Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apoteker di Mata Penduduk Tanjung Balai Karimun: (2) Saya Praktik

14 September 2019   12:39 Diperbarui: 14 September 2019   14:19 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apoteker mengenakan jas berwarna putih tulang, dokumentasi pribadi

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sedangkan, Tanjung Balai Karimun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.

 

Saya Apoteker yang Praktik di Tanjung Balai Karimun


Setelah pembahasan kontrak kerja dan pengurusan izin apotek yang cukup memakan waktu, saya mulai menjalankan praktik kefarmasian di apotek. Terkadang saat keluar bersama mama dan bertemu dengan teman mama, ada yang bertanya, "Sudah selesai sekolah, dek?"

"Iya, tante."

"Kerja di mana?"

"Di apotek, tante."

"Lulus SMA langsung kerja di sana?"

Ehm, rasanya itu gimana ya? Apakah saya patut senang karena saya masih bertampang muka baru lulus SMA? Atau apakah saya harusnya merasa sedih karena banyaknya warga Tanjung Balai Karimun yang mengira bahwa hanya cukup lulus SMA untuk bekerja di apotek, bahkan belum mengenal adanya sosok Apoteker di apotek?


Saat apotek baru buka, tentu pengunjung masih terbatas. Tidak jarang saudara dan teman menganggap, kerjaan kamu santai ya di apotek, kalau tidak ada yang datang belanja, kamu bisa nonton tv, dan lain-lain. Sebenarnya, tidak begini lho, teman-teman, bapak/ibu, kerjaan seorang Apoteker di apotek tidak hanya melayani bila ada yang berkunjung.


Menurut Peraturan Kementerian Kesehatan, Pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi kegiatan manajerial, berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam apotek, yaitu meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, serta pelayanan kefarmasian klinik, yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep, dispensing (penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi obat), pelayanan informasi obat, konseling, pelayanan kefarmasian di rumah, pemantauan terapi obat, pemantauan efek samping obat). Saya sendiri, saat sedang tidak ada pelanggan di apotek, selain melakukan kegiatan pengelolaan, saya juga membaca artikel-artikel (kadang juga menonton acara) kesehatan ataupun kefarmasian untuk menambah wawasan.

Nasib Apoteker Memakai Jas Profesi di Tanjung Balai Karimun

Apa yang akan anda sapa pada sosok berjas warna putih tulang di apotek?

"Dok, ..."

"Sus, ..."

"Maaf, Pak/Bu. Saya Apoteker..."

Iya, memang sosok berjas warna putih tulang masih sering umpet dalam ruangan ataupun tidak mengenakan jas profesi saat berinteraksi dengan pasien, bisa jadi juga warna putih yang tidak terlalu spesifik sehingga sering disalah-sangka sebagai profesi lainnya.


Lain kali, jangan bingung ya, bila ada sosok berjas warna putih tulang yang mengerti seluk-beluk obat dan mengakui diri sebagai seorang Apoteker. Begitu pula, para rekan sejawat, bangga-lah mengakui profesi kita yang sudah susah payah diperoleh melalui kuliah dengan berbagai praktikum. Jas warna putih tulang tersebut tidak hanya sekadar busana yang dibebat, melainkan tanggung jawab yang diemban. Saya Apoteker, ahlinya obat.

 

Nasib Apoteker Lupa Memakai Jas Profesi di Tanjung Balai Karimun


Hehehe, iya, begini ceritanya, seminggu sekali (saat hari libur), saya membawa pulang jas profesiku untuk dicuci, sehingga pernah beberapa kali karena faktor cuaca sehingga jas Apoteker belum siap (belum kering) untuk dipakai, atau karena saya lupa membawa jas Apoteker hari berikutnya. Jadi, saya tidak mengenakan jas Apoteker hari itu, melainkan hanya menggunakan baju biasa.


Bertemulah dengan pelanggan yang bilang, "Dek, kamu yang jaga apotek pasti tahu ya, obat untuk bla... bla... bla..." Apakah anda seorang Apoteker menerima saat anda dibilang bahwa anda adalah seorang penjaga apotek? Penjaga apotek= menjaga keamanan apotek? Atau penjual obat? Saya sih tidak. "Maaf, Pak. Saya Apoteker ..." jawabku sambil memberikan pelayanan kefarmasian. Hehehe, maaf, bukan maksud sombong, hanya ingin membuat masyarakat semakin mengenali profesi Apoteker yang mengerti perihal obat-obatan.

 

Salah Menafsirkan Papan Praktik Apoteker


Kebetulan ada seorang dokter yang juga praktik di apotek tempatku praktik, sehingga ada dua papan praktik yang terpasang sejajar di depan apotek. Jam praktik beliau adalah sore, dan jam praktikku adalah pagi hingga sore (8 jam gitu deh). Pernah beberapa kejadian yang terjadi di pagi hari.


"Selamat pagi, bu. Saya mau periksa ke dokter," kata seorang pria muda.

"Bisa, bang, nanti jam 4 sore, dokter ada. Abang mau daftar dulu?" tanya petugas apotek hari itu.

"Ibu S hari ini tidak ada?" tanya pasien sambil menunjuk papan praktik Apoteker.

"Maaf, bang. Beliau Apoteker, bukan dokter," jawabnya.


Kebetulan hari itu, saya juga sedang ada di apotek. Saya pun menanyakan keluhan pasien, dan menawarkan apabila ingin membeli obat untuk meringankan keluhan dulu sebelum nanti sore bisa diperiksa langsung oleh dokter. Tetapi hari itu, pasien tersebut memilih untuk mencari praktik dokter lain di jam pagi.


Di liburan Idul Fitri 2019 ini, juga sempat terjadi. Kebetulan ada karyawan yang libur, sehingga saya sendirian di shift pagi hari itu. 

"Pagi, bu. Di sini bisa minta surat keterangan sakit?" seorang cowok muda bertanya di depan pintu apotek.

"Maaf, bang, dokternya lagi mudik, jadi sementara tidak ada dokter di sini," jawabku.

"Ibu S, dan Bapak D, sama-sama gak ada ya?" tanyanya lagi.

"Bapak D sedang mudik. Saya Apoteker S, dan saya tidak dapat memberikan surat keterangan sakit. Yang sakit siapa, bang? Sudah minum obat?" tanyaku sembari ingin memberikan pelayanan kefarmasian.

"Gak deh, sudah minum obat, perlu surat keterangan sakit saja, terima kasih," jawab cowok itu buru-buru pergi.


Secara garis besar, papan praktik Apoteker memuat identitas, hari dan jam praktik Apoteker tersebut. Dengan jelas, telah tercantum tulisan "Praktik Apoteker" bersama logo Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) pada bagian atas papan praktik Apoteker. Apakah pasien-pasien tersebut tidak membaca tulisan "Praktik Apoteker" atau tidak mengerti "Apoteker"?

 

Bertemu Pasien Warga Negara Asing


Iya, letak Tanjung Balai Karimun berdekatan dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia, sehingga tidak jarang menjumpai pasien dari luar negeri yang sudah lebih mengenali sosok Apoteker. Pernah beberapa kali saya berinteraksi dengan pasien dari luar negeri, baik saat memakai maupun tidak memakai jas profesiku. 


Suatu kali saat sedang memakai jas apoteker, seorang bapak masuk langsung berjalan menuju saya, dan bertanya, "Are you the pharmacist here?" (Apakah anda Apoteker di sini?). Dengan bangganya tentu saya menjawab iya, dan menanyakan ada apa yang bisa dibantu. Ternyata, bapak tersebut lupa membawa obat penyakit kronisnya, dan ingin membeli barangkali ada merek yang sama atau merek lain dengan kandungan yang sama di Indonesia (maunya tanya sama Apoteker nih, hehehe).


Pernah juga saat saya tidak mengenakan jas Apoteker hari itu. Seorang ibu masuk dengan logat melayu negara tetangga, beliau bertanya, "Ade (Bahasa Melayu= Ada) farmasis di sini?" Dengan sedikit rasa segan, karena tidak memakai jas profesi hari itu, saya menjawab, "Saya farmasis di sini, Bu. Ada apa yang bisa dibantu?" Jadi, ibu tersebut ingin melakukan swamedikasi terhadap keluhan ringannya, tetapi disertai berkonsultasi dengan Apoteker.


Wah, begini lho motivasiku, bahwa salah satu yang dicari oleh pengunjung apotek adalah "Apoteker". Apakah pasien luar negeri yang berkunjung ke apotek selalu ingin meminta bertemu dengan Apoteker? Saya juga kurang tahu sih. Tetapi, demikianlah yang pernah saya alami.


Alangkah bangga dan meningkatnya rasa tanggung jawab Apoteker bila orang setia berlangganan pada suatu apotek, dengan salah satu alasannya adalah ingin mendapatkan pelayanan kefarmasian dari Apoteker kepercayaan yang praktik dalam apotek tersebut. Apakah anda juga meminta bertemu dengan Apoteker saat berkunjung ke apotek? Soal Obat, Tanya Apoteker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun