Mohon tunggu...
Ladut Guido de Arizo
Ladut Guido de Arizo Mohon Tunggu... Petani - Clove Farmer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Petani yang Berpenghasilan Miris

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kami di Manggarai, Kehabisan Air

7 Agustus 2019   14:09 Diperbarui: 8 Agustus 2019   18:16 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Warga Desa Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT mengambil air di kali Wae Musur, Sabtu (29/6/2019).(Nansianus Taris)

Musim kemarau menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah meluas. Karena itu, selain berdampak pada kelangkaan air bersih, lahan petani juga menjadi kering sehingga mengancam terjadinya gagal panen. Ancaman kekeringan ini juga turut dirasakan oleh masyarakat di daerah saya Manggarai, NTT.

Untuk di desa penulis saja, salah satu desa yang terdampak kekeringan, selain memanfaatkan sumur bor yang debit airnya mulai menyusut, warga terpaksa mencari air bersih ke desa tetangga untuk memasak dan keperluan sehari hari. Sumber mata air di hutan lindung di desa tetangga itu berjarak 4 Km. Airnya harus ditimba.

"Ado kaka, Kalo tir timba langsung di sana (mata air), mo harus timba di mana lai, air pu susah didesa ni..." pekik Rian keponakan saya, yang kental dengan logat Manggarainya.

Benar memang. Seperti yang dikatakan Supari, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ancaman kekeringan memang terjadi di seluruh selatan Indonesia. Terutama daerah-daerah seperti Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Dan menurutnya, wilayah Nusa Tenggara Timur yang akan mengalami kekeringan lebih lama, kira-kira 137 hari ke depan, tanpa hujan.

Kesulitan air. warga Desa Pacar bermotor menuju mata air terdekat (dokpri FB)
Kesulitan air. warga Desa Pacar bermotor menuju mata air terdekat (dokpri FB)

Sepanjang pengamatan penulis, kurang lebih satu triwulan ini, musim kemarau terasa sekali, matahari terasa lebih terik, kering dan temperature udara juga naik. Imbas dari anomali iklim global inilah yang kurang lebih menyebabkan membuat daerah saya dan mungkin wilayah Indonesia Timur lainnya mengalami ancaman kekeringan dan krisis air.

Ancaman Gagal Panen
Terjadinya angin muson barat, yang bertiup dari Australia menyebabkan curah hujan di wilayah selatan Indonesia menurun. Sebut saja wilayah NTT yang begitu dekat dengan Australia, yang cenderung mengalami musim kemarau yang lebih lama.

Panjangnya ancaman musim kemarau 2019 ini berimbas pada tanaman pangan, seperti padi, sayuran dan buah-buahan. Soalnya kemarau berimbas mulai dari mengeringnya sumber air yang tampak hingga berkurang drastisnya kandungan air di dalam tanah.

Adapun untuk menghindari bahaya kekeringan ini, beberapa desa di Kecamatan Boleng, Mabar, masyarakatnya memilih untuk menunda tanam padi. Hal ini mereka lakukan lantaran air irigasi untuk mengaliri persawahan mereka sedini debit airnya berkurang, sehingga tak mampu mengaliri semua petak sawah.

kupang.tribunnews.com
kupang.tribunnews.com
Berbeda pada tahun sebelumnya, yaitu 2018 kemarin, yang diprediksi oleh BMKG bahwa musim kemarau 2019 ini akan lebih dasyat dan akan berada di puncaknya Agustus 2019 ini.

Tanaman Sayur Layu dan Mati sebelum Dipetik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun