Banyak dari kita mungkin bertanya-tanya, apa yang membuat seseorang menjadi ahli di bidangnya? Bagaimana para atlit, pebisnis dan profesional lain memiliki kemampuan yang sangat baik dan sukses? Seperti di judul, bahwa grit menjadi salah satu kuncinya. Saya akan membagikan materi yang telah saya pelajari tentang grit di website kognisi.id. Materi ini dikemas dengan baik dan menarik sehingga kita mudah memahaminya dan juga disampaikan oleh para profesional yang mumpuni dibidangnya.Â
Menjawab pertanyaan diatas, sebagian besar orang sebenarnya memiliki bakat alami atau keahlian sesuai dengan bidangnya. Mereka akan mengalami peningkatan jika kondisi mendukung dan mengalami penurunan jika kondisi tidak mendukung atau saat mengalami tantangan. Orang yang sukses justru yang berhasil bertahan setelah mengalami kegagalan. Mereka pada awalnya bukanlah yang terbaik tetapi mereka terus berusaha sehingga mencapai tujuan yang diharapkannya. Mereka adalah orang yang tidak mudah menyerah dan selalu termotivasi untuk mengembangkan dirinya.
Selain kerja keras, kesamaan lain pada orang yang sukses adalah, mereka memiliki tujuan tertentu dan berupaya keras untuk mencapainya. Angela Duckworth yang merupakan seorang peneliti, salah satu pioneer psikologi populer, profesor dari Universitas Pennsylvania dan penulis buku Grit : The Power of Passion and Perseverance menyimpulkan bahwa ada dua hal yang menentukan kesuksesan. Pertama, kerja keras dan kemampuan bertahan setelah mengalami kegagalan. Kedua, mereka memiliki arah, jadi mereka tahu apa yang mereka inginkan.
Grit adalah ketekunan/kerja keras secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan/arahan jangka panjang tanpa mempedulikan penghargaan atau pengakuan dari orang lain.
Benjamin Bloom juga pernah melakukan penelitian terhadap 120 atlet, ilmuan, seniman yang telah mendapatkan penghargaan kelas dunia dan dianggap menjadi yang terbaik di bidangnya. Awalnya Bloom menduga bahwa mereka yang memiliki bakat alami yang akan mengalami kesuksesan. Tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa dedikasi dan kegigihan yang menjadi faktor kesuksesan. Para responden juga berkata bahwa mereka bukan yang terbaik di bidangnya, bahkan mereka sering mengalami kekalahan dalam kompetisi.Â
Albert Einstein mengatakan bahwa ia menemukan rumus relativitas bukan karena kecerdasannya, tapi karna ia tidak menyerah ketika orang lain menyerah.
Jack Ma yang berhasil menciptakan Alibaba setelah ia mengalami penolakan dan direndahkan berkali-kali. Ia berkata "The most important thing you can have is patience".
Michael Phelps berkata "If you want to be the best, you have to do things other people aren't willing to do"
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa bakat memang penting, tetapi untuk menjadi yang terbaik diperlukan Grit atau kegigihan.
Bakat mengacu pada seberapa cepat dan mudah kita mempelajari suatu kemampuan. Grit mengacu pada apa yang kita lakukan dengan bakat tersebut, bagaimana kita melakukan upaya. Bakat dapat mempengaruhi kesuksesan, tapi bakat saja tidak cukup untuk mencapai performa yang maksimal. Kita secara konsisten harus mengembangkannya.
Grit adalah ketekunan yang berkelanjutan dalam mencapai sasaran jangka panjang, tanpa mempedulikan penghargaan ataupun pengakuan dari orang lain. Seseorang yang memiliki grit tinggi akan mampu menyelesaikan tugas atau tujuannya yang belum tercapai. Mereka mampu bangkit kembali saat mengalami kegagalan atau kekecewaan, mampu bertahan meskipun kemajuannya terasa lambat, membosankan dan penuh tantangan.Â
Grit terdiri dari dua dimensi: Passion dan Perseverance. Â Passion adalah kemampuan untuk mempertahankan minat pada suatu tujuan. Sedangkan, perseverance adalah kemampuan individu untuk tetap berjuang mencapai tujuan jangka panjang, apapun tantangan dan hambatan yang dihadapi.Â
Berdasarkan dua dimensi tersebut, Growth Center mengidentifikasikan empat tipologi Grit. Ini memberikan informasi terkait sejauh mana seseorang memiliki kombinasi kedua dimensi Grit.Â
Tipe Achiever: Mereka paham betul apa yang ingin dicapai dan mampu menetapkan tujuan jangka panjangnya. Pada umumnya, mereka tekun, tidak mudah menyerah saat menghadapi kendala sehingga mampu bekerja keras untuk mencapai tujuannya.
Tipe Planner: Mereka paham betul apa yang ingin dicapai dan mampu menetapkan tujuan jangka panjangnya. Tetapi, pada umumnya mereka kurang tekun dalam mencapai sasarannya.
Tipe Eksekutor: Mereka sebenarnya tekun dalam mencapai target, tetapi belum memiliki pehamaman mengenai minat atau arah yang ingin  dicapai. Sehingga mereka cenderung mudah mengganti arah tujuannya. Mereka butuh bimbingan orang lain untuk menetapkan sasaran.Â
Tipe Pivoter: Mereka belum mengenali minat pribadinya secara spesifik, sehingga belum dapat menentukan arah tujuan yang ingin dicapainya. Mereka mudah menyerah ketika mengalami kesulitan. Mereka mudah kehilangan semangat dan membutuhkan dukungan orang lain untuk kembali fokus pada tujuannya.Â
Ciri-ciri orang yang memiliki grit tinggi (Paragon of Grit):
- Memiliki interest/ketertarikan dan rasa penasaran terhadap apa yang mereka sukai sejak lama. Contohnya, suka menggambar dari kecil hingga saat ini. Interest adalah bibit dari passion sehingga penting untuk dikembangkan.
- Melakukan deliberate practice. Mereka mendalami apa yang mereka sukai, bersedia belajar menguasai kemampuan dan keahlian yang diminati melalui latihan-latihan yang terencana dan menantang.
- Memiliki purpose/tujuan yang lebih besar. Mereka tidak hanya menjalani minatnya hanya untuk diri sendiri saja, tapi ingin berkontribusi pada kesejahteraan orang lain. Contohnya ketika kita ingin menyuarakan kesennjangan yang terjadi di masyarakat.
- Mampu mempertahankan harapan ketika yang lain kehilangan harapan dan ingin menyerah. Mereka optimis bahwa setiap orang dapat berkembang dan beradaptasi ketika dihadapkan dengan tantangan.
Disisi lain, kita juga menemukan beberapa miskonsepsi tentang Grit:
- Grit tidak hanya tentang kerja keras, tetapi konsistensi tujuan. Jika kita bekerja keras pada suatu hal tetapi mudah dan cepat berpindah perhatian, maka kita tidak dapat dikatakan memiliki grit  karena grit juga membutuhkan arah.
- Grit memang merupakan salah satu prediktor kesuksesan daripada bakat bawaan/intelegensi. Tetapi, grit juga bukan satu-satunya penetu kesuksesan. Butuh kemampuan lainnya seperti, kemampuan bersosialisasi, mampu berempati dan menjalin hubungan sosial yang positif, serta memiliki lingkungan yang mendukung cita-citanya.
- Grit tidak membuat seseorang menjadi apapun yang mereka inginkan karena manusia memiliki batasan-batasan. Grit bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki.
Hubungan Grit dan Mindset
Grit dan mindset memiliki hubungan satu sama lain, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.Â
The Dip: Mengetahui Kapan Harus Berhenti
Biasanya ketika memulai suatu aktifitas, kita akan melihat hasil positif yang jelas di awalnya. Contohnya ketika mulai bekerja menjadi seorang sales kita merasa banyak customer yang datang membeli produk yang ditawarkan. Namun, setelah beberapa lama kita menyadari bahwa usaha tidak lagi membuahkan hasil seperti diawal. Tidak ada lagi orang yang tertarik terhadap barang yang kita jual. Ini adalah fase the dip, yaitu ketika kita sedang mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam usaha mencapai sesuatu.
