Mohon tunggu...
Sadam Husen
Sadam Husen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Menteng, Jakarta Jurusan Akuntansi,

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nangkring SKK Migas, Pertanyaan yang Terpendam

1 April 2015   08:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin 31 Maret 2015 SKK Migas bersama kompasiana mengadakan nangkring bareng yang bertema "Peningkatan peran SDM dan industri dalam negeri pada kegiatan hulu migas" yang berlokasi di kafe pisa mahakan kebayoran baru, acara yang dijadwalkan jam 18.00 dimulai dengan makan malam bagi peserta yang telah datang sambil menunggu peserta lain yang mungkin sedang sholat maghrib bagi yang muslim atau yang telat datang karena terjebak kemacetan dikarenakan pas dengan jam pulang kantor juga adanya pembangunan jalan tol pada jalan akses menuju lokasi.

Acara dimulai seperti biasa dibawakan oleh MC lalu diserahkan ke moderator Bapak Alex Ginting dengan narasumber Bapak Rudianto Rimbono (Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas) dan Bapak Herry Margono, dimulai dengan materi bapak Rudi yang menjelaskan mengenai hulu migas yang kompleks mulai dari proses eksplorasi hingga minyak menetes, dan dilanjutkan dengan materi bapak Herry yang menjelaskan mengenai SCM (Supply Chain Management) yang mengelola pengadaan barang dan jasa juga pengelolaan aset tersebut, bahwa pengadaan barang dan jasa di sektor hulu migas mencapai 16 juta miliar us dolar per tahun, dan bagaimana mereka berusaha agar itu dapat menimbulkan multiplier effect untuk para penduduk dan juga pelaku industri dalam negeri.

Kesimpulan dari materi yang disampaikan yang bisa saya tangkap adalah bahwa pengelolaan migas khususnya hulu migas tidaklah segampang mencari dan memproduksi, dalam salah satu slide bapak Rudi pun menyatakan bahwa proses dari eksplorasi sampai minyak pertama menetes bisa 10-17 tahun, ditambah pula dengan izin yang sangat rumit yang disampaikan bapak rudi ada 340 izin dalam proses tersebut.

Pertanyaan yang terpendam

Sayang sekali pada sesi tanya jawab karena banyaknya penanya dan juga waktu yang kurang memadai saya tidak dapat menanyakan pertanyaan yang mengganjal dipikiran saya, oleh karena itu dalam tulisan ini saya akan menyampaikan pertanyaan tersebut.

Dalam kondisi apa ketahanan energi indonesia? apakah indonesia bisa memenuhi kebutuhannya dalam negeri sendiri, baik dari segi minyak maupun gas bumi? pertanyaan tersebut entah dinilai relevan atau tidak tapi itu yang mengganjal dipikiran saya karena kini harga BBM tengah berfluktuasi walaupun saya tahu bahwa itu disebabkan kebijakan pemerintah yang mencabut subsidi dan menerapkan subsidi tetap sebesar Rp. 1.000,00 yang menjadikannya penting adalah harga BBM mempengaruhi harga dan tidakkah fluktuasi dapat mengganggu para pengusaha yang harus terus berhitung ongkos produksi, tidakkah mungkin kita dapat terbebas dari sanderaan impor minyak yang selalu menghantui pemerintah dan pada gilirannya juga masyarakat.

kita selalu tersandera apabila mengandalkan impor untuk kebutuhan energi dalam negeri, dulu pemerintah berteriak APBN bocor untuk subsidi BBM ketika harga minyak dunia tinggi, dan kini ketika harga minyak dunia terus mengalami tren penurunan hingga mencapai titik yang sangat rendah, kita kembali terdesak oleh melemahnya nilai rupiah yang membuat pemerintah harus menaikkan harga BBM.

Keprihatinan dan kekecewaan pada para pemimpin dan elit

Kekesalan dan kejenuhan tiap melihat berita setiap hari selalu saja ada kekisruhan politik yang menjemukan, drama yang membosankan dari para elit yang memuakkan. mulai dari kisruh KPK dan Polri, Dualisme kepengurusan Partai Golkar dan PPP, hingga digulirkannya hak angket kepada Menkumham Yasonna Laoly yang menguras energi, bukan hal berikut tidak penting, tapi rakyat sedang dihadapkan permasalahan yang memerlukan banyak perhatian mulai dari dolar yang semakin menguat menghimpit para pengusaha yang berbahan baku impor seperti industri tempe dan tahu yang bahan baku kedelainya didapat dari impor, harga BBM yang naik lagi, harga bahan pokok yang merangkak naik,kalau para elit politik melihatnya sebagai urusan pemerintah itu salah besar, kesalahan yang memuakkan. ini adalah permasalahan bangsa permasalahan yang paling mendasar, urusan perut. yakinlah rakyat jenuh, muak melihat kekisruhan kami perlu kesejukan politik dan niat baik dalam mengurus segala permasalah negara dari para wakil yang kami pilih di Gedung DPR tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun