Anda tahu Pulau Buton? Apa yang anda ketahui tentang Pulau Buton? Iya, Pulau Buton merupakan tempat tambang aspal terbesar di Indonesia. Anda tahu salah satu peninggalan Keraton Buton adalah Benteng Keraton terluas di dunia? Yuk, mari kita jelajahi ke sana, yang sudah dianugerahi sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik pada tahun 2022.
Desa Limbo Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk salah satu dari 50 besar desa wisata dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2022. Dari ibukota negara, pengunjung dapat menempuh perjalanan pesawat dari Jakarta ke Kendari yang sekitar 2,5 jam. Selanjutnya, wisatawan dapat naik kapal feri dari Pelabuhan Nusantara, Kendari menuju Pelabuhan Murhum, Pulau Buton.
Kapal feri ini ber-AC dan setiap tiket kapal sudah dilengkapi dengan nomor kursi, jadi para penumpang duduk sesuai kursi masing-masing. Layaknya kapal feri destinasi lainnya Indonesia, selalu ada penjual yang menjajakan makanan dan minuman sebelum kapal berangkat, dan awak kapal yang menjual makanan dan minuman selama perjalanan. Selain bisa mengatasi kelaparan dan kehausan selama perjalanan berjam-jam, wisatawan juga bisa membeli buah dan jajanan khas lokal.
Setelah sekitar lima jam menempuh perjalanan kapal di laut dengan pemandangan pulau-pulau sekitar Sulawesi yang indah, pengunjung tiba di Pulau Buton. Banyak pilihan penginapan di sekitar pelabuhan Murhum, yang mana berdekatan dengan restoran-restoran makanan lokal Indonesia dan juga makanan siap saji.
Tampang Benteng Wolio di Era Modern
Desa Limbo Wolio adalah desa lokasi Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio), salah satu warisan budaya di Indonesia. Secara administratif, desa ini terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan berjarak sekitar 4 km atau sekitar 11 menit dari Pelabuhan Murhum.
Berdasarkan informasi dari website jadesta.kemenparekraf.go.id, Benteng Keraton Buton ini dibangun pada abad ke 15, saat Pemerintahan Sultan Buton ke III, yaitu La Sangaji, dan selesai pada tahun 1645 masa pemerintahan Sultan Buton VI yaitu La Buke. Benteng ini dibangun oleh masyarakat pribumi dengan menggunakan susunan batuan karst. Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur. Adapun tinggi dan tebal tembok dari benteng Keraton Buton berbeda-beda, hal ini dikarenakan adanya perbedaan kontur tanah dan lereng bukit. Ketinggian benteng berkisar 1-8 meter, dan ketebalannya sekitar 0,5 -- 2 meter.
Pada tahun 2006, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama dengan Guinness Book Of World Record menobatkan Benteng Keraton Buton sebagai benteng pertahanan terluas di dunia dengan luas 23,375 Ha dan keliling benteng sepanjang 2.740 meter. Benteng Keraton Buton terletak di puncak setinggi 100 mdpl. Dari ketinggian tersebut, kita dapat melihat pemandangan Kota Baubau beserta dengan selat Baubau dan pulau Muna yang berhadapan langsung dengan Kota Baubau.