Tanggal 25 November kemarin diperingati sebagai Hari Guru Nasional(HGN). Tema tahun ini yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) adalah 'Guru Hebat, Indonesia Kuat'. Peringatan HGN ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Tanggal yang bertepatan dengan hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tahun 1945.
Biasanya, peringatan HGN ini hanya dengan upacara saja di lapangan atau di kantor bupati/walikota/gubernur. Namun, makin ke sini, ada perubahan pola dari yang bukan sekedar peringatan tetapi menjadi suatu 'beban'. Belakangan (entah sejak kapan tradisi ini dimulai) semakin marak pemberian hadiah kepada guru. Terlebih di hari guru, kenaikan kelas, lebaran, dan entah momen-momen tertentu lainnya.
Di lingkungan sekitar, saya sering menerima curhatan dari para wali murid yang semakin resah dengan rutinitas ini. Dari mereka yang awalnya sukarela memberi sampai menjadi keharusan dan akhirnya menjadi beban bahkan sampai menjadi prahara dalam rumah tangga.
Mungkin beranggapan hadiah adalah sebagai bentuk terima kasih kepada guru karena telah mengajar anak kita. Sebagai bentuk penghormatan kepada guru. Lantas, kenapa tidak kepada semua pekerja kita berterima kasih? Misalnya, kepada penyapu jalanan karena telah memberikan jalanan, kepada kasir karena telah menghitung belanjaan kita, kepada supir angkot yang telah membawa kita ke tujuan, dan kepada pemegang profesi lainnya.
Beberapa Alasan Memberi Hadiah kepada Guru
- Guru gajinya kecil
Kalau dikatakan, banyak gaji guru yang tidak sepadan. Kenyataannya di lapangan, yang diberikan bukan hanya guru honorer, tapi guru yang dengan status pegawai negeri sipil. Apa kabar tenaga kesehatan yang status honorer? Kenapa pilih kasih sekali hanya memberi kepada guru saja, padahal tenaga kesehatan yang honorer lebih memprihatinkan lho dari segi gaji.
- Sebagai bentuk terima kasih
Kalau alasan begini, seharusnya semua elemen pendidik di sekolah mendapat hadiah, bukan hanya guru tertentu. Kenyataannya adalah hanya guru tertentu saja yang mendapat hadiah seperti wali kelas. Guru BK (bimbingan konseling) kenapa tidak iktu dikasih? Apa karena mereka sering memberikan hukuman? Kenapa guru yang tersemat julukan killer juga tidak dapat? Mengapa?
- Agar guru semakin semangat mengajar
Hei, menjalani suatu profesi, apapun itu memang harus dilakukan dengan baik. Apalagi guru. Terlepas berapa nominal yang diterima sebagai upah atas profesi tersebut. Ketika sudah mengazamkan diri terhadap sesuatu, haruslah dikerjakan dengans sempurna dan sungguh-sungguh. Apa jaminannya dengan hadiah tersebut guru akan bersemangat? Atau apakah dengan tidak menerima hadiah lantas si guru jadi tidak bersemangat.
Dan segudang alasan lain dari yang positif sampai ke negatif.
Mirisnya, hal ini sudah menjadi suatu kebudayaan dan keharusan. Artinya, jika memberikan hadiah maka akan menjadi perbincangan sampai parahnya ada yang dikucilkan.apalagi ada oknum-oknum guru yang sampai request untuk hadiah yang diberikan. Mungkin bagi orang tua yang berkecukupan tidak menjadi persoalan, bagaimana dengan yang bisa membayar uang sekolah anak saja sudah kesusahan?