Ketika berhasil melewati the dip, kita akan merasa kemudahan lagi dan kemampuan meningkat menjadi lebih tinggi dibanding kebanyakan orang karena sudah melewati masa sulit. Untuk mencapai level expert, kita perlu melalui the dip. Namun, ternyata berhenti ditengah jalan juga terkadang perlu dilakukan karena kita harus sadar bahwa kegigihan bukan jawaban dari seluruh masalah. Terkadang kita terlalu gigih mencapai suatu hal yang  bahkan tidak terlalu kita inginkan atau tidak tahu apa yng kita inginkan sebenarnya.  Bisa juga melakukan sesuatu karena merasa terlanjur dan sia-sia apabila berhenti sekarang.Â
Kita harus berhenti apabila hal-hal yang kita lakukan tidak membawa kita kemana-mana dalam jangka panjang. Contohnya, hal-hal atau kegiatan yang  membosankan, merasa tidak ada tantangan, dan tidak memberikan dampak positif di masa kini dan di masa depan.  Kita memiliki batasan dan tidak seharusnya memberikan semua perhatian pada satu hal. Maka, ketika sudah merasa terlalu kewalahan  dengan pekerjaan dan kehidupan, kita harus ingat bahwa untuk membangun fokus kita terkadang perlu menyerah dalam beberapa hal. Kita juga perlu melakukan refleksi diri. Apakah yang sedang dilakukan sekarang merupakan hal yang benar-benar diinginkan? Apakah hal ini memang sesuai dengan diri, keahlian, ketertarikan dan kekuatan kita?
Kita perlu menentukan tujuan-tujuan yang penting. Tujuan terbagi menjadi top goals dan lower goals. Top goals disebut sebagai hierarchy of goals, yaitu untuk membantu kita mencari tahu tujuan utama. Top goals bersifat abstrak, luas, bermakna dan menggambarkan diri kita. Contohnya Angela Duckward ingin membantu anak-anak dengan ilmu psikologi yang ia miliki. Sedangkan, lower goals terdiri dari tindakan-tindakan yang konkret dan spesifik seperti membaca buku, menulis draft dan melamar pekerjaan. Kita harus memastikan bahwa lower level goals akan membawa pada top level goals. Kita juga perlu yakin terhadap top level goal tetapi fleksibel terhadap lower lever goals. Top level goals disebut juga purpose.Â
Cara mengembangkan Grit
Ciri utama seseorang yang memiliki Grit:
1. Mengenali dan menumbuhkan minat (interest)
2. Berlatih (practice)
3. Perasaan bertujuan (purpose)
4. Harapan bertumbuh (hope)
Mengenali minat
Minat / intereset adalah dorongan yang menyebabkan seseorang untuk memberikan perhatian dan fokus. Kita akan sulit gigih kalau tidak tertarik terhadap apa yang sedang dilakukan. Namun, kita hampir selalu tertarik pada suatu hal ketika pertama kali mempelajarinya, dan jarang berminat terhadap suatu hal selama bertahun-tahun. Biasanya kita punya minat berbeda setiap tahun tetapi mudah terdistraksi dengan tujuan baru. Menurut Silvia (2001), semakin banyak pengetahuan, semakin tinggi minat. Hal ini karena semakin banyak pengetahuan semakin banyak pula pertanyaan atau rasa ingin tahu yang kita miliki. Kemudian, semakin banyak pengalaman, semakin tinggi minat.Â
Ketika ingin mengenali minat, yang terpenting adalah mengeksplor dan melakukan hal-hal tersebut, tidak hanya dipikirkan. Ini karena minat adalah sesuatu yang kita ciptakan, bukan yang kita temukan. Ketika kita melakukan sesuatu tersebut, baru kita bisa tahu apakah hal tersebut memang cocok untuk kita atau tidak.Â
Saat kita sedang mengeksplorasi minat, penting juga memiliki role model atau mentor yang sudah mendalami bidang yang kita minati. Mentor penting untuk mendorong kita berlatih dan menjadikan minat kita sebagai area keahlian atau jalan karir. Â
Cara mengenali dan mempertahankan minat:
- Mempelajari hal-hal yang menarik seperti membaca buku, mengikuti kursus, dsb
- Meng-eksplor bidang tersebut dengan melakukannya secara langsung
- Cari role model atau mentor
- Bersabar dalam mencoba karena bisa jadi membutuhkan waktu yang lamaÂ
Ketika kita sudah mengenali minat, maka kita bisa mengembangkan passion. Passion adalah konsistensi minat dalam jangka panjang. Artinya kita ingin mendalami hal yang kita minati dalam waktu yang lama. Contohnya adalah seorang penulis yang selalu mendalami kemampuan untuk menulis. Hal yang terpenting adalah bagaimana bertahan terhadap minat dan tujuan dalam waktu yang panjang, bukan hanya antusiasme. Passion membutuhkan waktu yang tidak sebentar, kita perlu berlatih dan mengambil tantangan  dalam bidang yang diminati agar bisa semakin menyukainya sehingga hal tersebut bisa menjadi passion. Selain itu, bsa juga kita baru menemukan passion setelah bekerja di bidang tersebut bertahun-tahun, atau kita memeiliki banyak minat dan kemudia minat tersebut digabung menjadi satu. Contohnya, seseorang yang menyukai fotografi, senang berkomunikasi dengan orang lain dan lulusan psikologi. Ia bisa menjadi seorang fotografer yang dapat membangun interaksi positif dengan orang lain.
Penelitian Jachimowicz,et al. (2018) menunjukkan bahwa passion dan kegigihan dan memprediksi performa yang tinggi. Tinggi atau rendahnya  kegigihan tidak terlalu berbeda jauh pada karyawan dengan passion yang rendah. Namun, pada karyawan dengan passion yang tinggi, kegigihan memiliki efek yang lebih signifikan. Artinya, kita membutuhkan passion agar kerja keras kita mnghasilkan performa yang lebih  tinggi.Â
Dalam mengembangkan passion, kita perlu tahu apa kekuatan yang kita miliki. Kekuatan/strength diri kita akan berkembang sesuai dengan seberapa sering kita menggunakannya, seberapa sering untuk melatihnya.Â
Cara mengetahui kekuatan diri kita (true strength):
- Pre-existing atau sudah ada dari kita kecil. Contohnya adalah, sedari kecil sudah memiliki ketertarika pada suatu bidang yang kemudian terus didalami hingga dewasa.
- True strength menunjukkan authenticity diri kita. Menjadi diri sendiri dan mengikuti keinginan diri sendiri. Perasaan authenticity yang tinggi dapat memaksimalkan kinerja dan kita merasa cocok dengan apa yang kita lakukan. Â
- True strength memberikan kita energi. Energi mengacu pada perasaan lebih hidup dan semangat ketika menjalani suatu aktifitas yang menggunakan true strength kita. Meskipun merasa lelah secara fisik atau merasa kesulitan, tapi secara mental merasa puas atau berenergi. Perasaan ini memungkinkan kita  mengerjakan sesuatu dengan lebih tekun dan dalam jangka waktu yang lama.Â
- True strength menjadikan kita lebih berfungsi secara optimal. Ketika menjalani sesuatu menggunakan true strength, maka akan menghasilkan output/hasil yang baik.
Berdasarkan penelitian Csikszentmihalyi, orang yang paling merasa bahagia dan puas bukan ketika mereka bersantai seperti menonton TV dan bermain HP, tapi orang yang melakukan suatu yang menantang. Konsep ini dinamakan flow. Flow berarti ketika kita merasa "tenggelam" dalam suatu aktifitas, menikmati sepenuhnya dari tantangan kegiatan yang dilakukan. Contohnya, se  orang musisi hanyut dalam kegiatannya menulis lagu. Keadaan flow membuat kita fokus, lupa waktu, merasa aktifitas yang sedang dilakukan baru sebentar walaupun ternyata sudah lama. Flow juga meningkatkan kemampuan seseorang karena dalam kondisi tersebut kita juga melakukan suatu tantangan. Maka, ketika menentukan tantangan, kita perlu mempertimbangkan kemampuan yangn kita miliki agar seimbang. Contohnya, seorang pemain tennis harus berlatih dengan orang yang lebih hebat darinya tetapi levelnya tidak jauh diatas dirinya saat ini. Ketika lawan terlalu mudah, maka ia akan bosan dan kemampuannya tidak akan meningkat. Ketika lawan terlalu sulit ia akan kehilangan motivasi untuk meningkatkan kemampuannya karena ia terus menerus kalah.Â
Deliberate Practice (Latihan yang diniatkan)
Ketika kita sudah tahu apa yang membuat kita tertarik, maka perlu berlatih. Latihan memang bukan hal yang mudah. Kita bisa merasakan kesulitan dan kelelahan dalam melatih kemampuan dalam waktu yang lama. Namun, dibalik kelelahan kita akan mengalami kepuasan, merasa kemampuan semakin meningkat, dan minat semakin kuat. Kwon (2021) menyatakan bahwa orang dengan grit tinggi lebih puas dan bahagia. Mereka menilai hidup mereka dengan lebih positif.Â
Terdapat empat kunci utama dalam melatih kemampuan:
-Arrested Development (Plateau)
Kurva ini terjadi ketika berhasil melatih kemampuan di awal hingga sampai di titik dimana kita lumayan kompeten, tetapi kita tidak lagi mengasahnya. Â Contohnya, sudah kerja di suatu bidang dalam beberapa tahun tapi tidak mencoba hal dan tantangan baru. Ketika ada di kurva ini, kita tidak bisa memaksimalkan potensi kita.Â
-Drop Out
Kurva ini  terjadi jika kita tidak melatih kembali kemampuan yang dulu pernah kita pelajari. Ketika kita punya pilihan  yang sudah dicoba tetapi ternyata tidak kita minati atau tidak membawa kita kemana-mana, sebaiknya di drop saja. Tetapi, untuk pilihan yang diminati kita perlu dalami secara terus menerus dalam waktu yang panjang. Kalau semua pilihan kita drop, justru kita nantinya tidak punya kemampuan yang mumpuni.
- Continuous Improvement
Ini akan terjadi jika kita rutin mengasah kemampuan dalam waktu yang panjang sehingga kemampuan terus berkembang dan meningkat seiring waktu.Â
Purpose
Ketika kita sudah melatih minat dan berlatih dengan optimal, hal terpenting adalah menjadikan skill tersebut sesuatu yang berguna bagi sesama. Rumus untuk mendapat "achievement" adalah talenta x effort = skill, skill x effort = achievement. Contohnya, seseorang yang suka menulis dan ia melakukannya tanpa kenal lelah, dia perlu terus menulis hingga menghasilkan skill. Setelah ia memiliki skill tersebut, ia dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang bagus. Jadi, tidak hanya memilki skill tetapi juga bisa mencapai tujuan/ top level goalnya, yaitu menghasilkan tulisan yang bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang.
Fokus dan konsentrasi penting untuk mecapai tujuan besar. Jangan sampai apa yang kita tuju, kontradiksi dengan apa yang kita lakukan. Contohnya, seseorang punya tujuan ingin lebih sehat, tetapi setiap hari mengonsumsi minuman manis dan junk food. Jadi, kita perlu kejelasan dalam tujuan sehingga bisa mengarahkan energi kita sesuai apa yang kita ingin tuju. Â
Orang dengan grit tinggi memiliki tujuan besar/ purpose/ top level goals yang jelas. Mereka tidak hanya berjuang, tetapi juga menemukan makna dibalik perjuangannya karena melibatkan pelayanan kepada orang lain. Mereka tidak hanya memikirkan keuntungan untuk diri sendiri, tapi berguna untuk orang lain juga. Purpose bukan ditemukan, tetapi dikembangkan seiring kita mendalami minat dan berlatih. Kita perlu memiliki purpose yang jelas karena:
- Minat tanpa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri akan sulit untuk bertahan lama.Â
- Purpose dapat menjadikan kita lebih  termotivasi, sehingga mampu melewati kesulitan dengan lebih baik.
- Purpose/ top level goals akan membantu kita menentukan middle dan low level goal.Â
- Purpose mempengaruhi kepuasan hidup dan kebahagiaan.
Berikut adalah cara mengembangkan purpose:Â
Ketika kita sudah memiliki minat, melakukan latihan dan memiliki purpose, kita juga harus memiliki harapan. Hal ini karena memiliki minat, latihan dan purpose juga memungkinkan kita harus melewati banyak kesulitan dan tantangan. Kita perlu yakin bahwa kita bisa memperbaiki masa depan. Â Cara untuk meningkatkan harapan kita adalah dengan optimisme. Optimisme dapat dilatih dengan bertanya pada diri sendiri "bagaimana saya menjelaskan kegagalan pada diri sendiri?"Â
Berikut adalah gambar perbedaan dari seseorang yang optimis dan pesimis.
LingkunganÂ
Hal yang terakhir, secara sadar atau tidak, lingkungan tempat dimana kita tinggal dan bersosialisasi dapat mempengaruhi diri kita. Lingkungan yang memiliki budaya grit dan memberikan kita kesempatan untuk melatih grit akan meningkatkan grit kita. Hal ini karena dorongan alam dari diri manusia adalah, kita akan mengikuti kebiasaan orang-orang disekitar kita. Kita perlu dukungan dari orang sekitar kita. Berikut empat jenis dukungan yang dapat kita temui:
Impian yang terwujud adalah hasil dari kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk setiap hari. Maka dari itu diperlukan grit/kegigihan dalam mendukungnya. Kita juga bisa mengembangkan grit dengan mendalami minat, berlatih, memiliki tujuan yang jelas dan memiliki harapan bahwa suatu saat impian kita akan terwujud. Hal yang terakhir adalah memastikan kita berada dalam lingkungan yang suportif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H