Mohon tunggu...
Zheerlin LarantikaDjati
Zheerlin LarantikaDjati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Jurnalisme, Inilah Jurnalisme Multimedia

16 Desember 2023   22:35 Diperbarui: 16 Desember 2023   22:42 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Nuansa Cendekia)

Masyarakat mendapatkan informasi dari surat kabar, televisi, radio dan media konvensional lainnya. Bertransformasi, bentuk jurnalisme saat ini telah melampaui batasannya. Audiens bisa terlibat dan memahami cerita lebih dari sekadar kata-kata. 

Beberapa di antara kalian mungkin sudah familiar dengan model jurnalisme lama. Teks dan gambar mewarnai jurnalisme model lama. Namun apakah kalian tau apabila jurnalisme saat ini mulai menggabungkan beberapa aspek multimedia?

Ketika mendengar kata multimedia, terbesit arti "banyak media". Hal ini selaras dengan jurnalisme yang berkembang saat ini. Bentuk jurnalisme tersebut dikenal dengan nama jurnalisme multimedia. 

Lantas mengapa jurnalisme multimedia saat ini mulai meraja? Alasannya karena masyarakat saat ini cenderung menggemari konten jurnalisme multimedia. Adanya kecenderungan tersebut menuntut adanya transformasi dari bentuk jurnalisme lama. 

Dikutip dari Widodo (2020) multimedia meliputi teks, suara, gambar, animasi, video, dan lainnya. Jurnalisme multimedia disajikan di situs web dengan format non-linear. Dapat dikatakan bahwa sajian jurnalisme multimedia dinilai lebih menarik dan informatif. 

Widodo (2020) juga menyatakan bahwa multimedia merupakan kombinasi dari minimal tiga jenis media. Lalu apakah koran dan televisi termasuk ke dalam jurnalisme multimedia? Jawabannya tidak. Televisi hanya menampilkan video dan audio. Koran hanya terdiri dari teks dan gambar. 

Bayangkan saja ketika kita membaca sebuah berita dan hanya terdapat teks saja. Sense kita akan merasa kurang terpuaskan. Adanya jurnalisme multimedia memberikan pengalaman menerima informasi yang lebih menarik.

Tidak dapat dipungkiri, jurnalisme lama mampu memenuhi kebutuhan informasi kita. Namun bagaimana apabila pengemasan beritanya hanya dalam bentuk teks? Apakah sudah terasa cukup? Rasanya tidak cukup.  

Melansir dari Ranktracker, manusia cenderung menyukai visual. Oleh karena itu, dengan menyertakan konten multimedia dapat meningkatkan pengalaman audiens secara signifikan. 

Visualisasi dalam jurnalisme multimedia dinilai dapat memberikan layanan lebih baik. Selain itu, visualisasi mampu memberikan representasi visual dari konsep yang rumit menjadi mudah. Artinya, audiens bisa lebih memahami informasi dengan bantuan visualisasi berupa penggabungan dari gambar, video, atau audio. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun