga hal yang penting dalam peningkatan minat puisi ini.

Penurunan minat anak muda terhadap puisi di Indonesia merupakan ancaman nyata bagi kelangsungan warisan budaya bangsa. Jika puisi yang dulu mampu membakar semangat juang hanya dianggap kuno dan kaku, siapa yang bertanggung jawab menghidupkannya kembali? Masalah ini tidak akan selesai dengan teori, tetapi dengan aksi nyata yang revolusioner. Musikalisasi puisi adalah salah satu jalan, mengemas keindahan kata dalam irama yang memikat generasi muda. Dengan tema relevan, bahasa ringan, dan publikasi di platform digital, puisi dapat kembali hidup di hati anak muda. Bukan hanya musikalisasi, masih banyak alih wahana lainnya yang dapat dilakukan untuk upaya meningkatkan minat puisi. Kita tidak sedang bicara tentang mempertahankan tradisi, melainkan membangkitkan kembali jiwa bangsa yang perlahan mati. Jika kita diam, puisi bukan hanya punah, tetapi bersama itu, kita kehilangan warisan terpenting: kesadaran akan siapa kita sebenarnya. Apakah kita rela budaya kita menjadi sejarah yang dilupakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun