Mohon tunggu...
Ziandra Malika
Ziandra Malika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penyebab Terjadinya Fenomena Self-Harm pada Remaja

7 Juni 2024   09:40 Diperbarui: 7 Juni 2024   15:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kesehatan mental menjadi salah satu bahan pembicaraan yang hangat  dilakukan oleh generasi muda saat ini. Salah satu topik kesehatan mental yang cukup populer pada kalangan remaja adalah mengenai perilaku self-harm. Self-harm didefinisikan sebagai perilaku seseorang untuk melukai dirinya sendiri dengan berbagai cara tanpa memandang ada atau tidak adanya keinginan untuk mati. Self-harm dilakukan dengan berbagai cara, seperti menyayat kulit dengan benda tajam, memukul diri sendiri, membenturkan kepala, dan lain-lain. Meskipun memiliki konsep yang berbeda dengan keinginan bunuh diri, perilaku self-harm tetap dapat membahayakan pelakunya yang sebagian besar adalah remaja. Untuk menghentikan perilaku ini, perlu diketahui penyebab terjadinya self-harm pada remaja. Penyebab tersebut terdiri dari perasaan kesepian, pelampiasan emosi, pengalaman traumatis, dan gangguan mental. 

Kesepian mampu menyebabkan remaja menyakiti diri mereka. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas, didapatkan data bahwa kesepian menyumbang sekitar 7,5% terhadap keinginan melukai diri sendiri. Kesepian dapat menyebabkan remaja menarik diri dari lingkungan dan kehilangan orang supportive di sekitarnya. Para remaja yang kesepian akan merasa sendirian dan tidak memiliki seseorang untuk membantunya menyelesaikan masalahnya. Oleh karena itu para remaja ini melakukan self-harm sebagai jalan keluar.

Pelampiasan emosi yang dilakukan tiap remaja tentunya berbeda. Namun, tidak semua remaja pandai mengungkapkan emosinya dengan hal positif. Sebagian dari mereka justru terjerumus pada cara yang negatif seperti self-harm. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 20% remaja di dunia melukai dirinya sendiri dengan cara mencakar, menyilet, memukul, dan menggigit hanya untuk menghilangkan rasa sakit hati. Dengan menyakiti diri sendiri, remaja merasa berhasil menyalurkan kekecewaan, kesedihan, dan kemarahannya. 

Pengalaman traumatis juga dinilai sebagai faktor pendorongnya self-harm pada remaja. Hasil Survei Kekerasan Terhadap Anak Indonesia Tahun 2013 menunjukan data prevalensi remaja usia 18-24 tahun yang melukai diri sebagai dampak kekerasan yang dialami adalah 6,06% sebagai dampak kekerasan fisik dan 42,9% sebagai dampak kekerasan emosional. Dari data tersebut, remaja cenderung beresiko melukai diri sendiri akibat kekerasan yang diterimanya. Trauma akibat kekerasan atau dapat menyebabkan remaja merasa ketakutan dan rendah diri. Mereka mencoba melupakan kejadian traumatis tersebut dengan melukai diri sendiri. 

Faktor terakhir yang menyebabkan remaja melakukan self-harm adalah gangguan mental. Beberapa gangguan mental yang berkaitan erat dengan perilaku menyakiti diri ini adalah gangguan kepribadian ambang, gangguan bipolar, depresi, dan skizofrenia. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami depresi, ada perasaan hampa dan mati rasa yang dialaminya. Mereka pun menyakiti diri untuk mencari rasa sakit sehingga tidak lagi merasa hampa. 

Dari seluruh penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa perilaku self-harm merupakan perilaku menyakiti diri sendiri yang memiliki beberapa alasan dibaliknya. Setelah mengetahui faktor-faktor ini, diharapkan masyarakat sekitar bisa lebih cepat tanggap dan mampu memberi dukungan kepada para remaja pelaku self-harm untuk berhenti menyakiti diri. Kita perlu menciptakan lingkungan yang mendukung, sehingga para remaja bisa merasa aman untuk membuka diri dan segera mencari bantuan pada profesional. Secara bersama-sama, mari kita bantu generasi muda ini untuk terhindar dari perilaku self-harm.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun