ENERGI? Semua makhluk hidup membutuhkan energi untuk keberlangsungan hidupnya. Mulai dari berjalan, mengendarai kendaraan, memasak, bahkan ketika belajar kita memerlukan energi untuk berpikir. Tahukah kalian? Gas alam menduduki peringkat ketiga setelah batu bara dan minyak sebagai suplai energi primer Indonesia. Pada umumnya kita menggunakan energi gas untuk memasak makanan sehari-hari. Apakah gas alam tidak akan habis jika terus menerus digunakan? Tentu saja hal tersebut dapat terjadi di masa yang akan datang.
Kalian pasti sudah pernah mendengar berita tentang “Kelangkaan LPG” yang terjadi akhir-akhir ini. Bagi yang belum tahu, LPG atau Liquid Petroleum Gas adalah gas alam dengan komponen utama propana dan butana yang dicairkan. Kelangkaan LPG merupakan bukti nyata dari krisis energi gas yang mulai terjadi. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tenang, setiap masalah pasti ada solusinya. Indonesia adalah negara dengan Sumber Daya Alam yang melimpah, terutama tumbuhan. Apa kalian pernah mendengar tentang Mikroalga?
Mikroalga merupakan tumbuhan mikroskopik yang melimpah di perairan Indonesia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioenergi. Diperkirakan bahwa mikroalga menghasilkan 46,760-140,290 liter ethanol/ha. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan beberapa sumber tumbuhan lain. Mikroalga memiliki kandungan karbohidrat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa yang berpotensi besar untuk diolah menjadi bioetanol. Salah satu bukti berdasarkan penelitian, contoh penggunaan mikroalga jenis Chlorella vulgaris dengan kandungan pati sebesar 37% menjadi bioetanol dengan proses fermentasi dan menghasilkan konversi sebesar 65% bioetanol. Lalu, banyak beberapa jenis mikroalga lainnya seperti Chlorella sp, Dunaliella, Chlamydomonas, Scenedesmus, dan Spirulina memiliki kandungan pati lebih dari 50% yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol.
Bioetanol sendiri merupakan senyawa alkohol yang diperoleh dari fermentasi biomassa. Fermentasi ini dilakukan dengan mengubah gula menjadi bioetanol dengan bantuan mikroorganisme. Jika kalian pernah membuat tape, sudah sering mendengar tentang ragi atau Saccharomyces cerevisiae. Nah, sama halnya dengan tape, Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang sering digunakan untuk membuat bioetanol dari bahan baku mikroalga.
Lantas apa hubungan bioetanol dari mikroalga ini dengan kelangkaan LPG yang menjadi masalah utama kita? Jadi, bioetanol mikroalga ini dapat dijadikan sebagai bahan bakar untuk kompor bioetanol atau secara singkat dapat kita sebut sebagai kompor mikroalga. Bioetanol 65% adalah bioetanol yang paling efektif digunakan sebagai bahan bakar kompor bioetanol. Untuk yang belum tahu, hingga saat ini kompor bioetanol masih terus dikembangkan agar dapat digunakan secara efektif dan efisien seperti kompor gas LPG pada umumnya.
Apakah ada keunggulan tersendiri jika kita menggunakan kompor bioetanol ini? Tentu saja ada karena bahan bakar yang digunakan lebih ramah lingkungan, tidak berbau, tidak mudah meledak, dan api yang dihasilkan berwarna biru sehingga tidak merusak alat masak. Kompor bioetanol juga mudah digunakan dan memiliki prinsip kerja yang sederhana. Bioetanol mikroalga dapat langsung dimasukkan ke dalam tangki yang sudah tersedia. Ketika kompor dinyalakan, bioetanol akan masuk ke dalam burner yang akan diserap oleh sumbu kain hingga naik ke atas burner sehingga api akan menyala. Akan tetapi, kompor mikroalga ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama harus dilakukan ternak kultur mikroalga agar bioetanol dengan bahan baku mikroalga ini melimpah di masa depan.
Oleh karena itu, mari kita gunakan Kompor Mikroalga sebagai Pengganti Kompor LPG. Ayo! Jaga bumi kita dengan menggunakan kompor ramah lingkungan dan berkelanjutan sekaligus kurangi penggunaan energi tak terbarukan khususnya gas alam.
Referensi
Agustiyar, F. (2021, August). Mikroalga: Bioenergi dan Lingkungan Berkelanjutan. In Proceeding Technology of Renewable Energy and Development Conference (Vol. 1).
Agustini, N. W. S., & Febrian, N. (2019). Hidrolisis biomassa mikroalga Porphyridium cruentum menggunakan asam (H2SO4 dan HNO3) dalam produksi bioetanol. Jurnal Kimia dan Kemasan, 41(1), 1-10.
Hadiyanto, H., & Nur, M. A. (2012). Mikroalga: Sumber Pangan & Energi Masa Depan. UPT UNDIP Press SEMARANG