Mohon tunggu...
Zhilan Zhalila
Zhilan Zhalila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

learn more

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makan Bajamba, Antara Adat dan Adab

25 Juni 2022   09:10 Diperbarui: 25 Juni 2022   09:20 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Apakah kamu pernah mendengar istilah Makan Bajamba? Jika belum, yuk simak penjelasan di bawah!
Makan Bajamba adalah sebuah tradisi dari Minangkabau. Makan Bajamba ini, hakikatnya makan bersama, namun punya cara yang unik dan sangat khas. Cara Makan Bajamba tersebut, biasanya dalam ruangan tersebut ada puluhan orang. Lalu dibagi perkelompok. Setiap kelompok antara 3 hingga 7 orang, mereka  melingkari satu dulang. Dulang ini terbuat dari anyaman daun yang dibawa perempuan yang sudah berisi nasi, lauk pauk khas Minangkabau lalu ditutup dengan tudung saji lalu dibalut dengan kain yang bersulam benang emas.

Tentunya sebelum makan, ada beberapa acara yang diselenggarakan seperti tari, balas pantun maupun berdoa bersama. Saat makan, tidak boleh mendahului orang tua, tidak boleh juga mengambil bagian orang lain. Hanya makan apa yang dihadapan kita, jika di bagian kita sudah habis, tak perlu menambah. Ketika menyuap, nasi yang dimasukkan ke dalam mulut sedikit dilempar dari jarak dekat, dan tangan kiri di bawah menampung nasi yang akan jatuh. Tak hanya itu, duduk pun tak boleh sembarangan! Duduk harus tegap, tidak boleh menunduk. Laki-laki baselo (dua kaki bersilangan) dan perempuan basimpuah (dua kaki dilipat sebelah kanan seperti duduk di antara dua sujud)

Biasanya, tradisi ini dilakukan setelah acara hari besar adat atau hari besar agama seperti perkawinan, upacara adat, pengangkatan penghulu. Dengan adanya makan bajamba, kita saling mengenal dari yang sebelumnya belum sama-sama tau dan juga tidak ada pandang status karena kita sama.

Awal mulanya tradisi ini diyakini dimulai di Luhak Nan Tangah, atau disebut juga Luhak Agam, di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Diperkirakan telah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau yaitu sekitar abad ke-7.

Tradisi ini sangat cocok dengan adab di agama Islam, mengikuti sunah nabi, makan bersama, realita ini sangat berkesinambungan antara adat di Minangkabau dengan adab di agama Islam. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun