Dalam dunia investasi, ada banyak jenis instrument investasi yang bisa kita pilih. Jenis instrument investasi tersebut meliputi deposito, logam mulia, property, saham, reksa dana, dll. Jenis instrument investasi ini diyakini banyak investor merupakan instrument investasi yang menguntungkan. Walaupun demikian, tidak sedikit juga investor yang berinvestasi pada instrument investasi tersebut  mengalami kerugian.
Investor mengalami kerugian dalam berinvestasi bisa disebabkan oleh banyak faktor. Pertama krisis ekonomi seperti pada saat pandemi covid-19 ini. Kedua pailit, perusahaan yang sahamnya dibeli oleh investor tiba-tiba bangkrut. Ketiga tertipu, pada awal investasi investor dijanjikan menerima keuntungan yang besar sehingga membuatnya tergiur namun ketika investor sudah berinvestasi modalnya dibawa lari. Dan, masih banyak lagi faktor yang menyebabkan investor rugi dalam berinvestasi. Lalu, bagaimana supaya untung?
Jika kita sebagai investor ingin untung dalam berinvestasi, berinvestasilah pada instrument investasi yang benar-benar kita pahami. Paham di sini maksudnya kita harus tahu seperti apa resiko kerugian dan bagaimana mengendalikan resiko dari instrument investasi tersebut. Misalnya, emas, salah satu resikonya hilang karena dicuri maling, pengendaliannya yakni emas disimpan pada sebuah kotak khusus yang tidak akan bisa dibuka maling, hal ini hanya salah satu dari resiko investasi pada emas, masih ada lagi resiko-resiko yang lainnya yang harus kita pahami. Selain itu, sebagai investor kita juga harus berhati-hati terhadap 'pemahaman palsu' pada suatu instrument investasi.
'Pemahaman palsu' ini maksudnya perasaan kita, kita sudah sangat paham pada salah satu instrument investasi tetapi sebenarnya belum. Contohnya, ada teman kita datang ke rumah dan mengajak kita berinvestasi, teman ini dapat menjelaskan dengan baik resiko, keuntungan, kelebihan, dll. dari instrument investasi tersebut yang membuat kita merasa bahwa sudah memahami betul instrument investasi tersebut dan sangat tergiur untuk ikut berinvestasi. Namun ketahuilah bahwa pemahaman tersebut adalah 'pemahaman palsu'. Mengapa demikian? Karena kita menyimpulkannya hanya berbekal informasi dari satu sumber informasi, tidak ada informasi lain yang bisa dijadikan sebagai pembanding. Jika kita terjebak dalam kasus 'pemahaman palsu' ini maka sebisa mungkin untuk tidak memulai investasi. Dalam berinvestasi kita butuh banyak sumber informasi dan analisis yang cermat, jika tidak maka kita harus terima resiko rugi. Tentu kita tidak mau, uang yang kita tabung dengan susah paya hilang dengan percuma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H