Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Republik Indonesia, Nadiem Makarim menyatakan akan melakukan penghapusan skripsi, sebagai syarat kelulusan S-1 dari perguruan tinggi.
Hal tersebut disampaikan Mendikbudristek tersebut dalam kesempatan diskusi Merdeka Belajar pada Selasa, (29/8) lalu. Menteri Nadiem Makarim menyebut wacana kebijakan terbaru tersebut yakni syarat kelulusan mahasiswa dapat ditentukan oleh kepala program studi (Kaprodi) di perguruan tinggi dan beberapa syarat lain tugas akhir yang harus dipenuhi.
Dari kebijakan tersebut untuk meniadakan tugas akhir di perguruan tinggi tentunya banyak kontroversi dari beberapa mahasiswa hingga pengamat pendidikan akan berpotensi menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Dampak ini dapat bervariasi, tergantung pada konteks, tujuan, dan implementasinya.Â
Penghapusan skripsi menjadi salah satu topik yang menarik untuk dibahas karena kontroversial dan memiliki dampak yang signifikan pada dunia Pendidikan. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi jika skripsi yang menjadi salah satu syarat kelulusan program studi sarjana (S1), bagi seorang mahasiswa dihapus dan digantikan dalam bentuk prototipe, proyek, bisa berbentuk lainnya.Â
1. Hilangnya Standar Akademik
Dampak utama dari penghapusan skripsi adalah hilangnya standar akademik yang tinggi dalam dalam program studi sarjana (S1). Skripsi adalah peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan penelitian, analisis data, dan penulisan ilmiah. Penghapusan ini dapat mengurangi kesempatan mereka untuk mengasah keterampilan-keterampilan ini. Skripsi biasanya merupakan salah satu komponen penting yang menguji kemampuan mahasiswa untuk melakukan penelitian independent dan analisis.Â
2. Potensi Kurangnya Pengembangan Kemampuan Kritis
Penulisan skripsi sering memerlukan pengembangan kemampuan kritis, analitis, dan penalaran. Penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan dapat mengurangi peluang mahasiswa untuk mengasah dan mengembangkan keterampilan mereka. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan tinggi untuk mempertimbangkan alternatif yang dapat memungkinkan mahasiswa untuk tetap mengembangkan kemampuan kritis, analitis, dan penalaran, meskipun tanpa skripsi. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa mahasiswa tetap memiliki peluang untuk tumbuh dalam hal pemikiran kritis dan analisis yang mendalam.
3. Kurangnya Kontribusi Penelitian
Skripsi memberikan mahasiswa kesempatan untuk terlibat dalam penelitian mandiri yang mendalam. Mereka dapat menyelidiki masalah yang menarik minat mereka dan membuat kontribusi kecil terhadap pemahaman di bidang tersebut. Dalam skripsi, mahasiswa mungkin menemukan hasil atau temuan baru yang dapat berkontribusi pada pengetahuan di bidang studi mereka. Jika skripsi dihapuskan, mahasiswa mungkin kehilangan kesempatan untuk melakukan kontribusi penelitian di tingkat sarjana.Â
4. Penurunan Kualitas Lulusan
Skripsi memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan penelitian yang mendalam, yang mencakup pencarian literatur, pengumpulan data, analisis, dan sintesis informasi. Penghapusan skripsi dapat mengurangi pengalaman ini, yang berdampak pada kemampuan penelitian lulusan. Skripsi juga sangat membantu mahasiswa dalam mengasah kemampuan analisis kritis. Tanpa skripsi, mahasiswa mungkin tidak memiliki pengalaman yang sama dalam mengevaluasi dan menganalisis masalah secara mendalam.
5. Potensi Penghematan Waktu dan Biaya
Namun, penghapusan skripsi juga memiliki potensi dampak positif. Mahasiswa mungkin dapat menyelesaikan program studi mereka lebih cepat jika mereka tidak harus meluangkan waktu untuk menulis skripsi. Ini dapat menghemat biaya pendidikan dan memungkinkan mereka untuk masuk ke dunia kerja lebih awal.
6. Fokus Pada Keterampilan Praktis
Tanpa skripsi, program studi dapat lebih fokus pada pengembangan keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan dalam pekerjaan. Ini mungkin lebih relevan untuk beberapa program studi yang lebih terkait dengan industri tertentu.
7. Peningkatan Alternatif Evaluasi